Mengenal Terowongan Silaturahmi, Penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Dikunjungi Paus Fransiskus
Paus menganalogikan Terowongan Silaturahim seperti sebuah tempat yang akan mengeluarkan kita dari lorong gelap menuju tempat yang terang benderang.
Pemimpin gereja Katolik sedunia Paus Fransiskus berkunjung ke Masjid Istiqlal pada Kamis (5/9). Kehadiran Paus disambut Imam Besar Masjid Istiqlal dan sejumlah tokoh serta umat Katolik.
Dalam kesempatan tersebut, Paus menandatangani plakat Terowongan Silaturahim. Terowongan Silaturahim ini menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Santa Maria Naik ke Surga yang berada di seberang masjid. Namun karena waktu yang terbatas, Paus dan rombongan tidak masuk ke dalam terowongan dan hanya menandatangani plakat.
Kepala Negara Vatikan juga memuji pembangunan terowongan ini. Dia menganalogikan Terowongan Silaturahim seperti sebuah tempat yang akan mengeluarkan kita dari lorong gelap menuju tempat yang terang benderang.
"Kita kaum beriman yang berasal dari tradisi keagamaan yang berbeda-beda memiliki sebuah tugas untuk dilakukan, membantu semua orang untuk melewati terowongan ini dengan pandangan yang diarahkan menuju terang," kata Paus.
Pembangunan Terowongan Silaturahim
Terowongan terletak di bawah tanah ini diberi nama 'Terowongan Silaturahmi' dibangun pemerintah pada tanggal 20 Januari 2021 dan rampung pada 20 September 2021. Letak terowongan ini berada di halaman depan pintu Al-Fattah, salah satu dari tujuh pintu masjid Istiqlal.
Ide pembuatan ini datang langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika meninjau proses renovasi Masjid Istiqlal pada 7 Februari 2020.
Pembangunan terowongan ini tidak hanya sekedar fasilitas, melainkan menjadi ikon keharmonisan antar umat beragama di Indonesia. Lebih dari itu, keberadaan terowongan dapat menjaga serta mempererat tali silaturahmi dan toleransi yang mendukung semangat kebangsaan 'Bhinneka Tunggal Ika'.
Sempat Diusulkan Bangun Jembatan Bukan Terowongan
Dikutip dari situs kemenag.go.id, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin yang menjabat pada tahun 2014-2019 itu mengusulkan untuk membangun jembatan pendukung di atas jalan protokol bukan terowongan bawah tanah. Hal ini berkaitan dengan simbol yang bisa nampak jelas dan terlihat di permukaan.
Namun, dari beberapa pertemuan Presiden Joko Widodo dengan berbagai kalangan, usulan Menag saat itu tidak direalisasikan hingga akhirnya dibangun di bawah tanah. Nama “Terowongan Silaturahmi” dipilih karena berasal dari kata yang bisa dipahami semua orang.
Terowongan tersebut juga menjadi pelengkap bentuk toleransi beragama yang digadang-gadang oleh Presiden Soekarno saat membangun masjid Istiqlal di dekat Gereja Katedral. Fungsi dari terowongan sendiri memang bermacam-macam, selain menghubungkan dari satu tempat ke tempat lain, bisa juga digunakan untuk aliran air, pembangkit listrik, serta menjadi solusi konstruksi dalam mengatasi masalah infrastruktur.
Bukan Cuma Penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral
Terowongan Silaturahmi ternyata tak sekedar penghubung antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral. Secara fungsional, terowongan ini memudahkan akses para jemaah dari Masjid Istiqlal ke Gereja Katedral begitu pula sebaliknya.
Letak masjid dan gereja yang berseberangan menjadi bukti nyata keberagaman dan toleransi beragama. Dalam terowongan tersebut terdapat berbagai macam ornamen-ornamen yang semakin mempercantik jalan panjang bawah tanah tersebut.
Dibangun Gaya Modern
Corporate Secretary PT Waskita Karya (Persero) Tbk Ermy Puspa Yunita menyatakan arsitektur "Terowongan Silaturahmi" yang dikunjungi Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Paus Fransiskus didesain bergaya modern dengan eksterior berbahan transparan.
Ermy menuturkan desain terowongan ini membuat visual Masjid Istiqlal dari Gereja Katedral tidak terhalang (nampak jelas).
“Terowongan Silaturahmi tidak hanya menjadi penghubung dan penyambung dua rumah ibadah tersebut. Melainkan juga menjadi simbol kerukunan antarumat beragama pada umumnya, dan umat Islam dan Katolik khususnya,” kata Ermy dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (5/9).
Luas dan Tinggi Bangunan
Terowongan Silaturahmi memiliki panjang 28,3 meter, tinggi 3 meter, serta lebar 4,1 meter. Sementara itu seluruh area tunnel (terowongan) memiliki luas 136 meter persegi, lalu total luas selter dan terowongan mencapai 226 meter persegi.
Perseroan, kata Ermy, merasa bangga bisa membangun "Terowongan Silaturahmi" sekaligus merenovasi dan menjadi bagian dari pembangunan Masjid Istiqlal.
“Kami berupaya tetap menjaga nilai sejarah, budaya, dan kemegahan Masjid Istiqlal yang selama ini menjadi perhatian dunia,” tutur dia.
Pencahayaan
Dia mengatakan perseroan memerlukan waktu sekitar dua tahun dalam merenovasi Masjid Istiqlal yakni dari 2019 sampai Januari 2021. Dalam renovasi tersebut, Waskita memperbarui aspek tata pencahayaan yang dilengkapi teknologi kekinian sebagai inovasi bangunan ramah lingkungan.
Selain pencahayaan di dalam bangunan, kata dia, perseroan membenahi pula pencahayaan di luar Istiqlal. Di antaranya dengan menyinari bagian kubah, sehingga masjid berkapasitas 120 ribu jamaah ini terlihat lebih bersinar saat malam hari.
Ermy menambahkan sungai yang membelah Masjid Istiqlal ikut diperbarui, sehingga lebih rapi. Menurut dia, ini tidak hanya memaksimalkan fungsi masjid sebagai tempat ibadah, tetapi juga memperhatikan aspek arsitektur, seni, serta estetika.
“Maka meski setelah direnovasi bangunan masjid tampak seperti baru, namun kaidah-kaidah cagar budaya bangunan masjid tetap terlihat," kata dia.
Renovasi tersebut merupakan yang pertama dilakukan sejak 42 tahun lalu. Biaya yang dikeluarkan mencapai Rp511 miliar bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Masjid Istiqlal diharapkan dapat menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia. Kedatangan Paus Fransiskus ke Istiqlal pun mempertegas status Istiqlal sebagai simbol masjid di Tanah Air,” tutur Ermy.