Program Jabar Masagi, Wujudkan Karakter Generasi Milenial Melalui Kearifan Lokal
Memiliki tiga irisan budaya, Sunda Priangan, Cirebonan, dan Betawian menjadi dasar grand desain salah satu program kerja 100 hari Gubernur Jawa Barat, yaitu Jabar Masagi. Program ini untuk menguatkan pondasi generasi milenial Jabar melalui nilai pendidikan karakter.
Memiliki tiga irisan budaya, Sunda Priangan, Cirebonan, dan Betawian menjadi dasar grand desain salah satu program kerja 100 hari Gubernur Jawa Barat, yaitu Jabar Masagi. Program ini untuk menguatkan pondasi generasi milenial Jabar melalui nilai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter tersebut bisa diwujudkan dengan cara mengembalikan pendidikan budi pekerti yang bisa berdampak pada akhlak sosial yang mengandung keluhuran nilai-nilai kearifan lokal tiga budaya yang ada di Jawa Barat.
-
Apa yang dilakukan Syekh Nurjati di Cirebon? Di Cirebon, keduanya sepakat mulai mengajarkan ilmu Agama Islam yang saat itu masih banyak yang belum mengenalnya.
-
Apa itu Tayuban Cirebon? Kesenian Tayuban menjadi salah satu warisan lokal yang punya banyak makna.
-
Kenapa kasus Vina Cirebon ditarik ke Polda Jabar? Kemudian ramai itulah yang kemudian kasus ini ditarik ke Polda Jabar. Jadi sesama tahanan saling pukul sehingga membuat mereka lebam-lebam," ucap dia.
-
Kapan Sunan Gunung Jati tiba di Cirebon? Setelah menuntut ilmu di Makkah, Syarif Hidayatullah berangkat ke Nusantara. Ia mampir di Gujarat dan Kerajaan Samudra Pasai sebelum akhirnya tiba di Cirebon pada tahun 1470 Masehi.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari rotan Cirebon? Keunggulan dari rotan khas Cirebon ini adalah di motifnya yang beragam, dengan aneka hiasan dan warna.
-
Kapan Tayuban Cirebon biasa digelar? Biasanya seni Tayuban digelar saat hajatan keluarga keraton seperti pernikahan dan acara kebudayaan.
"Malam ini kita akan memulai perjalanan baru dengan menyiapkan anak didik kita melalui manusia unggul Jawa Barat. Apa itu?" tanya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam paparannya saat launching Jabar Masagi di Gedung Negara, Kota Cirebon, Rabu (5/12) malam.
Manusia unggul Jawa Barat harus mempunyai empat nilai, yaitu secara fisik badannya harus sehat, cerdas, berakhlak, dan religius. Untuk mewujudkan empat nilai tersebut, kata Emil, pihaknya mempunyai strategi yang disebut Jabar Masagi.
"Menilai kualitas manusia unggul Jawa Barat harus punya empat nilai. Kita akan melakukan strategi namanya Masagi. Artinya, sudah sangat sempurna nilainya, digali dari nilai budaya Jawa Barat," tutur Emil.
Implementasi Jabar Masagi adalah seluruh program, baik di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat yang mampu menumbuhkan generasi muda di Jawa Barat sebagai manusia berbudaya. Manusia berbudaya ini memiliki kemampuan untuk bisa belajar merasakan (surti/rasa), belajar memahami (harti/karsa), belajar melakukan (bukti), belajar hidup bersama (bakti/dumadi nyata).
"Surti, kemampuan merasa atau sensitifitas. Harti kemampuan untuk mengerti, kemudian melakukan bukti atau mempraktikkan. Terakhir bakti, terlibat bersosialisasi untuk masyarakat," papar Emil.
"Mari kita lahirkan manusia atau generasi unggul Jawa Barat," ajaknya.
Jabar Masagi memiliki logo unik berwarna kuning, biru, dan hijau yang melambangkan tiga budaya yang ada di Jawa Barat. "Ada lengkungan di logo itu menandakan M untuk Masagi. Ini ada nilai budayanya, kemudian ada irisan di tengah warna hijau. Jadi, kita doakan semua bertemu di warna hijau," terangnya.
Sebagai bentuk komitmen dari para kepala daerah di Jawa Barat untuk mewujudkan program tersebut, dilakukan penandatanganan MoU antara Bupati/Wali Kota se-Jawa Barat dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Selain itu, pihak Dinas Pendidikan Jawa Barat sebagai leading sector program Jabar Masagi, juga mengundang 612 unsur pada acara launching. Di antaranya Kepala Dinas Pendidikan 27 kabupaten/kota, Kepala Bappeda 27 kabupaten/kota, MKKS, MKPS, guru SMA/SMK/SLB hingga forum OSIS Jawa Barat.
Berbeda dengan launching program lain, launching Jabar Masagi dikemas secara apik dan menarik. Prosesi awal acara menghadirkan tiga pemandu acara dengan logat bahasa khas Sunda, Cirebonan, dan Betawian. Saat launching, Gubernur Emil memandu langsung acara peresmian. Kemeriahan launching semakin terasa lengkap ketika kaulinan atau permainan kincir zaman baheula dimainkan para undangan dan kaum milenial dari berbagai komunitas unik yang hadir sebagai pengisi acara.
Tak sampai di situ, seluruh pengisi acara dan tamu undangan termasuk Gubernur Emil larut dalam kemeriahan saat menari bersama. Keriuhan acara terus berlanjut saat pesta kembang api menutup seluruh rangkaian acara launching.
(mdk/hhw)