Ini 3 versi riwayat nama Tanjakan Emen, mana yang benar?
Ini 3 versi riwayat nama Tanjakan Emen, mana yang benar? Versi pertama menyebutkan tentang kecelakaan melibatkan kernet bus bernama Emen. Versi kedua tentang Emen, si korban tabrak lari yang jenazahnya disembunyikan di dekat tanjakan. Sementara versi terakhi,yang paling benar adalah tentang Emen si sopir oplet.
Lagi-lagi Tanjakan Emen, Ciater, Subang, Jawa Barat memakan korban jiwa. Telah terjadi kecelakaan maut di sana pada hari Sabtu (10/2). Kecelakaan yang melibatkan sebuah bus pariwisata dan satu motor Honda Beat itu menewaskan 27 korban.
Ini bukan kali pertama Tanjakan Emen menyaksikan tragedi maut. Sebelumnya, ada sekitar lima kecelakaan maut yang pernah terjadi di Tanjakan Emen dan seluruhnya menelan korban tewas.
-
Kapan Lukman Hakim meninggal? Lukman Hakim meninggal di Bonn pada 20 Agustus 1966.
-
Kapan Kirab Tebu Temanten dilakukan? Acara ini digelar pada Selasa Selasa (23/4).
-
Siapa yang mengalami kecelakaan? Chisa Anne stri dari vokalis band Repvblik Ruri Wantogia, membagikan kondisi terkini dari sang suami yang dikabarkan mengalami kecelakaan pada Jumat (6/9).
-
Kapan Adipati Lumajang meninggal? Adipati Lumajang, (Putra/Cucu Suropati), meninggal dilereng selatan Gunung Semeru pada tahun 1767.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Kapan Elang Ekor Putih mencuri hasil tangkapan? Elang ekor putih aktif dalam mencari makanan, kadang-kadang mencuri hasil tangkapan dari elang lain.
Kecelakaan yang terjadi berulang ini kerap dikaitkan dengan hal mistis. Emen adalah sosok yang dipercaya sebagai hantu penunggu tanjakan tersebut, yang menyebabkan kecelakaan sering terjadi. Lalu siapakah Emen sebenarnya?
Dilansir dari laman kotasubang.com, setidaknya ada tiga kisah soal Emen yang berkembang di masyarakat. Kisah pertama datang dari Sahidin Darajat, warga yang tinggal di sekitar tanjakan tersebut.
Sahidin mengaku sebagai saksi mata sebuah kecelakaan yang menyebabkan seorang kernet bus bernama Emen tewas. Insiden tersebut dia yakini terjadi pada tahun 1969.
Menurut Sahidin, saat itu Emen sedang mengganjal ban sebuah bus, yakni Bus Bunga, yang mogok di tanjakan. Nahas, rem bus tersebut blong sehingga Emen terseret bersama bus dan meninggal dunia.
Sejak kejadian itu, Sahidin menyampaikan bahwa sering terjadi penampakan dan kecelakaan di sana, sehingga kemudian tanjakan tersebut dikenal dengan sebutan Tanjakan Emen.
Versi kedua mengatakan, Emen adalah seorang korban tabrak lari di daerah itu. Bukannya ditolong, jenazah Emen malah disembunyikan dalam rimbunan pepohonan di sekitar tanjakan tersebut. Sejak saat itulah, arwah Emen dipercaya menuntut balas.
Versi terakhir mengatakan bahwa dulunya Emen adalah seorang sopir oplet Subang-Bandung. Peristiwa sial menimpa Emen pada tahun 1964, yaitu oplet yang dikendarainya kecelakaan dan terbakar. Banyak orang mengatakan, Emen tewas di tempat kejadian. Sejak saat itu, semakin sering terjadi kecelakaan di sana.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebuah mitos pun berkembang di mana pengendara disarankan melempar koin, rokok atau menyalakan klakson agar terhindar dari bahaya saat melewati tanjakan Emen.
Versi terakhir adalah versi yang paling mendekati kebenaran. Wahyu, putra dari Emen membenarkan peristiwa nahas yang menimpa sang ayah. Pada saat Wahyu berusia 8 tahun, Emen yang sedang mengendarai oplet Subang-Bandung mengalami rem blong. Oplet Emen pun menabrak tebing, terbalik kemudian terbakar. Menurut Wahyu, hanya ada dua orang yang selamat dari insiden tersebut.
Namun, ia menampik bahwa rentetan kecelakaan yang terjadi di tanjakan tersebut disebabkan oleh arwah penasaran sang ayah. Wahyu yang berprofesi sebagai sopir angkot di Lembang ini menuturkan bahwa sang ayah tidak meninggal di tanjakan tersebut, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak. Jenazah Emen pun disemayamkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.
Mengesampingkan mitos yang beredar, tanjakan sepanjang sekitar 3 km ini memang cukup berbahaya karena memiliki tikungan-tikungan tajam dan kemiringan yang ekstrem. Kewaspadaan tinggi pun dibutuhkan oleh siapa pun yang melintasi daerah ini, terutama bagi pengendara yang baru pertama kali melewatinya.
Selain kewaspadaan, kondisi kendaraan yang prima juga menjadi faktor penting untuk menjamin keselamatan saat melewati tanjakan ini. Apalagi kebanyakan kasus kecelakaan di Tanjakan Emen disebabkan oleh kondisi rem yang blong.
Bus pariwisata bernopol F 7959 AA terguling di Tanjakan Emen, Subang, Sabtu (10/2/2018) petang. Ada dugaan bus tersebut mengalami rem blong saat berada di turunan itu.
Polisi menyebut, bus sempat berjalan tak terkendali, sewaktu melintas jalan yang menurun dan berkelok berjalan tidak terkendali menabrak kendaraan sepeda motor.
"Karena cuaca sedang bagus, jadi diduga rem blong," kata Kapolres Subang Muhammad Joni.
Selain itu, kepolisian masih terus mendata jumlah korban. "Tercatat 27 korban meninggal dunia. Saat ini sedang pendataan," kata Joni.
Sumber: Liputan6
(mdk/tsr)