Mengenang Sosok Lo Siauw Ging, Dokter Dermawan Asal Solo yang Tak Pernah Pasang Tarif Berobat
Dokter Lo tutup usia pada Selasa (9/1) di RS Kasih Ibu, Solo.
Dokter Lo tutup usia pada Selasa (9/1) di RS Kasih Ibu, Solo.
Mengenang Sosok Lo Siauw Ging, Dokter Dermawan Asal Solo yang Tak Pernah Pasang Tarif Berobat
Masyarakat Solo kehilangan sosok dr Thomas Becket Lo Siauw Ging M.A.R.S atau akrab disapa dr Lo yang meninggal dunia Rabu (9/1). Dokter berusia 90 tahun yang membuka praktek di rumahnya di Jalan Jagalan (Jalan Yab Tjwan Bing) itu sangat dekat dan akrab dengan pasiennya.
Mungkin tak banyak di muka bumi, seorang dokter yang mengabdikan hidup dan profesinya untuk masyarakat seperti dia. Nama dr Lo begitu dikenal dan dicintai masyarakat.
Nama dr Lo begitu dikenal dan dicintai masyarakat.
Pria keturunan Tionghoa ini populer bukan hanya karena diagnosa dan obat yang diberikannya selalu tepat, namun ia juga tidak pernah pasang tarif pada pasiennya. Bahkan dari 60 persen pasiennya tidak membayar biaya periksa.
"Dulu pasien saya lebih dari 100. Sekarang setiap hari pasien saya itu ada sekitar 60 orang. Ada yang bayar, ada yang tidak. Saya tidak pernah meminta bayaran atau pasang tarif. Mau bayar silakan, mau tidak juga tidak masalah. Yang penting saya bisa melayani mereka," ujar dokter Lo kepada merdeka.com saat bertandang ke rumahnya, Jumat (29/11) lalu.
Kepada pasien yang tidak mampu Lo juga memberikan kemudahan.
Selain tak dikenakan biaya periksa, mereka juga diberikan obat secara cuma-cuma.
Jika obat yang dibutuhkan tak tersedia, Lo memberikan resep untuk ditukarkan obat ke apotek terdekat.
"Di sini banyak pasien yang tidak mampu. Saya berikan resep, nanti tagihan dari apotek masuk ke saya. Setiap bulan tagihan dari apotek kadang mencapai Rp10 juta. Tetapi syukur ada beberapa donatur yang membantu saya," katanya saat itu.
Menurut Lo, panggilan hati untuk mengabdi ke masyarakat lebih kuat dibandingkan hanya mementingkan materi. Dokter Lo membuka praktik di Jalan Yab Tjwan Bing Nomor 7, Jagalan. Dia membuka praktik setiap hari, pagi dan sore, kecuali hari Minggu.
"Saya akan terus mengabdikan diri saya, sebagai dokter selagi saya mampu. Seperti tentara, selama saya masih dibutuhkan," ungkap dia.
Mungkin tak banyak di muka bumi, seorang dokter yang mengabdikan hidup dan profesinya untuk masyarakat.
Sosok Lo Siaw Ging patut dijadikan teladan bagi para dokter di Tanah Air. Ia terbukti mengabdikan hidupnya di dunia kesehatan dengan memberi pelayanan tanpa meminta imbalan.
Suami Maria Gan May Kwee itu mengaku bisa seperti sekarang ini karena teringat pesan dari sang ayah. Selain itu seorang dokter di Solo yang dikenal dengan nama dokter Oen, almarhum juga menginspirasinya buat hidup sederhana.
"Saya selalu ingat pesan beliau (ayah). Beliau bilang kalau saya ingin menjadi dokter, ya harus mau menolong sesama. Menolong orang yang tidak mampu, jangan mencari materi, jangan mencari keuntungan. Kalau mau kaya ya berdagang saja, jadi pengusaha saja, jangan jadi dokter," kisahnya.
Dokter Lo berpesan agar fungsi sosial ini selalu diterapkan oleh para dokter. Hal itu yang
selalu dijalankan baik saat praktik di rumah, maupun di Rumah Sakit Kasih Ibu yang dipimpinnya.
"Kami tidak pernah menerapkan adanya uang muka saat pasien mau masuk. Coba bayangkan kalau ada pasien kecelakaan yang perlu mendapatkan pertolongan secepatnya, bisa-bisa nyawanya tidak tertolong. Padahal yang membawa ke rumah sakit kan polisi, masa mereka yang mau bayar," ungkap dia.
