Indahnya suara penyandang tunanetra baca Alquran braille di Malang
Kata Yani, anak-anaknya antusias seperti kebanyakan umat muslim menyambut Ramadan. Bahkan, usai salat Tarawih, sebagian mengikuti tadarusan bersama masyarakat umum.
Para penyandang tuna netra di Kota Malang, Jawa Timur dengan antusias bertadarus menggunakan Alquran braille. Usai menjalankan salat Dzuhur di Mushala An-Nur Komplek UPT Rehabilitasi Cacat Netra, mereka langsung berkumpul didampingi seorang pembimbing, Yani Soewantoro (51).
Sebelum memulai tadarus, masing-masing mengambil Alquran braille dari lemari kaca di sudut mushola. Kendati dengan keterbatasan tidak bisa melihat, keseluruhan aktivitas itu dilakukan secara mandiri.
Satu siswa membawa satu Alquran braille yang terjilid dalam setiap satu juz. Kendati hanya satu juz, ukurannya pun lebih besar dan lebih berat dibanding Alquran 30 Juz biasa.
Masing-masing duduk bersila dengan posisi melingkar, sambil menghadap Alquran braille di depannya. Lantunan suara indah bacaan bersahutan keluar dari mulut mereka, sambil jari-jemari meraba sebagai pengganti mata.
Awalnya mereka membaca secara mandiri, dengan bebas memilih halaman yang akan dibaca. Tetapi di akhir sesi mereka akan membaca bersama-sama pembimbing.
"Tidak hanya saat Ramadan membaca Alquran. Mereka bisa melakukan di asrama maupun di mushola. Hanya saja selama Ramadan anak-anak ini lebih termotivasi untuk tadarusan," kata Yani Soewantoro di Mushala An-Nur Komplek UPT Rehabilitasi Cacat Netra, Jalan Beringin Kota Malang, Senin (29/5).
Kata Yani, sebanyak 105 penyandang tuna netra menempati UPT Rehabilitasi Cacat Netra. Mereka menempuh pendidikan selama 3 tahun dan di antaranya menempuh kelas Kejuruan Agama Islam dengan keterampilan membaca Alquran braile.
"Mereka mendapatkan materi-materi keterampilan, salah satunya baca Arab atau Alquran braile. Ini sudah masuk program kurikulum," kata Yani yang telah menjadi instruktur sejak 2003 itu.
Bagi Yani, anak-anak dampingannya tidak terikat kapan harus membaca Alquran, baik itu siang, usai dzuhur maupun ashar. Terpenting, dirinya sudah membekali cara membacanya, selanjutnya dapat diaplikasikan kapanpun.
Kata Yani, anak-anaknya antusias seperti kebanyakan umat muslim menyambut Ramadan. Bahkan, usai salat Tarawih, sebagian mengikuti tadarusan bersama masyarakat umum.