Jokowi Ogah Dikaitkan dengan Doxing Peneliti ICW: Jangan Semua Diakibatkan Saya
Jokowi mengaku tidak mengetahui hal tersebut, apalagi dirinya tinggal di Solo seusai pensiun dari Kepala Negara.
Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) enggan menanggapi adanya peneliti ICW (Indonesia Corruption Watch) menjadi sasaran doxing setelah mengkritik dirinya yang masuk nominasi presiden terkorup versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).
Jokowi mengaku tidak mengetahui hal tersebut, apalagi dirinya tinggal di Solo seusai pensiun dari Kepala Negara.
- Kalah dari Jagoan Jokowi di Pilkada Solo, Ini Reaksi Teguh Prakosa
- Ada Jokowi di Pelantikan Menteri dan Wakil Menteri Prabowo-Gibran
- Disambut Ribuan Warga, Jokowi Bagi-Bagi Kaos dari Atas Mobil Maung saat Pulang Kampung ke Solo
- Dianggap Layak Jadi Wantimpres Prabowo-Gibran, Jokowi: Saya Mau Pulang ke Solo
"Saya itu di Solo, ke Jakarta kalau ada kawinan," ujar Jokowi saat ditemui di rumahnya, Sumber, Solo, Selasa (14/1).
Jokowi juga heran semua hal dikaitkan dengan dirinya. Termasuk pemecatan pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong dan pengangkatan penggantinya Patrick Kluivert.
"Jangan semua hal diakibatkan dengan saya. Masak sampai urusan untuk pelatih PSSI dikaitkan dengan saya, hubungannya apa?” ungkapnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo itu mengatakan, baginya saat ini adalah penegakan hukum jika ada yang melanggar.
"Yang paling penting kalau ada yang melanggar diproses hukum saja," tandasnya.
Peneliti ICW Didoxing
Koordinator Divisi Kampanye Publik ICW, Tibiko Zabar mengatakan doxing akibat kritik tersebut menimpa rekannya Diky Anandya. Diky merupakan peneliti isu hukum dan kriminal dari ICW.
"Data pribadi Diky berupa Nomor Induk Kependudukan hingga titik koordinat terakhirnya disebar melalui sosial media," katanya.
"Doxing dialami Diky setelah dia menyampaikan pernyataan dan siaran pers kepada awak media perihal Presiden ke-7 Joko Widodo yang terdaftar sebagai nominasi tokoh terkorup versi Organize Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP)," pungkasnya.