Ternyata 3 Siswa SD di Banten yang Dipulangkan Paksa Sekolah karena Nunggak SPP Rp42 Juta Bukan Anak Sembarangan, Hafal Alquran
Kisah pilu tiga siswa SD di Pandeglang dipulangkan paksa pihak sekolah karena menunggak uang SPP hingga puluhan juta.
Tiga siswa Sekolah Dasar (SD) di Pandeglang, Banten, dipulangkan pihak sekolah karena tidak mampu membayar tunggakan uang SPP yang mencapai Rp42 juta. Peristiwa tersebut belakangan pun tengah ramai jadi sorotan.
Faeza (11), Farraz (10), dan Fathan (7), dipulangkan oleh pihak sekolah saat jam pelajaran masih berlangsung. Ketiga kakak beradik itu dipaksa meninggalkan sekolah dan kemudian diantar ke rumah di tengah-tengah jam pelajaran.
Kepala Yayasan di sekolah tempat kakak beradik itu menuntut ilmu disebut menemui langsung Faeza dan memarahinya di depan teman-temannya. Dia yang kini duduk di kelas 6 SD, menyampaikan kebingungan dan ketakutannya.
"Kepala yayasan memarahi saya di depan teman-teman dan meminta saya untuk tidak melanjutkan belajar di sini karena tunggakan SPP yang sudah terlalu menumpuk," kata Faeza dikutip dari laman Brilio (29/10).
Faeza, Farraz, dan Fathan diantar oleh beberapa guru pendamping menggunakan mobil operasional sekolah ke rumah. Mereka dipulangkan di tengah-tengah jam pelajaran yang sedang berlangsung.
Diketahui, tiga kakak beradik tersebut adalah siswa berprestasi. Terbukti dari banyaknya sertifikat penghargaan yang telah mereka raih. Si sulung, yakni Faeza ternyata juga merupakan seorang hafiz Quran atau penghafal Al-Quran.
Ibunda Faeza, Defi Fitriani, tak kuasa menahan air mata ketika mengetahui nasib miris anak-anaknya. Dia mengungkap, kondisi tersebut terjadi lantaran ia dan suaminya mengalami permasalahan ekonomi.
Defi juga menjelaskan terkait tunggakan pembiayaan sekolah sebanyak Rp42 juta. Dia menguraikan, tunggakan tersebut tidak hanya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Tapi juga terkait uang pembangunan, seragam, hingga buku-buku pelajaran.
Biaya SPP per bulan, anak pertama sebanyak Rp350 ribu, anak kedua sebanyak Rp300 ribu, dan anak terakhir Rp250 ribu. Ayah Faeza, Muhammad Fahat hanya bekerja sebagai buruh harian lepas. Hal itupun membuat mereka kesulitan membayar tunggakan biaya sekolah ketiga anaknya yang mencapai angka puluhan juta rupiah.
"Anak-anak saya tidak bisa bersekolah hanya karena kami miskin. Biaya SPP sebesar Rp42 juta jelas di luar kemampuan kami. Bagaimana kami bisa membayar, sementara untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit?" ungkapnya.
Sejak berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak sekolah yang memulangkan tiga siswanya karena menunggak biasa SPP itu. Namun, peristiwa ini telah memancing perhatian dari masyarakat luas.
Banyak yang menganggap, tindakan pihak sekolah memulangkan siswannya akibat masalah ekonomi sangat tidak pantas. Sebagian lainnya juga mempertanyakan terkait dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah.
Kisah pilu tiga kakak beradik di Pandeglang, Banten, itu juga dibagikan melalui akun Instagram @suryoprabowo2011. Postingan tersebut lalu menuai beragam komentar pro dan kontra dari sikap yayasan sekolah yang memulangkan paksa tiga muridnya.
"Semoga pendidikan gratis yang senantiasa dijanjikan dalam pilpres, pilkada dan pemilu legislatif dapat segera direalisasi," tulis keterangan unggaha.
Beberapa netizen ikut menyayangkan sikap yayasan yang semena-mena memulangkan murid di tengah jam pelajaran. Namun, netizen lainnya menyebut bisa memahami karena sekolah tersebut merupakan yayasan milik swasta bukan sekolah negeri milik pemerintah.