Kak Seto: Pelajaran siswa SD terlalu padat
Kak Seto juga menyebut, sistem belajar untuk siswa SD di Indonesia sangat kaku.
Ditjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana merevisi Kurikulum SD di tahun ajaran mendatang. Perubahan itu dengan menyederhanakan jumlah mata pelajaran yang sebelumnya 11 menjadi tujuh pelajaran.
Aktivis perlindungan anak Seto Mulyadi setuju dengan rencana Kemendikbud. Pria yang akrab disapa Kak Seto ini menilai jumlah dan materi pelajaran untuk siswa SD yang berlaku saat ini terlalu padat.
"Itu tepat, karena pelajaran sekarang terlalu padat," kata Kak Seto saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (12/10).
Kak Seto mencontohkan, di negara maju seperti Jerman, mata pelajaran untuk tingkat SD hanya berjumlah 4 sampai 5 pelajaran. Di usia-usia itu, anak memang diberikan kesempatan untuk bermain ketimbang belajar materi yang serius.
Menurut Kak Seto, anak dinyatakan benar-benar siap menghadapi kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya di atas 10 tahun. Sedangkan dari di usia kanak-kanak sampai sembilan tahun, ada baiknya anak diajarkan soal pembentukan karakter diri. Misalnya memantapkan etika dan estetika agar dia berbuat lebih baik dan santun.
"Sebab kalau materi yang disajikan terlalu padat, yang ada siswa malah stres, etika rusak, menjadi pemarah. Dan sifat-sifat itu kan salah satu dasar prilaku anak berbuat tawuran," jelasnya.
Pria yang akrab dengan boneka si Komo ini menambahkan, ada baiknya anak kelas I sampai III SD, belajar sambil bermain. Misalnya tempat belajar di alam bebas, sehingga ketika dia berhitung dia akan menghitung apa yang dia lihat bukan yang disajikan di buku, atau menghitung balok.
"Nah ketika kelas IV, sudah lebih serius," tambahnya.
Kak Seto juga menyebut, sistem belajar untuk siswa SD di Indonesia sangat kaku. Padahal belajar itu hak anak dan bukan kewajiban yang memberatkan.
"Kurikulum yang mengasyikkan, menyenangkan tapi tetap ada unsur pengembangan diri agar anak santun, kreatif, sehingga karakter senang belajar itu muncul dengan sendirinya," papar Kak Seto.
"Sebab pelajaran yang selalu diujikan, kemudian hasilnya mendapatkan nilai merah justu membuat siswa takut belajar. Siswa SD belajar bukan untuk dipaksakan, karena akan mendatangkan perlawanan," jelasnya.
Kak Seto juga sepakat jika pelajaran Bahasa Inggris sebaiknya dihapus untuk siswa SD. Sebab, banyak siswa yang tak mendalami Bahasa Indonesia.
"Benar, bahasa Indonesia kita masih kacau benar, padahal harusnya itu lebih penting. Setelah itu sempurna, baru belajar bahasa kedua, seperti Bahasa Inggris," tandas Kak Seto.
Seperti sebelumnya diberitakan, kurikulum baru itu diharapkan bisa diterapkan 2013 mendatang. Belum jelas berapa mata pelajaran yang dihapus. Yang jelas, kabarnya mata pelajaran Bahasa Inggris dan IPA.
Menanggapi hal itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan rencana itu masih dalam pembahasan.
"Kurikulum masih dalam pembahasan," kata Nuh saat ditemui di Makassar, Jumat (12/10).
Menurutnya, tidak mudah memutuskan satu kebijakan. Meski selesai dibahas di tingkat internal Kemendikbud, pihaknya akan melakukan uji publik sebelum usulan itu benar-benar diberlakukan.
"Nanti selesai pembahasan di internal lalu kita akan lapor ke wapres. Nanti wapres yang sampaikan ke publik. Lalu dilakukan uji pubik. Setelah publik menyampaikan pendapat baru disampaikan. Kurikulumnya seperti itu," jelasnya.