Isu Kekerasan Seksual dan Nasionalisme Membahana di Norwegia
Teuku menilai penonton terhanyut dalam suasana yang dibangun dengan struktur emosi yang dinamis oleh Joane Win.
Isu itu disuarakan lewat pementasan dua teater monolog.
Isu Kekerasan Seksual dan Nasionalisme Membahana di Norwegia
Isu Kekerasan Seksual dan Nasionalisme Membahana di Norwegia
Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Norwegia dan Islandia mendukung Regina Art yang mengangkat isu kekerasan seksual dan nasionalisme dalam pementasan dua teater monolog mereka berjudul Cotton Candy dan Besok atau Tidak Sama Sekali di Oslo, Norwegia.
“Regina Art Monologue Project ini adalah konsep teater yang memberikan pemahaman tentang suatu peristiwa dan dibawakan dengan sangat baik,” kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Norwegia dan Islandia Teuku Faizasyah dalam keterangan di Jakarta, Minggu.
- Potret Kebersamaan Ladislao dengan Nathalie Holscher dan Adzam, Romantis Saling Sayang
- Bocah 6 Tahun Meninggal Tak Wajar Diduga Korban Kekerasan Seksual, Ini Kronologinya
- Isu Nasionalisme dan Kekerasan Terhadap Perempuan Bakal Disuarakan di Lima Negara Eropa
- Jenderal Polri Pose sama Vokalis Eks Mantan Wakil Wali Kota, Puji Sosok Rendah Hati
Teuku menilai penonton terhanyut dalam suasana yang dibangun dengan struktur emosi yang dinamis oleh Joane Win dalam monolog Cotton Candy dan Wawan Sofwan dengan Besok atau Tidak Sama Sekali.
"Kita terbawa ya dengan penampilannya, aga mencekam dan jalan cerita juga disampaikan dengan sangat baik, dari awal sampai akhir kita terkesima dan tidak putus melihat peran yang ditampilkan oleh Joane Win tadi. Regina Art Monologue Project ini adalah konsep teater yang memberikan pemahaman tentang suatu peristiwa dan dibawakan dengan sangat baik. Selamat dan sukses untuk misi budaya selanjutnya,"
ujar Teuku Faizasyah.
Seniman Norwegia Cliff Moustache berpendapat pementasan ini mengangkat tema monolog yang menarik, yakni Cotton Candy yang ceritanya sangat kuat dan bagus oleh Joane Win.
Joane Win berhasil menceritakan kisahnya dengan teknik bermain dan emosinya, sehingga penonton percaya bahwa mereka melewati peristiwa yang traumatis itu.
“Terlebih ini banyak dialami oleh perempuan di seluruh dunia jadi ini adalah isu global yang penting untuk diangkat,”
ujarnya.
Kemudian monolog Besok atau Tidak Sama Sekali juga sangat penting karena Soekarno adalah salah satu legenda pendiri bangsa Indonesia, sehingga penonton tertarik untuk melihat taktik yang dilakukan oleh seorang pemimpin bangsa pada saat itu.
“Wawan Sofwan sebagai aktor yang hebat, sangat mirip dengan Soekarno dan setelah selesai kemudian mengajak seluruh penonton menyanyikan lagu Indonesia Raya dapat terlihat kebanggaan tersendiri pada warga Indonesia,”
kata Cliff.
Sutradara Wawan Sofwan juga mengingatkan kembali bahwa warga Indonesia yang ada di Belanda dapat menyaksikan pertunjukan Regina Art Monologue Project pada 3 November 2023 bertempat di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda.
"Kami berharap pementasan Monologue Project ini tidak sekedar memberikan ungkapan kata-kata kepada para penonton, namun juga dapat memberikan nilai-nilai edukasi tentang kehidupan sosial, kemanusiaan, moral, dan nasionalisme."
jelas Joane Win, Produser Regina Art Monologue Project.