FOTO: Musim Kemarau, Warga Desa Weninggalih di Bogor Krisis Air Bersih
Sudah hampir satu bulan, lebih dari 635 KK atau 2.150 jiwa di Desa Weninggalih mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Simak foto-fotonya!
Sudah hampir satu bulan, lebih dari 635 kepala keluarga (KK) atau 2.150 jiwa di Desa Weninggalih mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Simak foto-fotonya!
FOTO: Musim Kemarau, Warga Desa Weninggalih di Bogor Krisis Air Bersih
Musim kemarau yang telah dimulai membuat Desa Waninggalih, Jonggol, Kabupaten Bogor, mengalami krisis air bersih.
Sudah hampir satu bulan, lebih dari 635 kepala keluarga (KK) atau 2.150 jiwa di Desa Weninggalih mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
Pasalnya, warga selama ini hanya mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kondisi ini membuat warga Desa Weninggalih di Bogor terpaksa mengandalkan bantuan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
- FOTO: Musim Kemarau, Warna-warni Layangan Koang Hiasi Langit Tangerang
- FOTO: Krisis Air Bersih di Kabupaten Bogor Kian Meluas, BPBD Sebut Ada 220.574 Jiwa Terdampak Kekeringan
- FOTO: Musim Kemarau, Kebutuhan Air Bersih Jeriken di Muara Angke Meningkat
- FOTO: Saat Kali Cihoe Jadi Andalan Warga Cibarusah untuk Mandi dan Cuci Baju di Tengah Krisis Air Bersih
Pada Kamis (3/8/2023), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor bersama anggota Polsek Jonggol menyalurkan bantuan air bersih kepada warga Desa Weninggalih.
Kedatangan bantuan air bersih ini disambut antusias oleh warga. Mereka berbondong-bondong mendatangi lokasi bantuan dengan membawa ember hingga bak untuk wadah air bersih.
Tak hanya orang dewasa, anak-anak turut mengantre untuk mendapatkan air bersih bantuan dari BPBD Kabupaten Bogor dan Polsek Jonggol.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, sebanyak 63 persen wilayah di Indonesia terdampak fenomena El Nino yang menyebabkan musim kemarau menjadi lebih kering.
Indonesia Hadapi Ancaman El Nino
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa ancaman El Nino diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus-September. Hal itu diungkapkan dalam rapat kabinet di Istana Negara pada 18 Juli 2023 lalu.
Dalam keterangan resmi BMKG disebutkan fenomena ini diprediksi akan berintensitas lemah hingga moderat dan dapat berdampak pada ketersediaan air serta produktivitas pangan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia.
Dwikorita juga menjelaskan bahwa meskipun saat ini negara kita sedang memasuki musim kemarau kering, namun wilayah Indonesia dipengaruhi oleh dua samudra dan memiliki topografi yang bergunung-gunung di sepanjang khatulistiwa.
Hal ini menyebabkan kemungkinan adanya perbedaan kondisi cuaca di berbagai wilayah, di mana satu wilayah mungkin mengalami kekeringan, sementara tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa kondisi tidak selalu seragam, dan beberapa wilayah mungkin mengalami dampak basah dari fenomena ini.
"Kami menghimbau masyarakat untuk terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air dengan bijak, dan beradaptasi dengan pola tanah yang ada. Selain itu, memantau perkembangan informasi cuaca dan iklim yang terus berubah dari waktu ke waktu sangatlah penting dan dapat diakses melalui BMKG," tegas Dwikorita.
Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesadaran akan fenomena El Nino dan mempersiapkan diri menghadapi potensi dampaknya.. Dengan kesadaran dan kerjasama yang baik, diharapkan dampak dari fenomena El Nino dapat diminimalisir sehingga stabilitas pangan dan ketersediaan air tetap terjaga dengan baik di tanah air.