Ini perjalanan hidup Laksamana Maeda setelah bantu kemerdekaan RI
Salah satu orang yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia adalah Laksamana Hadashi Maeda.
Salah satu orang yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia adalah Laksamana Hadashi Maeda. Opsir tinggi Angkatan Laut Jepang ini membantu para tokoh Indonesia merundingkan persiapan kemerdekaan. Bahkan rumah dinasnya di Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat digunakan untuk menyusun naskah proklamasi.
Sikap Laksamana Maeda bertentangan dengan sikap pemerintah Jepang pada umumnya. Mereka tak mau memberikan kemerdekaan pada Bangsa Indonesia saat itu. Namun Maeda malah membantu perjuangan Soekarno-Hatta.
Setelah perang berakhir bagaimana kisah sang Laksamana? Putra Laksamana Maeda, Nishimura Toaji Maeda menceritakan kehidupan ayahnya di Jepang. Maeda ternyata pernah diadili di Jepang karena sikapnya itu.
"Kembali ke Tokyo, ayah saya menjalani pengadilan militer. Pada saat itu ayah saya mengatakan saya tidak suka peperangan, saya suka perdamaian. Dan keputusan pengadilan akhirnya bebas tanpa syarat," kata Nishimura saat bertemu Putri Bung Hatta, Halida Hatta di Museum Naskah Proklamasi, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Minggu (16/8).
"Diperkarakan bukan karena membantu kemerdekaan Indonesia, tetapi karena dari dulu sudah menjadi sasaran yang harus diperkarakan sebagai petinggi militer yang tidak suka aturan protokoler, beliau sangat bebas kemana saja," katanya.
Setelah itu, dia mundur dari dinas militer dan politik. Maeda menjalani kehidupan sebagai rakyat biasa.
Laksamana Maeda sangat dekat dengan Soekarno. Beberapa kali Soekarno mengunjunginya. Maeda pun sering pergi ke Jakarta.
"Bapak saya sakit, Bung Karno sempat menjenguk waktu itu. Dan setelah menjalani kehidupan sebagai rakyat biasa, bapak saya beberapa kali datang ke Indonesia. Dan dia tidak pernah bercerita, apa yang dia lakukan di Jakarta," katanya.
Nishimura mengaku saat ini berusia 73 tahun. Ibunya sudah meninggal. Dia beberapa kali mengunjungi Indonesia dan merasa kagum akan perubahan yang ada di Jakarta.
"Sayang sekali saya belum pernah bertemu Bung Karno," sesalnya.