Ini cara Soeharto lawan orang-orang yang mengkritiknya
Era Jokowi ada aturan kepolisian soal media sosial. Di zaman Pak Harto seperti apa?
Aturan hukum soal postingan menghasut di media sosial jadi polemik. Banyak yang menilai hal itu dilakukan pemerintah untuk membungkam kritik.
Dari zaman Soekarno, Soeharto hingga Jokowi, kritik masyarakat terhadap kinerja pemerintah memang selalu ramai. Dulu dilakukan lewat media massa atau selebaran, kini lebih ramai di media sosial.
Cara Presiden menanggapi kritik itu pun berbeda-beda. Presiden Soeharto misalnya, tak pernah mau mengenal apa yang namanya oposisi.
"Oposisi seperti di Barat tidak kita kenal di sini. Oposisi yang asal saka menentang, asal saja berbeda, tidak kita kenal di sini," kata Soeharto.
Menurut Soeharto ada yang namanya kontrol sosial, tetapi jangan sampai membuat keonaran. Jangan sampai sampai ribut-ribut dan mengganggu stabilitas nasional.
"Janganlah ngotot, karena perbedaan pendapat, lalu kasak-kusuk hendak menjatuhkan pemerintah. Kita tidak mau mengenal yang seperti itu di negeri ini," kata dia dalam Otobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya. Terbitan PT Citra Lamtoro Gung Persada 1989.
Soeharto sengaja membahas soal oposisi dan kritik itu untuk menghadapi kelompok Petisi 50. Anggota Petisi 50 di antaranya adalah Jenderal Nasution, Ali Sadikin, Hoegeng, Mohammad Natsir, dan Syafruddin Prawinegara. Petisi ini diterbitkan pada 5 Mei 1980.
Lalu apa hukuman bagi orang-orang yang tetap mengkritik Soeharto?
Soeharto mencap semua orang yang menentangnya berarti menentang Pancasila. Anti-Soeharto berarti anti-Pancasila. Soeharto juga memanfaatkan Pancasila untuk menekan lawan-lawan politiknya. Dia juga meyakinkan ABRI untuk memihak satu golongan, bukan memihak kepentingan rakyat.
Soeharto menjawab kritik para tokoh bangsa itu dengan pengasingan politik atau kematian perdata. Semuanya dijadikan persona non grata, atau orang yang tidak diinginkan kehadirannya. Mereka dijauhi dari pergaulan, diisolasi, dicekal ke luar negeri dan ditekan di bidang politik dan ekonomi. Kasarnya, dibuat sengsara di negeri sendiri.
"Dalam negara Pancasila dan Demokrasi Pancasila, kalau ada yang menyatakan tidak setuju, ok saja. Tetapi kalau sudah bertindak menyalahi hukum, ya sepatutnya diambil tindakan terhadapnya," tegas Soeharto.
Baca juga:
Menguak teror IMF dan AS di balik kejatuhan Presiden Soeharto
Cerita Habibie pertama kali bertemu Soeharto di Jerman tahun 1974
Di era Soeharto, petani Indonesia menjadi penyumbang pangan dunia
Kisah Kolonel Gatot Soebroto panggil Soeharto 'monyet' saat perang
Sejarah panjang kenaikan harga BBM dari Soeharto hingga Jokowi
-
Apa kata bijak Soeharto tentang korupsi? Di dunia ini tidak ada yang membenarkan korupsi. Tidak ada. Dalam pengertian yang sebenarnya, tidak akan ada yang membenarkan korupsi itu.
-
Kapan Soeharto hampir diracun? Di Blitar Selatan, TNI juga menggelar Operasi Trisula. Saat Itulah, Soeharto Mengaku Sempat Mau Dibunuh Dengan Racun Tikus
-
Apa yang pernah dititipkan Soeharto kepada Sudjono Humardani? Ceritanya pada tahun 1967, Sudjono pernah diberi tugas oleh Soeharto untuk meminjam topeng Gadjah Mada yang disimpan di Pura Penopengan Belah Batu Bali.
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
-
Kenapa Kunarto membawa pengawal ke hadapan Soeharto? “Saya pun membawanya ke depan Pak Harto, agar dia bilang sendiri,” kata perwira menengah Polri itu.
-
Apa yang digunakan untuk meracuni Soeharto? Kopor Tersebut Ternyata Berisi Racun Tikus