Kala Harga Beras Naik, 450 Hektare Sawah di Lumajang Terancam Gagal Panen
Banyak lahan persawahan menguning karena diserang hama wereng dan tikus.
Banyak lahan persawahan menguning karena diserang hama wereng dan tikus.
- Harga Beras Melonjak, Begini Perjuangan Warga di Jateng Saling Berebut Beras Murah
- Harga Beras Mahal, Pedagang Ngaku Kesulitan Dapat Stok Beras Premium
- Tak Hanya Beras, Harga Kebutuhan Sehari-Hari Ikut Meroket Usai Pemilu
- Harga Beras Terus Naik, Mendag Minta Warga Beralih ke Beras SPHP yang Lebih Murah
Kala Harga Beras Naik, 450 Hektare Sawah di Lumajang Terancam Gagal Panen
Lonjakan harga beras disertai ratusan hektar sawah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur terancam gagal panen. Setidaknya 450 hektare kini tengah rusak imbas terserang hama wereng dan tikus. Kondisi ini terjadi selama sepekan terakhir sehingga para petani dibuat galau.
Salah satu kerusakan lahan ini terlihat di beberapa area persawahan di Desa Karanganom dan Pagowan, Kecamatan Pasrujambe.
Puluhan hektar tanaman padi mengering hingga berwarna kuning akibat diserang hama wereng dan tikus. Hal ini terjadi lantaran kondisi tanah yang kurang baik karena kekurangan air akibat cuaca ekstrem.
Abdul Aziz, salah seorang petani di Desa Pagowan mengaku serangan hama tersebut telah terjadi dalam satu pekan terakhir. Sehingga keadaan ini membuat dirinya terancam gagal panen untuk kedua kalinya.
"Hama wereng dan tikus paling banyak, Sudah 2 kali gagal panen, pertama wereng lalu tikus nyerang juga. Ini habis (padinya) sudah tidak bisa menikmati panen," kata Abdul Aziz saat ditemui pada Jum’at (23/2).
Sementara itu, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Lumajang Ishak Subagyo menyampaikan, data yang dihimpun hingga kini sudah hampir 450 hektar sawah di 21 Kecamatan terserang hama wereng dan tikus.
“Kebanyakan diserang hama tikus dan wereng. Data yang masuk ke kami hampir 450 hektar dari 21 Kecamatan. Perubahan musim ini sangat dirasakan petani,” katanya.
Di sisi lain, saat ini harga gabah yang sedang tinggi mencapai Rp8000 per kilogram membuat para petani tidak bisa menikmati hasil lantaran panen menyusut hampir separuh dari biasanya.
“Harga gabah sebenarnya tidak terpicu justru sekarang ini sedang bagus, tapi petani tidak bisa menikmati harga yang lagi bagus tersebut. Biasanya 6,5 ton sekarang hanya bisa 4 ton,” ujar Ishak.
Kondisi tersebut sudah masuk kategori darurat pangan. Maka dari itu, Ishak mengajak para petani untuk memperhatikan kondisi lahan mereka dengan mengubah pola perawatan lahan pertanian.
“Kami mendesak pemerintah ini sudah darurat. Kita harus mengalihkan pola untuk ajak petani menyehatkan polanya, sementara pupuk itu hanya bahan makanan saja. Kalau makanannya bagus tapi tanah tidak bagus berapa ton pun pupuk yang masuk tidak akan terurai dan akan tetap membuat tingkat keasaman tanah seperti ini,” terangnya.