Hidup Berdampingan dengan Covid Bisa Terjadi Jika Herd Immunity Tak Tercapai
Menurut Hasbullah, sebetulnya tidak sulit hidup berdampingan dengan Covid-19. Asalkan, pemerintah mengawasi pelaksanaan 3M (menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan) dan melaksanakan vaksinasi Covid-19. Namun, hidup berdampingan dengan Covid-19 tidak bisa diprediksi berapa lama.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa virus corona kemungkinan akan hidup cukup lama dengan masyarakat Indonesia. Menghadapi situasi tersebut, pemerintah segera menyusun roadmap untuk mengatur aktivitas masyarakat.
Pernyataan Budi Gunadi Sadikin mendapat tanggapan dari pakar kesehatan dan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Pakar kesehatan masyarakat, Hasbullah Thabrany mengatakan prediksi Budi Gunadi Sadikin bisa terjadi jika dunia tidak bisa mencapai target herd immunity atau kekebalan komunitas melalui vaksinasi.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Apa yang membuat kelelawar rentan terhadap penyebaran virus? Salah satu faktor utama yang membuat kelelawar menjadi vektor utama penyakit adalah keanekaragaman spesiesnya. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1.000 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu ordo mamalia yang paling beragam. Keanekaragaman ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi virus untuk bermutasi dan menginfeksi berbagai spesies kelelawar, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran ke manusia.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Kenapa Situ Cipanten viral di media sosial? Tak ayal, lokasi wisata ini sempat viral di media sosial karena keindahannya, dan didatangi pengunjung dari berbagai daerah.
"Asumsi atau prediksi Menkes bisa saja terjadi kalau memang dunia tidak mampu melakukan vaksinasi yang bisa menimbulkan kekebalan komunitas, kekebalan di masyarakat," katanya saat dihubungi merdeka.com, Selasa (10/8).
Menurut Hasbullah, sebetulnya tidak sulit hidup berdampingan dengan Covid-19. Asalkan, pemerintah mengawasi pelaksanaan 3M (menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan) dan melaksanakan vaksinasi Covid-19. Namun, hidup berdampingan dengan Covid-19 tidak bisa diprediksi berapa lama.
"Sampai berapa lama? Bisa dua tahun, tiga tahun, lima tahun, tergantung kedisiplinan kita dan kemampuan vaksinasi kita," ujarnya.
Hasbullah mengingatkan, saat masyarakat hidup bersama Covid-19, pemerintah perlu melakukan vaksinasi secara terus menerus menyesuaikan dengan batasan masa kekebalan tubuh. Sebab, hasil kajian terbaru, kekebalan tubuh yang diperoleh dari vaksinasi Covid-19 hanya bisa bertahan enam bulan atau paling lama satu tahun.
"Berarti harus terus menerus dilakukan vaksinasi ulang kalau memang daya tahan tubuhnya hanya setahun. Itu lah yang harus dilakukan selama nanti mungkin namanya hidup berdampingan dengan covid," jelasnya.
Sementara Wakil Ketua Umum PB IDI, Slamet Budiarto menilai Budi Gunadi Sadikin tidak memahami maksud Covid-19 akan hidup cukup lama dengan masyarakat Indonesia. Kegagalan Budi Gunadi Sadikin memahami situasi tersebut karena tidak memiliki keahlian di bidang kesehatan.
"Dia kan bukan orang kesehatan, enggak paham lah yang dimaksud hidup lama itu kita sudah divaksin. Dia nggk paham," katanya.
Slamet menuturkan, seharusnya Budi Gunadi Sadikin tidak menyampaikan pernyataan yang belum dipahaminya. Idealnya, lulusan Bidang Fisika Nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu lebih banyak bekerja menangani Covid-19 ketimbang berbicara.
Menurut Slamet, ada tiga hal yang harus dilakukan Budi Gunadi Sadikin menangani Covid-19. Pertama, dari sisi promotif yakni memberantas hoaks Covid-19. Kedua, mengambil langkah preventif dengan menggenjot vaksinasi dan meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan.
"Ketiga kuratifnya, dia harus menyediakan faskesnya, rumah sakitnya, menyediakan obat, oksigen, pembiayaan," sambungnya.
Slamet meminta Budi Gunadi Sadikin mencontohi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadi Muldjono dalam menjalankan tugas. Basuki, kata dia, memilih konsentrasi membangun infrastruktur ketimbang berbicara.
"Menkes sebaiknya konsentrasi kepada kerja bukan banyak di media seperti Menteri PU itu loh. Banyak kerja, sedikit bicara. Dia banyak kerja kan? Hasilnya nyata kan. Ya Menkes harusnya seperti itu. Artinya tidak perlu lah bicara seperti itu," ucap dia.
Baca juga:
Satgas Sebut Pemerintah Siapkan Strategi Hidup Berdampingan dengan Covid-19
Bank Dunia dan WHO Siapkan Roadmap Hidup Bersama Covid-19
Ridwan Kamil Keberatan Disebut Realisasi Vaksinasi Covid di Jabar Masih Rendah
Taksi Online Kena Aturan Ganjil Genap di Jakarta
Bangladesh Mulai Vaksinasi Pengungsi Rohingya
Satgas Sebut Syarat Vaksinasi Pengunjung Pusat Perbelanjaan Sesuai Masukan Pakar