Isak Tangis Guru Berhijab dari Pulau Buton di Depan Paus Fransiskus: Bawa Pesan Damai dan Pendidikan
Salah satu peserta schollas occurrentes, Ana Nur Awalia berkesempatan memberikan testimoni di hadapan Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus menghadiri pertemuan dengan pemuda schollas occurrentes di Graha Pemuda, Kompleks Gereja Katedral Jakarta, Rabu (4/9). Acara itu juga dihadiri Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Mendikbudristek Nadiem Makakrim.
Salah satu peserta schollas occurrentes, Ana Nur Awalia berkesempatan memberikan testimoni di hadapan Paus Fransiskus. Ana merupakan seorang guru di pulau kecil, Buton, Sulawesi Tenggara.
-
Apa yang dialami wanita bernama AN? AN awalnya mengeluhkan sakit perut karena hendak melahirkan, Minggu (21/1). Ia pun dibawa suaminya dari kampungnya di Desa Pauh, Kecamatan Rawas Ilir, Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, menuju puskesmas. Dalam perjalanan, sakit perut AN karena kontraksi semakin menjadi. Beruntung kabar ini diterima bidan puskesmas sehingga segera menuju lokasi. Dibantu bidan, AN melahirkan secara normal seorang bayi laki-laki.
-
Kapan Nasha Anaya lahir? Nasha Anaya, seorang remaja yang lahir pada 19 Februari 2009, telah mencapai usia 14 tahun.
-
Kenapa Anwar Fuady memilih Wiwiet Tatung? Anwar Fuady terpesona oleh Wiwiet Tatung karena kecantikannya, kecerdasannya, dan pendidikan tingginya. Selain itu, Anwar mengagumi karakter Wiwiet yang sopan, ramah, dan rendah hati. Nilai-nilai ini membuat Wiwiet menjadi sosok yang istimewa di mata Anwar, dan menjadi alasan kuat mengapa Anwar memilihnya sebagai pasangan hidup.
-
Kapan Annisa Kaila mulai berakting? Ia telah memulai kariernya di dunia hiburan sejak masih berusia 8 tahun.
-
Mengapa Nasha Anaya terlihat menawan? Nasha Anaya kini sudah pintar berdandan. Nasha pintar berdandan dan parasnya tampil menawan ini curi perhatian.
-
Kenapa Panji Gumilang menggugat Anwar Abbas? Langkah hukum dia tempuh usai Panji merasa tidak terima dicap komunis. Sehingga Panji bersama tim hukumnya menggugat Anwar secara perdata dengan nilai Rp 1 triliun sebagai ganti rugi materil dan imateril.
"Sangat jauh dari Jakarta. Saya juga adalah seorang dosen, seorang fasilitator anak, dan seorang penyiar radio serta seorang ibu. Saya mengambil peran sebanyak mungkin, semampu saya, di setiap bagian lini masa kehidupan. Agar saya dapat mengisi dunia pendidikan dan menyebarluaskan tentang pentingnya edukasi untuk menuntaskan kemiskinan," ujar Ana.
Masih ada satu peran lagi, lanjut Ana, hari ini bukan hanya sekadar sebuah pengalaman baginya. Namun sebuah transformasi luar biasa dan kali pertama dalam hidupnya.
"Saya mengunjungi, masuk dan menjadi bagian dalam Katedral. Bagian dari Katedral sebuah gereja yang disucikan umat Katolik. Ajaibnya tepat di depan saya berdiri pula masjid tempat saya biasanya beribadah. Ini merupakan simbol toleransi, di mana perbedaan seharusnya kita hadapi dan kita jembatani," jelas Ana.
Menurut Ana, dirinya belajar toleransi melalui agama Islam, dan ketika bersama Scholas, Scholas juga mengajarkan toleransi yang sama seperti yang diajarkan oleh Islam.
"Scholas dalam pedagogikanya, kurikulumnya, melatih saya untuk melihat dunia dari pinggir jalan, rakyat miskin kota, anak-anak yang haus sekolah, dan harusnya disekolahkan," kata Ana.
- Bertolak ke Papua Nugini, Paus Fransiskus Akhiri Kunjungan Bersejarah di Indonesia
- VIDEO: Banjir Air Mata Guru Berhijab Asal Buton Nangis Bicara Toleransi ke Paus Fransiskus
- Paus Fransiskus Kunjungi Terowongan Silaturahim: Tanda Gelap Kita Lawan dengan Persaudaraan
- Imam Besar Istiqlal: Paus Fransiskus Sangat Terkesan Masuk Terowongan Toleransi
"Menyadarkan mereka yang kaya materi bahwa hidup tidak hanya memikirkan diri sendiri. Sebagai seorang guru, saya melihat kurikulum sekolah memiliki visi misi yang sama dengan kurikulum merdeka belajar," ujar Ana menambahkan.
Dalam praktiknya, menurut Ana, butuh tim kerja seperti Scholas, seperti teman-teman tunas bhinneka, teman-teman fasilitator untuk menciptakan generasi muda, generasi guru yang bukan hanya cerdas, tapi juga bahagia.
"Saya mengenal Scholas melalui mentor, saya kemudian mengikuti proses tesnya yang cukup panjang. Saya sangat bahagia ketika dinyatakan lulus dan menjadi salah satu tim dari Scholas, student, dan juga volunteer. Saya tertarik mengetahui bahwa mereka mencintai pendidikan sebagaimana saya cinta dunia yang sama, bersama anak-anak, buku, literasi, seni, teknologi, games, dan ruang belajar," tutur Ana.