Gubernur Instruksikan Jangan Ada Keterlambatan Penanganan Bencana di Sumatera Selatan
Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru mengungkapkan, kesiapsiagaan menjadi penting dilakukan oleh setiap instansi terkait. Dia tak ingin menerima pengaduan masyarakat karena lambannya penanganan terhadap bencana yang terjadi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan mencatat ada sembilan kabupaten dan kota yang termasuk rawan bencana longsor, banjir, hingga gunung meletus. Antisipasi dan penanganan segera harus dilakukan agar mencegah banyaknya kerusakan dan kerugian.
Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru mengungkapkan, kesiapsiagaan menjadi penting dilakukan oleh setiap instansi terkait. Dia tak ingin menerima pengaduan masyarakat karena lambannya penanganan terhadap bencana yang terjadi.
-
Kapan Teuku Muhammad Hasan menjabat sebagai Gubernur Sumatera? Kemudian pada tanggal 22 Agustus 1945, Teuku Muhammad Hasan diangkat menjadi Gubernur Sumatera I dengan ibukota Medan.
-
Kapan Halim Perdanakusuma gugur saat bertugas? Halim bersama pilot Iswahjudi menerbangkan pesawat Avro Anson RI-003 dari Thailand menuju Bukittinggi. Nahas, pesawat tersebut diterjang badai hingga mengalami kecelakaan tanggal 14 Desember 1947."Pesawat tersebut jatuh di Pantai Lumut, Tanjung Hantu, Semenanjung Malaka," tulis TNI AU.
-
Kapan Mohammad Amin menjabat sebagai Gubernur Muda Sumatra Utara? Ia baru dilantik pada 14 April 1947 dan berakhir pada 30 Mei 1948.
-
Kapan Mohammad Nasroen menjadi Gubernur Sumatra Tengah? Mengutip beberapa sumber, Nasroen terpilih menjadi anggota DPRS delegasi Sumatra Barat dan ditunjuk menjadi gubernur pertama dan termuda Sumatra Tengah pada tahun 1947.
-
Siapa yang menjadi Gubernur Pertama Sumatra Utara? Jadi Gubernur Pertama sekaligus Ketua DPRD Sumatra Utara, Ini Sosok Putra Keturunan Batak Mandailing Namanya jarang dikenal banyak orang. Tetapi jasa besarnya memimpin Sumatra Utara pasca kemerdekaan patut diacungi jempol.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
"Saya minta permasalahan klasik seperti terlambat, belum ada laporan, belum ada petunjuk, atau tanggung jawab dinas lain, tidak terjadi lagi. Segera atasi jika terjadi bencana dan diantisipasi," katanya saat apel kesiapsiagaan terpadu dalam rangka penanganan bencana alam di Palembang, Senin (9/11).
Dia menginstruksikan agar instansi dan pemerintah terdekat harus bertindak cepat dan menyiapkan sarana, prasarana, serta personel. Nyawa masyarakat bergantung pada kecepatan petugas dalam menangani bencana itu.
"Jangan saling lempar, yang terdekat lebih cekatan, tangani dulu, kemudian laporkan agar petugas bantuan dikerahkan," ujarnya.
Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bencana alam. Di mulai akibat pengrusakan hutan, aktivitas penambangan, dan membuang sampah sembarang. Terlebih bencana alam seperti banjir dan longsor sudah mulai terjadi di Muara Enim yang menewaskan sebelas korban.
"Semuanya sudah mengetahui daerah-daerah rawan bencana. Musim hujan sudah mulai terjadi dan puncaknya nanti Desember sampai Maret tahun depan," ujarnya.
Sementara itu, Kabid Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori menambahkan, kondisi geografis Sumsel terbagi dua jenis, yakni dataran tinggi dan rendah. Di bagian barat Sumsel terdapat pegunungan sehingga rawan gunung meletus, guguran larva, gas beracun, tanah longsor, banjir bandang dan angin puting beliung.
"Daerah yang dalam kategori ini meliputi Pagaralam, Lahat, Muara Enim dan Ogan Komering Ulu Selatan," kata dia.
Sementara di bagian timur Sumsel merupakan dataran rendah dan perairan seperti Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir dan Palembang. Daerah-daerah ini menjadi langganan banjir ketika musim hujan.
"Daerah-daerah ini sudah rutin setiap tahun terjadi banjir dan angin puting beliung karena terdapat daerah terbuka," terangnya.
Sepanjang tahun ini saja, kata dia, terdapat 149 kali bencana, 66 kali diantaranya bencana hidrometeorologi. Dengan rincian 39 kali banjir, 16 kali longsor, dan 11 kali puting beliung. Bencana itu menyebabkan 9.322 rumah terendam, 29 jembatan putus, 281 hektare kebun terendam, 5.319 sawah terendam, dan 115 meter jalan putus akibat longsor.
"Ada 15.733 kepala keluarga atau 19.507 terdampak. Jumlahnya cukup besar dan bisa ditekan saat puncak musim hujan nanti," pungkasnya.
Baca juga:
Tren Gempa Bumi Meningkat, Terjadi 11.500 Kasus di RI Sepanjang 2019
BNPB Kirim Helikopter dan Kapal Cepat Sea Rider untuk Disiagakan di Labuan Bajo
Melihat Tempat Pengungsian Warga Terdampak Aktivitas Gunung Merapi
Badai Eta Ubah Jalan di Honduras Seperti Sungai
Badai Eta Terjang Honduras dan Nikaragua
Ridwan Kamil Minta Jajarannya Siaga Satu Selama Enam Bulan Hadapi Potensi Bencana