IDI akui kondisi dokter di daerah terpencil serba sulit
Soal kesejahteraan dan keselamatan petugas kesehatan kadang jauh dari layak.
Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng Muhammad Faqih, menyatakan turut berduka dengan meninggalnya Dionisius Giri Samudra (24), atau kerap disapa dokter Andra, saat hendak melakukan magang di lokasi terpencil, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Namun dia menyatakan, seharusnya peristiwa itu tidak terjadi jika pemerintah mau memperhatikan para petugas kesehatan.
Faqih menyatakan, menjadi dokter itu tidak mudah dan memerlukan biaya besar saat menempuh pendidikan. Dia melanjutkan, dapat dibayangkan bagaimana seorang dokter muda harus melakukan magang dan mengabdikan ilmunya ke lokasi terpencil, tetapi dengan fasilitas minim. Apalagi segala sesuatunya tak dipersiapkan oleh pemerintah.
"Jangan bicara kesejahteraan deh. Perlindungan dan persiapan kita di lokasi. Seperti ini tidak bisa hanya Kemenkes saja yang mempersiapkan, tetapi harus seluruh kementerian," kata Faqih saat menyambut jenazah Andra, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (13/11).
Menurut Faqih, IDI sebagai organisasi dokter di Indonesia ikut berbela sungkawa dengan kejadian ini.
"Sejak dokter Andra meninggal, kita gunakan pita hitam sebagai tanda berkabung, ini seluruh IDI menggunakan pita hitam," ucap Faqih.