Ini analisa Malaysia Airlines dibajak teroris
Laporan Departemen Luar Negeri AS 2012, Malaysia rentan terhadap aktivitas teroris dan telah pusat transit teroris.
Muncul spekulasi jika Malaysia Airlines telah diserang oleh teroris. Dugaan ini muncul setelah pihak berwenang Malaysia mengatakan, sedang menyelidiki dua penumpang yang menggunakan paspor hasil curian.
Namun para pejabat dan ahli dengan cepat menunjukkan bahwa tidak ada bukti kecurangan. Sejauh ini masih ada penjelasan lain untuk penggunaan dokumen identitas palsu.
Dua penumpang membeli tiket mereka melalui China Southern Airlines, yang merupakan penerbangan dengan Malaysia Airlines berbagi kode. Mereka menggunakan dokumen milik warga negara Italia dan Austria yang dicuri di Thailand sekitar dua tahun lalu.
John Goglia, mantan anggota dewan dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional, badan AS yang menyelidiki kecelakaan pesawat mengatakan, kurangnya panggilan darurat dari pilot menyarankan bahwa pesawat mengalami dekompresi baik peledak atau dihancurkan oleh bahan peledak.
"Ini harus cepat karena tidak ada komunikasi," kata Goglia dilansir dari thestar, Senin (10/3).
Kip Hawley, mantan Administrasi Keamanan Transportasi AS mengatakan, bahwa insiden ini seperti 2006 yang melibatkan teroris. Pelaku teror ingin pesawat jet turun di Samudera Atlantik dengan menggunakan bahan peledak cair. Namun rencana tersebut berhasil digagalkan oleh Amerika Serikat dan pejabat Inggris.
Hawley menambahkan, sangat prihatin ada bom tersembunyi di sepatu penumpang karena cukup kuat untuk menjatuhkan pesawat.
Menurut laporan Departemen Luar Negeri AS 2012, Malaysia rentan terhadap aktivitas teroris dan telah digunakan sebagai pusat transit dan perencanaan teroris. Namun, departemen mencatat bahwa negara itu belum mengalami insiden terorisme serius beberapa tahun belakangan.
Lainnya mencatat bahwa hilangnya pesawat itu datang pada akhir Kongres Rakyat Nasional tahunan di Beijing, dan terjadi pada saat meningkatnya kekhawatiran di China tentang terorisme.
Kolonel Richard Kemp, mantan kepala kontra-terorisme dari Komite Bersama Intelijen pemerintah Inggris, mengatakan bahwa kemungkinan serangan teror harus dipertimbangkan secara serius. Dia menunjuk ke jaringan antara separatis dari China Xinjiang dan Al-Qaeda. China telah menyalahkan separatis untuk serangan baru-baru ini di Yunnan yang menewaskan 29 orang.
Steve Vickers, kepala eksekutif sebuah perusahaan konsultasi keamanan berbasis di Hong Kong yang mengkhususkan diri dalam mitigasi risiko dan kecerdasan perusahaan di Asia, mengatakan, adanya beberapa wisatawan paspornya dicuri bisa menjadi petunjuk.
Tetapi terlalu dini jika langsung disimpulkan dokumen perjalanan palsu juga digunakan secara rutin oleh penyelundup dan imigran ilegal.
A US Department of Homeland Security menulis, "Hanya karena mereka (paspor) yang dicuri tidak berarti wisatawan teroris. Mereka bisa saja tidak lebih dari pencuri atau mereka bisa saja membeli paspor di pasar gelap."
Seorang pejabat pemerintah federal atas penegakan hukum di Washington mengatakan, bahwa tidak ada kaitan teroris telah muncul, dan tidak ada organisasi yang mengaku bertanggung jawab atas hilangnya pesawat.
Tercatat telah terjadi beberapa kasus pembajakan pesawat. Namun para ahli mengatakan tampaknya tidak mungkin pesawat Malaysia Airlines dibajak mengingat para pembajak biasanya akan memaksa pesawat untuk mendarat di bandara.
Tetapi ada juga yang mengatakan, pembajakan dengan teroris adalah mungkin. Selanjutnya teroris memaksa pesawat ke laut.