Jaksa Agung ST Burhanuddin Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Unsoed
Menurut Burhanuddin, peristiwa tersebut seringkali terjadi saat suatu peristiwa tindak pidana menyasar ke pelaku masyarakat kecil, yang perbuatannya dianggap tidak pantas atau tidak adil jika dibawa ke pengadilan.
Jaksa Agung ST Burhanuddin dikukuhkan sebagai Guru Besar Tidak Tetap Universitas Jenderal Soedirman atau Unsoed hari ini, Jumat (10/9/2021). Kegiatan tersebut berlangsung di Auditorium Graha Widyatama Unsoed, Purwokerto, Jawa Tengah.
Acara tersebut diselenggarakan baik secara virtual maupun fisik. ST Burhanuddin dikukuhkan sebagai Profesor Dalam Bidang Ilmu Hukum Pidana Universitas Jenderal Soedirman.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Kenapa kualitas udara Jakarta buruk? "Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 11.9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian keterangan situs IQAir tersebut.
Dalam kesempatan itu, ST Burhanuddin menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak, khususnya civitas akademika Universitas Jenderal Soedirman.
"Di panggung yang sangat terhormat, yang sangat terpelajar ini, izinkan saya menyampaikan pidato pengukuhan guru besar tidak tetap pada Universitas Jenderal Soedirman dengan judul Hukum Berdasarkan Hati Nurani, sebuah kebijakan penegakan hukum berdasarkan keadilan restoratif," tutur Burhanuddin di lokasi.
Hal tersebut diangkat Burhanuddin berdasarkan keresahannya bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa hukum saat ini masih mengedepankan aspek kepastian hukum dan legalitas formal, daripada keadilan hukum yang lebih substansial bagi masyarakat.
"Sebagian besar kalangan juga masih memandang juga hukum bagaikan pisau yang tajam ke bawah, tumpul ke atas. Kita tidak dapat menutup mata dengan segala penegakan hukum yang berkembang di Indonesia. Telah terjadi beberapa kali peristiwa penegakan hukum dan mencederai rasa keadilan masyarakat," katanya.
Dalam kesempatan itu, dia mengingatkan pentingnya penegakan hukum berdasarkan hati nurani.
"Kita tidak dapat menutup mata dengan segala penegakan hukum yang berkembang di Indonesia. Telah terjadi beberapa kali peristiwa penegakan hukum yang mencederai rasa keadilan masyarakat," tuturnya.
Menurut Burhanuddin, peristiwa tersebut seringkali terjadi saat suatu peristiwa tindak pidana menyasar ke pelaku masyarakat kecil, yang perbuatannya dianggap tidak pantas atau tidak adil jika dibawa ke pengadilan.
"Beberapa kasus yang menarik perhatian masyarakat Indonesia, pada kasus nenek Minah yang didakwa melakukan pencurian 3 buah kakao, kemudian divonis 1 tahun 1 bulan dan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan. Kasus lain yang serupa adalah kasus kakek Samirin yang divonis bersalah 2 bulan 4 hari penjara karena mencuri getah karet yang harganya sekitar Rp 17 ribu," jelas dia.
Kedua kasus tersebut, Burhanuddin melanjutkan, sangatlah mengusik rasa keadilan berbagai pihak. Banyak kalangan yang mempertanyakan di mana letak hati nurani aparat penegak hukum, hingga tega menghukum masyarakat kecil yang tua renta atas kesalahannya yang dianggap tidak berat.
"Apakah semua perbuatan pidana harus berakhir di penjara? Apakah semua perbuatan dan masih adakah keadilan di negeri ini? Kegelisahan-kegelisahan inilah yang perlu ditinjau lebih dalam. Suatu tujuan hukum dapat tercapai secara tepat dalam menyeimbangkan hukum yang tersurat dan tersirat," Burhanuddin menandaskan.
Reporter: Nanda Perdana Putra
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Keluarga Korban Tragedi Semanggi Kalah Lawan Jaksa Agung Usai Kasasi Ditolak MA
Jaksa Agung Minta Kaji Ulang Efektivitas Sidang Online, Ini Respons MA
Jaksa Agung Ingatkan Kejaksaan Pakai Hati Nurani dalam Menerapkan Hukum
Jaksa Agung: Jangan Sampai Jaksa Lakukan Penuntutan Asal-asalan, Tanpa Rasa Keadilan
Jaksa Agung Resmi Pecat Pinangki Dengan Tidak Hormat
Cegah Manipulasi, Jaksa Agung Minta Jajarannya Awasi Data Penanganan Covid-19
Kejaksaan Agung Kawal 44 Proyek Strategis Senilai Rp142,9 Triliun