IDI Minta Pemerintah Tak Terburu-buru Keluar dari Pandemi Covid-19
IDI menegaskan, WHO yang memiliki wewenang untuk menyatakan pandemi Covid-19 telah berakhir.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Mohammad Adib Khumaidi meminta pemerintah tidak perlu terburu-buru memutuskan status endemi Covid-19. Saat ini, penularan Covid-19 di Indonesia masih terjadi.
"Bahasa yang saya kira tepat disampaikan bahwa kita tidak perlu ikut terburu-buru seperti di Amerika. Tapi, kita harus melihat dan menilai dari kondisi kita," kata Adib, Senin (27/9).
-
Kapan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) resmi terbentuk? Tepat pada 24 Oktober 1950, IDI secara resmi mendapatkan legalitas hukum di depan notaris.
-
Dimana konsentrasi dokter spesialis di Indonesia? Dia mengatakan 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa. "Rata-rata semuanya dokter spesialis pada di Jawa dan di kota. 59 persen dokter spesialis itu terkonsentrasi di Pulau Jawa, 59 persen," ujarnya.
-
Apa tujuan utama dibentuknya Ikatan Dokter Indonesia (IDI)? Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat profesi dokter.
-
Kapan dokter Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Di mana Dokter Lo dirawat? Ia membenarkan jika dokter Lo Siauw Ging MARS saat ini sedang mendapat perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu (RSKI) Solo.
-
Kondisi Dokter Lo saat ini seperti apa? "Keadaannya memang masih kurang baik," terangnya. Namun hari berikutnya Jumat, (22/12) Sumartono mendapat kabar dari drg. Haryani, Supervisor Marketing RS Kasih Ibu Solo, bahwa Dokter Lo di rawat di RSKI.
Dia menegaskan, WHO yang memiliki wewenang untuk menyatakan pandemi Covid-19 telah berakhir. Ia pun mengingatkan bahwa setiap negara memiliki kemampuan dan kondisi yang berbeda-beda.
Menurut Adib, terdapat sejumlah indikator yang harus menjadi dasar bagi Indonesia untuk dipenuhi, seperti kasus aktif, hasil testing, surveilans, termasuk capaian vaksin penguat (booster).
"Vaksin booster khusus untuk semua masyarakat, ya, bukan untuk kelompok-kelompok tertentu saja, termasuk nanti target vaksin booster kedua," ucap Adib.
"Ini menjadi indikator-indikator yang harus dijadikan dasar untuk kita menyatakan sebuah kebijakan, baik itu kebijakan berkaitan dengan masker, pemeriksaan PCR, tes antigen, itu kan kita harus dari dasar-dasar indikator yang tadi," kata Adib.
Menanggapi laporan yang menyebut ketersediaan vaksin booster mulai langka di sejumlah daerah, Adib mengatakan pihaknya telah menyampaikan permasalahan ini kepada Kementerian Kesehatan dan akan segera ditindaklanjuti. Dia mengatakan, selalu berkoordinasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 dan pemerintah dalam mengatasi permasalahan Covid-19.
"Pada saat respons masyarakat masih tinggi terhadap vaksinasi booster, tolong ketersediaan ini benar-benar bisa dijamin karena ada suatu ketersediaan (vaksin) yang perlu distribusi," ujarnya, dilansir dari Antara.
Sebelumnya, pada Selasa (20/9), Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyatakan pemerintah tidak tergesa-gesa untuk menyatakan bahwa pandemi Covid-19 sudah berakhir di Indonesia. Dia mengingatkan agar masyarakat Indonesia harus berhati-hati dan tetap waspada.
Pada Rabu (14/9) pekan lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan akhir pandemi Covid-19 sudah ada di depan mata. Meski begitu, dia tetap mendesak masyarakat dunia untuk meningkatkan kewaspadaan menahan penyebaran virus.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga sebelumnya mengatakan dia yakin pandemi Covid-19 sudah berakhir meski mengakui bahwa AS masih memiliki masalah dengan virus SARS-CoV-2 yang terus bermutasi tersebut.
(mdk/tin)