Harus Dipahami Petugas, Ini Teknik Swab Agar Pasien Tidak Kesakitan
Dokter Spesialis Patologi Klinik, Ryan Bayusantika Ristandi mengatakan, petugas tidak perlu terlalu lama mengorek hidung pasien. Karena alat swab diputar tiga hingga lima kali saja sudah cukup.
Swab menjadi salah satu protokol kesehatan yang harus dijalani masyarakat sebelum melakukan perjalanan maupun setelah berkegiatan di luar ruangan. Terlebih apabila ada salah satu rekan yang dijumpai ternyata terpapar Covid-19.
Namun, tidak semua orang nyaman dengan swab. Alasannya, karena petugas medis harus memasukan alat swab ke dalam hidung untuk mendapatkan sample. Kadang ada yang melakukannya dengan kasar, tetapi tidak sedikit juga menerapkannya dengan nyaman.
-
Kapan Kirab Tebu Temanten dilakukan? Acara ini digelar pada Selasa Selasa (23/4).
-
Apa yang dimaksud dengan tetelan sapi? Tetelan mengacu pada potongan daging yang masih melekat pada tulang sapi. Potongan daging tersebut biasanya terdiri dari kombinasi daging, lemak, dan urat.
-
Apa yang diukur oleh tes IQ? Tes IQ sendiri sebenarnya mengukur berbagai keterampilan kognitif seperti logika, penalaran, pemecahan masalah, dan kemampuan memahami informasi.
-
Apa tanda dari tekad yang kuat? "Menyerah berarti menerima bahwa kamu lelah. Tetapi untuk beristirahat dan mencoba lagi adalah tanda sebuah tekad."
-
Kenapa Kirab Tebu Temanten dilakukan? Selain melestarikan budaya, tradisi ini dimaksudkan untuk memohon keselamatan agar proses giling dan penyulingan berjalan lancar, menyejahterakan seluruh karyawan, dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
-
Kenapa para tentara salib ini tewas? Menurut sejarah Perang Salib, saat itu Sidon sedang dikepung dan dihancurkan pada tahun 1253 oleh tentara Mamluk dan tahun 1260 oleh bangsa Mongol. Kemungkinan besar para prajurit ini tewas dalam salah satu pertempuran ini.
Seperti video seorang anak kecil tampak kesakitan saat menjalani tes swab. Bagaimana tidak, petugas memasukkan alat swab dan memutarnya ke dalam hidung terlihat kasar. Sejumlah netizen ada yang merasa ngeri, kasihan kepada sang anak serta ada pula yang marah dengan teknik yang digunakan oleh petugas.
Dokter Spesialis Patologi Klinik, Ryan Bayusantika Ristandi mengatakan, petugas tidak perlu terlalu lama mengorek hidung pasien. Karena alat swab diputar tiga hingga lima kali saja sudah cukup.
“Petugas seperti tidak terlatih dengan teknik swab untuk nasopharing (swab tenggorokan lewat lubang hidung),” katanya, Rabu (23/2).
Seharusnya, sesuai dengan teori dari CDC dan WHO. Pertama pasien diminta duduk nyaman, bersander atau bila kursi tidak ada senderan, petugas memegang tengkuk atau leher pasien. kepala pasien diminta melihat ke arah atas, membuat sudut kurang lebih 60 derajat.
Setelah itu petugas mengukur kedalaman perkiraan alat swab yang akan dimasukan lewat hidung, yaitu mengukur jarak ujung hidung sampai cuping telinga bawah dan jarak tadi menjadi ditandai dengan jempol dan telunjuk petugas di swab dacron.
Kemudian swab dimasukan perlahan lewat satu lubang hidung mengarah ke telinga bawah, menyusuri dasar hidung, sampai ke tenggorokan. Diputar cukup 3-5 kali. Lalu ditarik perlahan keluar dan dimasukan ke Viral transport media (VTM).
Ryan memastikan video tersebut tidak terjadi di Labkesda Jabar. Pasalnya, semua petugas swab (swabber) sudah dilatih saat perekrutan dan juga refreshing berkala/inhouse training (teori virus SARS CovII dan habitatnya, anatomi struktur rongga hidung dan tenggorokan, teknik swab dan juga penanganan bila terjadi resiko saat swab seperti pendarahan, dll). Semua swabber tersertifikasi.
Pelatihan pun dilakukan untuk petugas saat mengambil sampel dengan pasien anak kecil atau bayi. “Biasanya pasien diminta dipangku orangtuanya. Lalu orang tua bisa menfiksasi (memegangi tangan dan kaki pasien), lalu ada 1 asisten memegang kepala pasien tersebut. Karena biasanya pasien anak atau bayi akan gelisah dan tidak bisa tenang, akan menyulitkan petugas saat swab,” jelas Penanggung jawab Laboratorium di Labkes Provinsi Jawa Barat itu.
“Sebetulnya, bila teknik swab dilakukan dengan benar pasien akan lebih nyaman dan rasa sakit bisa diminimalisasi,” tambahnya.
Dia berharap video tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap kesediaan masyarakat dalam menjalankan tes swab. Apalagi, virus varian micron sedang menyebar, dan karena penularannya lebih cepat dari strain covid-19 lain.
“Fokus pada pencegahan. Harus lebih disiapkan dengan 5M dan Vaksinasi. Memakai Masker, sering Mencuci Tangan, Menjaga jarak minimal 2meter,Meminimalisasi Mobilisasi (kalau tdk sangat perlu, tetap di rumah saja), Mencegah adanya kerumunan, vaksinasi itu wajib sesuai ketentuan, tetap jaga pola makan sehat, berolahraga dan yang terakhir jangan lupa Berdoa,” pungkasnya.
(mdk/fik)