Gerindra pertanyakan Densus 88 butuh waktu lama tangkap teroris
"Tak perlu rakyat disuguhkan 'Teroristainment'. Berbahaya," tegas Fadli Zon.
Operasi penangkapan teroris yang dilakukan Densus 88 di sejumlah kota seminggu terakhir mendapat banyak kecaman. Pasalnya, Densus 88 membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membekuk para terduga teroris.
Operasi pemberantasan teroris di Bandung misalnya, penangkapan berlangsung hingga 8 jam. Tiga teroris tewas dalam operasi tersebut.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai tindakan Densus yang memakan waktu lama dalam proses penggrebekan teroris dibeberapa itu kemarin patut dievaluasi. Dia mempertanyakan mengapa durasi penangkapan begitu lama.
"Kita patut apresiasi kerja Densus 88. Namun di sisi lain, operasi berdurasi panjang, patut dievaluasi dan diaudit. Kenapa begitu lama? Dan sudahkan sesuai prosedur? Apakah memang bisa diliput live oleh media?" jelas Fadli dalam rilis yang diterima merdeka.com, Jumat (10/5).
Menurut dia, operasi penangkapan dengan jumlah aparat yang cukup banyak harusnya bisa lebih singkat. Apalagi jumlah terduga teroris jauh lebih sedikit dan minim perlawanan.
"Peluru royal sekali berhamburan tapi terlihat satu arah. Apakah memang ada baku tembak? Tak perlu rakyat disuguhkan 'Teroristainment'. Berbahaya," tegas Fadli.
Dia menjelaskan, operasi terbuka dan panjang seperti ini bisa memicu radikalisme baru atau dendam lebih hebat dari kerabat dekat. Terlebih jika diyakini bahwa belum tentu mereka yang ditembak benar-benar teroris.
"Prosedur operasi penangkapan teroris juga harus memperhatikan aspek penegakan hukum dan HAM. Seseorang yang baru menjadi terduga, harusnya diberi hak untuk keadilan. Kadang perlakuan di lapangan terhadap seseorang yang baru saja terduga teroris kurang memperhatikan kaidah HAM, padahal ditonton oleh publik," imbuhnya.
Fadli berpendapat, pemberantasan terorisme harus diiringi dengan pencegahan sistemik. Kemiskinan dan ketidakadilan, tambah dia, kunci utama kenapa benih radikal teroris masih mudah bermunculan.
"Upaya balas dendam terhadap tindakan aparat yang represif, bisa juga menjadi alasan munculnya kembali aktivitas radikal teroris," tandasnya.
Baca juga:
Komisi III DPR sebut Densus 88 belum canggih tangkap teroris
Polri minta publik tak buruk sangka soal penggerebekan teroris
Identitas tiga teroris yang dihabisi di Bandung
Kepala BIN: Teroris Bandung miliki kaitan dengan Bangka
-
Apa yang ditemukan Densus 88 saat menangkap ketujuh pelaku ancaman terhadap Paus Fransiskus? "Kita temukan barang barang yang terkait propaganda saja seperti penggunaan logo logo, foto-foto, kemudian kata-kata. Logo ISIS misalnya, logo-logo yang merujuk pada tanda tertentu yang biasa digunakan kelompok teror, salah satu misalnya bendera bendera itu ya," kata dia di GBK, Jumat (6/9).
-
Bagaimana Densus 88 menemukan ancaman terhadap Paus Fransiskus? Hasil pemantauan, ditemukan postingan-postingan bermuatan ancaman dan provokasi yang ditujukan kepada Paus Fransiskus saat melakukan kunjungan ke Indonesia.
-
Dimana Densus 88 menemukan bukti ancaman terhadap Paus Fransiskus? Kita temukan barang barang yang terkait propaganda saja seperti penggunaan logo logo, foto-foto, kemudian kata-kata.
-
Mengapa Densus 88 menangkap ketujuh pelaku ancaman terhadap Paus Fransiskus? Dijelaskan, Densus 88 Antiteror diberikan mandat untuk melakukan pencegahan sedini mungkin setiap ancaman, setiap serangan teror yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok.
-
Siapa yang ditangkap Densus 88 karena mengancam Paus Fransiskus? Ada ketujuh orang terduga pelaku teror itulah yang mengunggah di akun media sosial pribadi.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.