Gelar forum internasional di Surabaya, Risma bagi ilmu ke 32 negara
32 Negara berkembang, hari ini berkumpul di Surabaya, Jawa Timur. Mereka menggelar Annual Forum on Developing Countries Policy and Tax Cooperation for Agenda 2030.
32 Negara berkembang, hari ini berkumpul di Surabaya, Jawa Timur. Mereka menggelar Annual Forum on Developing Countries Policy and Tax Cooperation for Agenda 2030.
Menurut Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu), Abdurrahman Mohammad Fachir dipilihnya Surabaya sebagai tempat pertemuan internasional oleh South Center (think tank internasional berpusat di Jenewa), karena Kota Pahlawan ini memiliki capaian indek pembangunan dan peningkatan pajaknya lebih tinggi dari daerah lain di Indonesia.
"Saya senang agenda ini diselenggarakan di Surabaya. Ini bukan sebuah kebetulan diselenggarakan di Surabaya. Karena itu kami sangat apresiasi," ungkap Fachir seusai opening ceremony agenda yang digelar di Hotel JW Marriott Surabaya itu, Rabu (30/11).
Fachir juga mengaku mengapresiasi paparan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini di sesi awal pembukaan acara. "Apa yang disampaikan Bu Risma sangat mendasar dari persoalan ini," katanya.
Wali Kota Risma, lanjut dia, telah membawa Surabaya meraih banyak penghargaan, baik nasional maupun internasional. Menurutnya, capain ini menjelaskan banyak hal, seperti tentang pelayanan pajak yang bisa dilakukan secara online misalnya.
"Sehingga, wajib pajak bisa lebih mudah dalam membayar pajak dan outcome-nya, capaian penerimaan dari sektor pajak menjadi lebih besar dibanding ketika sebelum menerapkan teknologi," puji Fachir.
Pengalaman Risma sejak 2010 sampai sekarang, kata dia, yang ditampilkan dalam gambar dan angka, menarik. Karena langsung bagaimana memberdayakan sumber daya yang ada.
"Juga dari sisi indeks pembangunan dan meningkatkan pajak. Mungkin nanti juga bisa disampaikan bagaimana mencapainya. Itu sangat penting dan itu akan jadi pengalaman berarti bagi teman-teman di sini," tegas pejabat asal Samarinda ini.
Lebih lanjut, Fachir menegaskan, agenda yang diinisiasi oleh South Center dan juga Kemenlu ini bertujuan untuk saling berbagi tentang kebijakan dan kerja sama terkait pajak.
Menurutnya, hal ini selaras dengan salah satu upaya yang sedang dilakukan negara-negara berkembang dalam mencapai sustainable development yang sudah dicanangkan agenda sampai 2010.
"Semangatnya adalah upaya memberdayakan publik untuk ikut di dalam pembangunan di pelbagai bidang, dan salah satu yang menjadi persoalan adalah bagaimana membiayai program tersebut. Salah satunya dengan pajak," katanya.
"South Center kemudian meminta Indonesia untuk menjadi host dari pertemuan pertama yang diikuti 32 negara ini. Dengan kondisi dunia seperti sekarang, terutama kondisi ekonomi nya yang melambat, ini penting untuk memobilisasi sumber daya yang ada," sambung Fachir.
Sementara itu Wali Kota Surabaya Risma mengaku senang bisa berbagi pengalaman dalam menyelesaikan bermacam masalah perkotaan, khususnya kebijakan pajak.
Alumnus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini menjelaskan, dalam membuat kebijakan pajak (tax policy), bergantung kondisinya. Dia menyontohkan, ketika ekonomi melambat, Pemkot Surabaya tidak menaikkan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan).
"Baru kalau ekonomi naik, saya naikkan. Jadi tidak setiap tahun naik, bergantung kondisi ekonominya. Tapi kenapa bisa tercapai dan relatif bsia membiayai program yang kami buat di Surabaya. Itu bagaimana intensifikasi serta bagaimana me-manage uang sehingga uang itu bisa maksimal penggunaannya," papar Risma.
Wali kota yang Oktober lalu mendapat penghargaan alumnus terbaik dunia dari The Institute for Housing and Urban Development Studies (IHS) Rotterdam, Belanda ini, juga mengaku senang Surabaya ditunjuk sebagai tuan rumah di agenda internasional ini.
"Tentunya ini agenda bagus untuk Surabaya menuju kota MICE (Meeting, Intensive, Convention dan Exhibition). Karena semakin banyak acara dan kunjungan ke Surabaya, pendapatan dari pajak hotel dan restoran juga akan meningkat," sambung wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan ini.
Sekadar diketahui, agenda internasional ini digelar mulai hari ini hingga 3 Desember 2016 mendatang. Di hari pertama, tema yang diangkat adalah International Tax Cooperation: The Challenge to the South, Global Tax Norms and The Process of Agenda Setting Internationality and In the South, Managing Tax Competition and Investment Incentives: Forum National to Collaborative Approaches, serta The Taxation of Technical Services in Developing Countries.
Senior Advisor on Finance and Development South Centre, Manuel F Montes menambahkan, agenda yang dihadiri perwakilan negara-negara dari Afrika, Amerika Latin dan juga Asia ini, akan menjadi event reguler.
Forum di Surabaya ini merupakan yang kali pertama dan nantinya, akan dibuat forum tahunan. "Kami sampaikan terima kasih khusus kepada Pemerintah Kota Surabaya yang telah mendukung acara ini," tutur Montes.