Tentara Wanita Inggris Bunuh Diri Setelah Alami Pelecehan Seksual dari Atasannya
Tentara wanita ini bertugas sebagai penembak artileri.
Tentara Wanita Inggris Bunuh Diri Setelah Alami Pelecehan Seksual dari Atasannya
Tentara Inggris yang bertugas sebagai penembak artileri, Jaysley Beck (19), ditemukan tewas bunuh diri di Kamp Larkhill, Wiltshire pada Desember 2021 lalu. Tentara wanita tersebut mengakhiri hidupnya setelah menjadi sasaran pelecehan seksual dari atasannya.
Sumber: The Guardian
Versi tinjauan internal yang telah disunting dan diterbitkan pada Rabu menjelaskan secara rinci ketika Beck menerima lebih dari 1.000 pesan dan pesan suara dari atasannya pada bulan Oktober 2021. Selanjutnya pada bulan Novrmber, jumlah pesan meningkat menjadi 3.500.
Foto: Merdeka.com
“Hampir dapat dipastikan bahwa ini (pelecehan seksual) adalah faktor penyebab kematiannya," kata laporan tersebut.
Sumber: The Guardian
Beberapa minggu sebelum kematiannya, Beck sempat mengirim pesan kepada atasannya mengatakan: “Saya tidak dapat mengatasinya lagi, ini membebani saya.”
Sumber: The Guardian
“Anda mungkin berpikir solusi termudah adalah memblokir dia, Anda tidak bisa memblokir bos Anda begitu saja.”
Leighann McCready, ibu Beck kepada BBC.
Sumber: The Guardian
McCready menambahkan, putrinya segan melaporkan perilaku atasannya tersebut karena pengaduan pelecahan seksual sebelumnya ditangani oleh tentara.
“Dia selalu sedih, dia muak dengan perilakunya, dan hal itu merusak pekerjaan yang sangat dia sukai.”
Laporan kematian tersebut mengatakan, kematian Beck terjadi secara tiba-tiba dalam rantai komandonya. Selain itu, laporan tersebut juga mengatakan bahwa adanya dua hubungan dalam kematian Back yaitu alkohol dan masalah keluarga yang mungkin berkontribusi terhadap kematian Beck.
McCready membantah hal ini, mengatakan "Saya pikir mereka berusaha memberikan banyak hal pada keluarganya. Mereka mengatakan bahwa kami ikut bertanggung jawab atas meninggalnya putri kami.”
Laporan tersebut menemukan bukti signifikan mengenai perilaku seksual yang tidak pantas dari tentara laki-laki terhadap tentara perempuan di garnisun Larkhill. Salah satu saksi menggambarkan secara rutin menerima komentar dari tentara laki-laki yang keji dan merendahkan, menurut Pusat Keadilan Militer (CMJ) yang mewakili keluarga.
CMJ mengatakan insiden tersebut sebenarnya telah dilaporkan pada Juli 2021 oleh petugas surat perintah di sebuah acara sosial, namun tidak dirujuk ke polisi. Rantai Komando menanggapi insiden ini dengan serius, tetapi laporan tersebut menambahkan bukti yang menunjukan bahwa proses pelaporan tidak diikuti dengan benar. Laporan tersebut mengakui bahwa cara penanganan insiden tersebut mungkin telah menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap Back.
Dalam surat permintaan maaf kepada Beck setelah kejadian tersebut, pelaku menulis “pintu akan selalu terbuka.”
“Ini adalah sesuatu yang putri saya harus bawa, selama sisa hidupnya,” kata McCready.
Kasus ini membawa pertanyaan lebih mendalam mengenai "kultur misogini yang melekat dalam institusi militer" yang telah menjadi fokus pengawasan ketat dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2021, sebuah laporan dari parlemen menyatakan bahwa militer Inggris tidak berhasil melindungi anggota militer perempuan. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa hampir dua pertiga dari tentara perempuan di angkatan bersenjata telah mengalami intimidasi, pelecehan seksual, dan perlakuan diskriminatif selama masa tugas mereka. Hal ini kemudian mendorong Kementerian Pertahanan untuk melakukan restrukturisasi dalam penanganan keluhan.