Kena Mental, 10 Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Pulang dari Gaza Karena Melihat Penderitaan Rakyat Palestina
Militer Israel merahasiakan identitas tentaranya yang mati bunuh diri.
Militer Israel merahasiakan identitas tentaranya yang mati bunuh diri.
Kena Mental, 10 Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Pulang dari Gaza Karena Melihat Penderitaan Rakyat Palestina
Militer Israel mengumumkan kematian 620 orang dari total 637 tentaranya. Sebanyak 17 identitas tentara dirahasiakan dan 10 tentara mati karena bunuh diri.
Militer Israel menolak untuk merilis data tentaranya yang bunuh diri selama bertahun-tahun, membiarkan masalah ini tertutup.
Sejak awal agresi brutal Israel di Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023, 10 perwira dan tentara dilaporkan tewas bunuh diri tak lama setelah awal serangan pertempuran di sepanjang perbatasan Israel dan Gaza. Dalam wawancara yang dilakukan dengan para kerabat dan profesional menunjukkan, peperangan yang mereka saksikan di lokasi tersebut menghancurkan jiwa mereka, seperti dilansir media Israel, Haaretz.Setelah 7 Oktober, setiap hari di Gaza terdengar teriakan-teriakan orang yang tersiksa, diiringi teriakan yel-yel tentara Israel. Kejadian mengerikan ini yang memicu 10 tentara Israel bunuh diri.
Kejadian mengerikan ini yang memicu 10 tentara Israel bunuh diri.
Seorang tentara berusia 30- tahun yang kembali dari tugas cadangan di Gaza menunjukkan gejala-gejala pasca-trauma, menurut keterangan saksi mata.
Bulan lalu, tubuhnya yang sudah tidak bernyawa ditemukan di dalam mobilnya di Gan Yavne.
Satu tentara ditemukan tewas di rumah warga tanpa sebab. Beberapa pekan kemudian penyelidikan militer Israel mengonfirmasi bahwa dia bunuh diri.
Hingga saat ini, sudah ada beberapa tentara lainnya yang bunuh diri sejak awal serangan di Gaza, namun daftar tersebut dirahasiakan pihak militer.
Informasi yang beredar mengungkap tentara yang bunuh diri berpangkat perwira, mayor dan letnan kolonel. Beberapa di antaranya bunuh diri pada awal pertempuran dan wilayah serangan masih terbatas. Daftar tersebut mencakup seorang perwira karir yang ditemukan tertembak di dalam mobilnya, dua pekan setelah pejuang Hamas menerobos masuk ke dalam pagar.
Korban bunuh diri lain yang tidak disebutkan namanya merupakan seorang tentara cadangan yang bunuh diri di pangkalan militer di Lembah Yordan pada Desember dan seorang wajib militer yang bunuh diri dengan granat fragmentasi bulan lalu, di dekat rumahnya di Tepi Barat.
"Ini sangat mengejutkan. Kami tidak terbiasa dengan kasus bunuh diri selama pertempuran," jelas Profesor Yossi Levi-Belz, ketua Pusat Studi Bunuh Diri dan Sakit Mental di Pusat Akademik Ruppin.
"Insiden-insiden ini biasanya terjadi ketika pertempuran mereda, terutama di antara orang-orang yang menderita pasca trauma yang terbangun setiap pagi dengan pemandangan dan suara-suara serta rasa bersalah, bahkan setelah perang berakhir."
Kepala Direktorat Personel IDF (Pasukan Penjajah Israel) mengumumkan, untuk pertama kalinya pihak militer akan mengumumkan bahwa tentara yang meninggal karena “keadaan pribadi” atau bunuh diri akan diakui sebagai korban perang.
Namun keputusan ini ditanggapi oleh lima keluarga tentara yang bunuh diri, mereka mengatakan bahwa militer tidak pernah berkonsultasi dengan mereka sebelum mengambil keputusan ini.
"Kemungkinan itu tidak disampaikan kepada saya," kata ayah dari salah satu tentara yang bunuh diri.
"Kasus-kasus yang jarang terjadi ini mungkin menunjukkan intensitas kengerian yang terjadi di wilayah Gaza selama masa itu, dan pengaruhnya terhadap kondisi mental mereka yang terpapar olehnya."
Sebagian besar tentara yang bunuh diri masih berusia sangat muda, masih dalam tahap pelatihan dasar atau di tahun pertama dinas mereka. Namun, kejadian 7 Oktober juga memiliki efek yang tidak biasa. Militer secara mendadak harus menghadapi kecenderungan bunuh diri pada prajurit dan perwira karir atau cadangan, yang berusia 30-an dan 40-an tahun.
Salah satu perawat mengungkapkan, beberapa prajurit yang dia rawat tidak bisa tidur di malam hari dan merasa khawatir dengan suara bising sekecil apa pun.
"Saya sangat ingin menolongnya," tegasnya, "tetapi saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Haruskah saya melepaskannya untuk pulang ke keluarganya, atau lebih baik baginya untuk tetap berada di lapangan dengan unitnya dan merasa dibutuhkan? Ada kekacauan seperti itu sejak awal. Bahkan petugas kesehatan mental tidak memiliki jawaban. Saya mendapati diri saya tidak memiliki solusi dari sistem yang tidak berfungsi."
Hingga saat ini, jumlah tentara Israel yang tewas sebanyak 637 orang, 17 diantaranya namanya dirahasiakan dan 10 tentara dilaporkan bunuh diri, enam orang meninggal antara 7 Oktober-31 Desember 2023 dan empat lainnya tewas antara 1 Januari-11 Mei 2024.
Meskipun pihak militer Israel bersikukuh tidak ada benang merah yang menghubungkan semua kasus ini dengan situasi perang yang memperlihatkan situasi pembantaian, namun percakapan dengan kerabat dan kawan-kawan mengungkapkan bahwa beberapa tentara yang bunuh diri telah mengalami gangguan psikologis setelah melihat apa yang mereka lakukan di perbatasan.