Kartun Malaysia Pada Zaman Dahulu diduga sadur karya sastra Bali
Ahli waris pembuat karya Sang Cangak menuntut sikap pemerintah atas hal itu.
Tayangan animasi dari Malaysia dituding menyadur karya sastra 'Sang Cangak'. Alhasil, ahli waris pembuatnya memprotes dan minta pihak pemerintah melindungi hasil karya seniman Bali.
Sastra Sang Cangak merupakan karya seniman asli Jembrana, Bali, (alm) Gusti Putu Windya. Belakangan cerita itu diketahui disadur kartun Malaysia berjudul 'Pada Zaman Dahulu'.
Dalam kartun Malaysia itu digambarkan tokoh Bangau (Cangak) dan tokoh Kepiting (Yuyu), dan ceritanya dari awal hingga akhir sama persis dengan kisah Sang Cangak.
Sayangnya, pembuat kartun Bangau versus Kepiting pernah disiarkan di salah satu stasiun televisi swasta itu tidak pernah meminta izin kepada ahli waris pembuat.
"Yang jelas kami sebagai ahli waris sangat keberatan karya orang tua kami disadur tanpa meminta izin kepada kami," ujar Dewa Bagus Komang Budiana, ahli waris pencipta Sastra Sang Cangak, di Jembrana, Bali, Rabu (26/8).
-
Apa yang menjadi ciri khas Kampung Bali di Kalimantan Barat? Di kampung Bali, Desahan Jaya terdapat sebuah Pura yang cukup besar dan luas. Bangunan ini pastinya menambah suasana khas Bali yang begitu kental dan terasa.
-
Siapa yang memukau dengan kecantikan alaminya di Bali? Saat liburan di Bali, Prilly Latuconsina memukau dengan kecantikan alaminya dalam beberapa foto terbaru di Instagram pribadinya.
-
Dimana letak Kampung Bali di Kalimantan Barat? Letaknya berada di Desahan Jaya, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara.
-
Apa ciri khas dari Kebaya Bali? Ciri khas kebaya ini adalah potongannya yang pas badan, menonjolkan lekuk tubuh. Kebaya dibuat dari kain yang tipis menerawang seperti brokat atau katun lembut dengan aksen bordir. Bawahannya berupa kain sarung motif Bali yang disebut kamen.
-
Apa yang dilakukan Nia Ramadhani di Bali? Baru-baru ini, Nia Ramadhani melakukan perjalanan ke Bali untuk mengikuti acara half marathon di sebuah resor mewah.
-
Apa yang terjadi di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
(Dewa Bagus Komang Budiana, ahli waris Alm. Gusti Putu Windya)
Menurut Budiana, karya sastra itu telah dipatenkan. Seharusnya jika karya sastra itu diangkat kembali, hendaknya memberitahukan atau meminta izin kepada pencipta atau ahli waris pencipta. Apalagi karya sastra Bali diubah kemasannya menjadi kartun.
Menurut Budiana, karya sastra itu dibuat sekitar 1970. Lantas direkam dalam kaset dan dipopulerkan oleh Maestro geguritan, (alm) Dewa Aji Wanten dan I Nyoman Rede.
"Kasetnya diproduksi berulang-ulang. Bahkan sampai sekarang kasetnya masih diproduksi, karena sastra geguritan ini sangat diterima orang Bali di seluruh Indonesia," tutur Budiana di Banjar Pasar, Desa Yehembang, Mendoyo, Jembrana.
Budiana mengatakan, sekitar 1986, pihak Universitas Udayana (UNUD) Denpasar sempat melakukan penelitian buat membuktikan kalau karya sastra Sang Cangak itu asli karya (alm) Gusti Putu Windya. Dari beberapa bukti, termasuk naskah dalam lontar, pihak kampus meyakini kalau karya itu memang asli buatan Gusti Putu Windya dalam bentuk geguritan.
"Oleh pihak UNUD yang kemudian dibuat buku berisikan hasil penelitian yang dilakukannya terhadap karya tersebut. Termasuk mematenkannya," lanjut Budiana.
Terkait hal itu, Budiana sebagai ahli waris mengaku sangat keberatan dan minta pihak pemerintah segera mengambil langkah melindungi karya seni orang tuanya, termasuk melindungi karya seni seniman-seniman Bali lainnya.
"Saya anggap pemerintah dalam hal ini gagal melindungi karya seni warganya. Bahkan boleh dibilang acuh tak acuh. Termasuk di Jembrana, seniman sastra geguritan kurang mendapat perhatian dari pemerintah," tambah Budiana.
Baca juga:
Budayawan dan seniman buat petisi tolak kasur DPR Rp 12 miliar
Sastrawan: Kritik pemerintah kalau enggak dihina, dibunuh
Diskusi kebebasan berekspresi di Malaysia dan Indonesia
Seniman tercepat di dunia lukis keruwetan Muktamar NU
Mengajar tari & Gamelan, 2 WNI ini sukses di luar negeri