Harga Kedelai Melambung usai BBM Naik, Perajin Tahu di Solo Resah
Perajin tahu terancam tak bisa berproduksi jika harga bahan baku tahu tempe tersebut tidak segera turun.
Harga kedelai impor di pasar tradisional Kota Solo merangkak naik sejak dua pekan lalu, pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sebelumnya harga kedelai berkisar Rp10.000 per kilogram (kg), saat ini melambung hingga Rp13.000.
Kenaikan harga cukup signifikan tersebut membuat perajin tahu dan tempe di Kota Bengawan resah. Mereka terancam tak bisa berproduksi jika harga bahan baku tahu tempe tersebut tidak segera turun.
-
Mengapa harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah.
-
Di mana harga bahan pangan di pantau? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Siapa yang terdampak dengan naiknya harga kedelai di Purwakarta? Naiknya harga kedelai sejak awal November membuat produsen tahu menjerit Harga kedelai mengalami kenaikan sejak awal November lalu. Hal ini cukup berdampak kepada para produsen tahu yang memakai kedelai sebagai bahan baku utama.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Bagaimana dampak kemarau panjang terhadap harga beras? Produksi sawah petani terancam gagal karena hal ini.
-
Apa yang dijual di Pasar Pakelan? Selain Haniq, ada pula Tawinem. Di pasar itu ia membeli gorengan. "Di sini apa-apa Rp500-an. Ini puli pecel, bahannya dari beras," kata Tawinem.
Untuk mensiasati agar tetap bertahan, para perajin pun harus memutar otak. Salah satunya dengan memperkecil ukuran tahu dan tempe. Sehingga tidak perlu menaikkan harga yang bisa memberatkan konsumen.
"Sudah dua minggu ini harganya naik terus. Sebelum BBM naik itu sekitar Rp10.000, sekarang ini sudah 13.000 per kilogram," ujar Wagiyem perajin tahu asal Krajan, Solo, Kamis (29/9).
Menurutnya, sebenarnya dengan harga kedelai Rp10.000 per kilogram sudah cukup memberatkan. Sebelum mencapai Rp13.000 harga kedelai juga naik menjadi Rp12.000 per kilogram. Dan sekarang harganya semakin tidak terjangkau.
"Kita tidak bisa menaikkan harga mas, takut nanti malah tidak laku. Jadi ukurannya saja yang kita kurangi," keluhnya.
Kondisi serupa dialami Prihatin, perajin tahu yang juga berasal dari kampung Krajan Solo. Menurutnya, pengurangan ukuran tahu dan tempe sudah biasa dilakukan saat harga kedelai naik. Hal tersebut dilakukan agar para konsumen tetap bisa mengkonsumsi makanan favorit rakyat Indonesia.
"Hampir tiap tahun selalu seperti ini mas. Solusinya ya kita perkecil ukurannya biar tetap berproduksi. Masyarakat tetap bisa makan tahu dan tempe," katanya.
Baik Wagiyem maupun Prihatin berharap agar pemerintah turun tangan untuk menurunkan harga kedelai.
"Ya harapannya harga kedelai segera turun. Pemerintah harus turun tangan, jangan sampai malah naik lagi, bisa bangkrut kita," tandasnya.
Tak hanya berimbas pada perajin tahu, Kenaikan harga kedelai juga dirasakan para pedagang angkringan. Pasalnya ukuran tahu dan tempe yang mereka jajakan menjadi kecil.
"Sudah dua minggu ini mas tahu tempe ukurannya mengkeret (mengecil). Saya banyak diprotes langganan saya," ucap Wawan, penjual angkringan di Jembatan Baki, Sukoharjo.
Wawan menyampaikan, dirinya tiap pagi memang menjual olahan tahu dan tempe dalam berbagai varian. Selain digoreng, tahu dan tempe juga dimasak dengan bumbu bacem, tahu isi, tahu bakso maupun tempe mendoan.
"Kalau disini laris semua mas, selain dimakan langsung juga untuk lauk nasi kucing atau dibawa pulang. Harapannya harga kedelai segera normal. Nggak enak mas kalau banyak pembeli yang protested, tahunya kok kecil kecil," pungkasnya.
(mdk/ray)