Selama menjadi Direktur dari tahun 1981 hingga tahun 2004 di RS di Kasih Ibu, Lo tak pernah membuat peraturan yang memberatkan pasien. Hal tersebut hingga saat ini masih dipertahankan di rumah sakit yang berada di Jalan Slamet Riyadi tersebut.
Untuk dokter sekarang, Lo yakin mereka juga mempunyai fungsi sosial. Lo juga memaklumi jika banyak dokter di zaman sekarang lebih mementingkan materi. Namun dirinya berpesan agar tetap tidak melupakan fungsi sosial.
"Sekolah kedokteran sekarang itu mahal, jadi wajar saja jika mereka tetap memasang tarif cukup mahal. Tapi tetap jangan lupa mengabdi pada rakyat," katanya.
Selain tidak pernah memasang tarif, yang istimewa dari dokter Lo adalah tak pernah membedakan pasien kaya dan miskin. Dari kalangan manapun, pasien akan mendapatkan pelayanan yang sama, tak ada yang diistimewakan.
Di mata pasien tidak mampu, dokter Lo memang bagaikan malaikat penolong.Meski sering bersikap galak, dokter Lo tetap dicintai pasien dan warga Solo.
Dokter Lo menjadi rujukan berobat terutama bagi mereka yang tidak mampu. Namun dokter lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini merasa apa yang ia lakukan bukan sesuatu yang luar biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan.
"Ini sudah tugas saya sebagai seorang dokter, jangan dibesar-besarkan. Dokter lain juga bisa melakukan seperti yang saya lakukan, menolong pasien, siapapun dan dari kalangan manapun," katanya.
Tugas dokter Lo belum selesai sampai memberikan pelayanan kesehatan gratis. Kadang kala ada pasien tidak mampu, biaya menebus obat di apotek ditanggung olehnya.
"Di sini banyak pasien yang tidak mampu. Saya berikan resep, nanti tagihan dari apotek masuk ke saya. Setiap bulan tagihan dari apotek kadang mencapai Rp10 juta," katanya.
Menurut Lo, jika tak memiliki obat yang dibutuhkan, pasien akan diberikan resep untuk ditukarkan ke apotek terdekat. Meski kena biaya, Lo, bersyukur masih ada pihak-pihak yang membantu.
"Tetapi syukur ada beberapa donatur yang membantu saya," katanya
Dokter Lo juga dikenal galak di mata pasien. Tak hanya di rumah tempat dia membuka praktik, namun juga di di rumah sakit tempatnya bekerja, RS Kasih Ibu, Solo. Kemarahan Lo tentu bukanlah untuk menakut-nakuti pasien, agar tidak lagi berobat ke tempatnya.
Namun agar pasien disiplin dalam menjaga kesehatan agar tidak terkena penyakit lagi. Bahkan Lo sangat kesat jika pasien datang dalam kondisi yang sudah terlambat, dan Atau menganggap enteng penyakit. Hal lain yang kadang membuat Lo marah adalah saat pasien menanyakan ongkos periksa padahal pasien itu tidak punya uang.
"Saya itu sebenarnya bisa melihat, mana pasien saya yang mampu bayar, mana yang tidak. Atau mana yang tidak mampu sama sekali. Saya kadang memang marah, kalau mereka menanyakan ongkos periksanya berapa, padahal sudah kelihatan mereka tidak mampu. Saya akan membebaskan biaya periksa, bahkan pasien yang tidak mampu resep obatnya akan saya berikan. Nanti rumah sakit atau apotek biar menagih ke sini," ujar Lo ketika merdeka.com berkunjung ke kediamannya, Jumat (29/11/2013).
Kini dokter dengan segala kebaikan itu telah meninggalkan kita. Jenazah akan dikebumikan ke Krematorium Delingan dari rumah duka Thiong Ting Kamis besok pukul 14.00 WIB. Satu jam sebelumnya akan diadakan upacara agama Katholik.
Sebelumnya juga dilakukan upacara jiebok atau tutup peti pukul 17.00 di rumah duka Thiong Ting. Dokter Lo Siaw Ging, M.A.R.S atau sering disapa dokter Lo tutup usia pada Selasa (9/1) di RS Kasih Ibu, Solo.