Ini reaksi Mendikbud soal 7 siswa SD 1 Seba diserang senjata tajam
Agar kejadian serupa tak terulang, Muhadjir telah mengutus Irjen Kemendikbud untuk menanganinya. "Untuk mengatasi paling enggak menyelesaikan dan jangan sampai terulang kasus serupa," kata Muhadjir di Gedung DPR
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi menyayangkan peristiwa penyerangan terhadap tujuh anak-anak Sekolah Dasar (SD) di Seba, Kabupaten Sabu Raijua, NTT, Selasa (13/12). Agar kejadian serupa tak terulang, Muhadjir telah mengutus Irjen Kemendikbud untuk menanganinya.
"Untuk mengatasi paling enggak menyelesaikan dan jangan sampai terulang kasus serupa," kata Muhadjir di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (14/2).
Meski demikian, Muhadjir mengakui kasus serupa sulit untuk dihindari. Sebab, Kemendikbud tak bisa mengontrol seluruhnya tiap sekolah yang jumlahnya begitu besar di Tanah Air.
"Saya harap jangan terjadi lagi tapi kan sulit dihindari karena kita mengendalikan 152 ribu sekolah dengan 49 juta murid itu kan pekerjaan yang tidak kecil," jelasnya.
Selain itu, Muhadjir menambahkan kesulitan dalam memberikan perlindungan bagi anak-anak sekolah bertambah setelah diketahui tak ada aparat khusus yang bertugas memberikan perlindungan ke anak-anak sekolah.
"Kita tidak punya aparat di daerah yang punya tugas langsung untuk melakukan itu (perlindungan)" katanya.
"Fungsinya Pemda. Paling kita hanya ke Kepala Dinas," sambungnya.
Sebelumnya diketahui, seorang pria bernama Irwansyah (32) menikam tujuh bocah Sekolah Dasar (SD) di Seba, Kabupaten Sabu Raijua sekitar pukul 09.00 WITA, Selasa (13/12). Kejadian berawal saat pelajaran tengah berlangsung, pelaku yang membawa sebilah pisau masuk ke ruangan kelas V SDN 1 Sabu Barat dan langsung menuju ke bangku belakang menikam anak perempuan berinisial NO.
Setelah pelaku melukai korban, pelaku melanjutkan aksinya dengan mencari korban lain di kelas tersebut. Teridentifikasi, ada tujuh korban yang dilukai pelaku.
Berikut tujuh identitas bocah yang mengalami luka-luka akibat ulah pelaku. JAA (11) mengalami luka robek pada pipi kiri, lengan kanan bagian dalam, dan luka robek di bagian telinga.
Kemudian, NOP (10) yang mengalami luka pada bagian leher dan bibir bagian depan. MKY (8) mendapat luka pada leher dan luka pada jari telunjuk dan jari tengah.
Selanjutnya, GRR (11) mengalami luka pada leher dan pada jari. Sementara, DSK (11) mendapat luka bagian pada leher. Sedangkan AT (10) mendapat luka di bagian leher dan terakhir AMD (11) mendapat luka yang sama yaitu di bagian leher.
Baca juga:
Kasus penyerangan murid SD murni kriminal, warga jangan terprovokasi
Istana minta Polri tindak tegas penyerang 7 siswa SD di Sabu NTT
Penyerang 7 murid SD di NTT tewas dikeroyok warga di dalam tahanan
Pria ini cambuk istri karena sajikan makanan dingin
7 Pelajar di DIY dibacok sekelompok orang bercadar pakai pedang
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Apa yang membuat anak-anak di Jakarta terpaksa main di pinggir kali? Minimnya ruang terbuka hijau, membuat anak-anak di Jakarta bermain di tempat tak semestinya.
-
Siapa yang berjuang demi anak? “Pada awal kehidupan, orangtua tentu harus membesarkan anaknya, mengasuh, mengajari. Tapi, pada titik tertentu, orangtua justru harus mengajari anaknya kehidupan dengan melepaskan.”
-
Kenapa kekerasan anak di satuan pendidikan meningkat? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif.