Ini Dampak Garuda Indonesia dan Saudi Airlines Terlambat Terbangkan Jemaah Haji ke Arab Saudi
Kemenag melaporkan hasil evaluasi setelah satu pekan penerbangan jemaah Haji Indonesia 2024 ke Tanah Suci.
Kementerian Agama baru saja merilis evaluasi pekan pertama pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji.
- Kemenag Pertimbangkan Coret Maskapai Garuda untuk Penerbangan Haji, Penyebabnya Karena Ini
- Kemenag Ingatkan Saudi Airlines dan Garuda Indonesia Tak Lagi Terlambat Angkut Jemaah Haji
- Kemenag Evaluasi Penerbangan Haji Garuda Indonesia karena Sering Terlambat, Singgung Nama Saudi Airlines
- Garuda Indonesia Alami Banyak Masalah Layani Angkutan Haji Hingga Buat Jadwal Berantakan, Menhub Beri Teguran Keras
Ini Dampak Garuda Indonesia dan Saudi Airlines Terlambat Terbangkan Jemaah Haji ke Arab Saudi
Salah satu yang menjadi perhatian yakni angka keterlambatan penerbangan dari Garuda Indonesia dan Saudi Airliner.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Kholilurrahman, mengatakan keterlambatan transportasi apapun bisa memengaruhi operasional layanan jemaah haji, terutama di Mekkah.
Terkait akomodasi sebenarnya keterlambatan pesawat tidak terlalu berpengaruh untuk di Kota Suci ini karena biaya sewa hotel di Kota Madinah dengan Mekkah berbeda. Sistem sewa hotel di Madinah berdasarkan jumlah hari atau blocking time. Sementara di Mekkah full musim atau sewanya full selama pelaksanaan musim haji.
Namun hal tersebut berdampak pada pelayanan lain seperti transportasi, konsumsi hingga bisa mengganggu jadwal ibadah jemaah haji.
"Tapi (setiap kasus keterlambatan) tetap kita komunikasikan karena kaitannya dengan layanan lain, konsumsi misalnya. Jadi saling menyampaikan 'bravo' keterlambatan kedatangan pesawat harus tersampaikan kepada bagian transportasi, konsumsi dan lain sebagainya," kata Kholilurrahman di Mekkah, dikutip Selasa (21/5).
Sebelumnya, Kemenag melaporkan hasil evaluasi setelah satu pekan penerbangan jemaah Haji Indonesia 2024 ke Tanah Suci. Seperti disampaikan Juru Bicara Kementerian Agama, Anna Hasbie, angka keterlambatan penerbangan cukup tinggi pada pekan pertama oleh Garuda Indonesia.
"Satu pekan pertama, persentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, mencapai 47,5 persen," kata Anna.
Dari catatannya, dari 80 penerbangan di seluruh embarkasi, terdapat 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Adapun, keterlambatan tercatat sampai 3 jam 50 menit. Kementerian Agama dalam hal ini memberi teguran tertulis ke pihak maskapai.
"Kalau ditotal, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Ini tentu sangat disayangkan. Kita sudah memberikan teguran tertulis agar ke depan harus diperbaiki," tutur Anna.
"Untuk Saudia Airlines, keterlambatan terlama adalah 47 menit," kata Anna menambahkan.
Dia berharap Garuda Indonesia dan Saudia Airlines mematuhi komitmen dan kontrak kerja untuk memberangkatkan jemaah Haji Indonesia sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dan ditetapkan.
Menurutnya, keterlambatan keberangkatan, apalagi hingga hitungan jam dan bahkan sampai terjadi perubahan jadwal, hal itu akan berdampak pada penyiapan beragam layanan di Madinah maupun Makkah, baik transportasi, akomodasi, termasuk juga catering.
"Keterlambatan penerbangan juga berpotensi menjadikan jemaah semakin kelelahan karena terlalu lama menunggu," ujarnya.