Keluh kesah preman Batres bersamurai setelah dibekuk polisi
Seganas-ganasnya preman Batres ternyata juga menciut setelah diciduk polisi.
Satuan Reserse Kriminal Polsek Koja menangkap dua komplotan preman yang sering meresahkan warga di wilayah Koja, Jakarta Utara. Para pelaku kerap melukai para korban dengan senjata tajam, seperti samurai.
"Mereka terlibat banyak kasus sejak November 2013. Selain tawuran, mereka menjarah toko dan merampas, juga melakukan perusakan seperti di warnet," kata Kapolsek Koja Kompol Simangunsong di Polsek Koja, Jakarta Utara, Jakarta, Rabu (12/3).
Namun, keganasan para pelaku saat bertarung ternyata menciut saat ditangkap polisi. Bahkan, beberapa di antaranya sempat berkeluh kesah dan menangis setelah diciduk petugas. Mereka tak lain adalah kelompok dari Bajingan Stress (Batres).
Apa saja keluh kesah mereka? Berikut rangkuman merdeka.com tentang preman Batres:
-
Bagaimana awal mula terbentuknya geng motor di Indonesia? Awalnya, geng motor terbentuk karena beberapa orang atau kelompok memiliki minat hobi yang sama.
-
Apa yang menjadi penyebab utama munculnya geng motor? Alasan utamanya termasuk kurangnya lapangan kerja, dampak negatif terhadap lingkungan, dan kurangnya pembinaan.
-
Kenapa detailing motor penting? Detailing motor berfungsi untuk membersihkan kotoran dan kerak yang sulit dibersihkan pada motor. Hal ini dilakukan agar motor lebih awet dan meminimalisir terjadinya karat maupun korosi.
-
Kapan Pegi Setiawan menerima hadiah sepeda motor? Pegi menerima langsung sepeda motor yang diberikan pada Minggu (14/7).
-
Di mana Wuling Motors mendirikan pabrik pertamanya di Indonesia? Pada tahun 2015, Wuling Motors memulai ekspansi ke sektor otomotif di Indonesia dengan mendirikan pabrik di Greenland International Center (GIIC), Cikarang, Jawa Barat.
-
Kapan PT Garuda Mataram Motor didirikan? Namanya, PT Garuda Mataram Motor, didirikan pada 1971.
Agil menangis dan khawatir kondisi sang Ibu
Agil (19), salah satu preman Batres tampak menunduk saat ditemui di Kantor Polsek Jakarta Utara. Dia tampak berkaca-kaca lantas tangis pun tumpah dari pelupuk matanya.
Agil menangis lantaran ingat sang Ibundanya yang sedih jika mengetahui dirinya ditahan.
"Ibu lihat saya masuk (penjara) nangis, minta saya berubah. Saya jadi ikut nangis," ungkap Agil, preman yang lengan, punggung dan dadanya dipenuhi tato.
Sambil menahan tangis dia berjanji akan berubah. "Saya mau kerja apa saja sekarang," ujarnya sedih.
Febri bingung istrinya tengah hamil tua
Febri (19), anggota kelompok Batres (Bajingan Stress) tak menyangka jika tindakan kriminal akan membuatnya mendekam di penjara maksimal selama lima tahun. Yang menjadi pikirannya sekarang adalah siapa yang akan mengurus kelahiran anak keduanya nanti.
"Sekarang bingung, istri saya sudah hamil tua, dikit lagi mau ngelahirin. Paling nanti saya minta tolong orangtua," kata Febri kepada merdeka.com saat ditemui di Mapolsektro Koja, Kamis (13/3).
Febri pun sangat menyesal tidak bisa melihat anaknya disaat istrinya melahirkan nanti.
"Palingan saya enggak bisa lihat pas anak kedua saya lahir," lanjutnya.
Dia mengaku selama ini bekerja sebagai karyawan cleaning service di sebuah mal di Jakarta Utara. Meski berpenghasilan sedikit, namun dia masih bisa menafkahi anak dan istrinya yang sekarang sedang hamil.
Uang rampokan diberikan kepada Ibu
Mayoritas komplotan preman Batres merupakan pengangguran. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, para pemuda yang cuma lulusan SMP itu menempuh jalan pintas dengan memalak warga Koja.
Gerombolan bandit ini terkenal kejam ketika beraksi. Jika warga enggan memberi uang, mereka tak segan melukai dengan senjata tajam seperti pedang, samurai dan celurit.
"Uangnya buat kasih ibu. Biasanya 50 atau 100 ribu. Ibu saya cuma pembantu rumah tangga, bapak sudah enggak ada. Adik ada tiga, SMA, SMP sama TK," ungkap Agil kepada merdeka.com di Polsek Koja, Jakarta Utara, Rabu (12/3).
Hal yang sama juga dikatakan Febri. Walaupun baru ikut geng Batres selama setahun, dia juga kerap memberi uang kepada keluarga yang ekonominya terbatas.
"Buat bantu-bantu keluarga. Bapak sama kakak-kakak saya kerja semuanya jadi petugas kebersihan," terang Agil.
Febri punya mimpi ingin jadi pemain bola seperti Bambang Pamungkas
Febri, anggota preman Batres menceritakan mimpinya menjadi pemain bola. "Saya mau jadi kayak Bambang Pamungkas, saya mau jadi pesepak bola dulu," ucapnya mantap.
Tetapi siapa yang menduga, akibat salah pergaulan, Febri jadi gelap mata. Dengan sebilah parang merah, banyak korban yang kerap terluka ulahnya.
"Saya enggak bisa main parang, enggak kena juga kalau pukul orang," aku pria yang baru masuk geng setahun yang lalu.
Tetapi penyesalan Febri hanyalah tinggal penyesalan. Korban Febri dan kawan-kawannya telah melapor ke polisi. Febri juga dikabarkan pernah membacok Tomi, musuh gengnya sampai jarinya putus.
Ibunda syok dan tak pernah jenguk
Ternyata ini kali kedua Febri berurusan dengan polisi. Dia bahkan membuat ibunya syok hingga pingsan.
Tahu membuat ibunya seperti itu, anak ketiga dari empat bersaudara itu berjanji akan berubah. Namun, Febri justru mengulangi perbuatannya lagi.
"Ibu dua kali pingsan dan sekarang enggak pernah jenguk," kata dia kepada merdeka.com di Polsek Koja, Jakarta Utara, Rabu (12/3).
Padahal Febri mengaku sempat akan berubah dengan bekerja. Dia mengikuti profesi sang Bapak dengan menjadi petugas kebersihan.
"Saya akan ikutin Bapak saja jadi petugas kebersihan. Kakak saya semua juga kerja itu," kata pria yang sekolah sampai SMP ini.