Kemenkes: Waspadai KLB Demam Dengue di Masa Pandemi Covid-19
Berdasarkan data terakhir yang dirilis Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI pada 28 Juni 2021, dilaporkan lima daerah dengan lonjakan kasus tertinggi.
Kementerian Kesehatan RI mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai status kejadian luar biasa (KLB) demam dengue (DD) di sejumlah wilayah saat pandemi Covid-19. Jika sampai terjadi, akan sangat berbahaya.
"Ada kecenderungan meningkat kasusnya, walau secara nasional fluktuatif, biasanya mendekati Maret mulai naik. Makanya, saat ini kita sedang waspada, karena kalau KLB bisa bahaya," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Didik Budijanto. Demikian dikutip dari Antara, (31/8).
-
Apa yang dimaksud dengan DBD? Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue.
-
Kapan kasus DBD biasanya meningkat? Tren peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu terjadi di musim hujan, dan penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
-
Di mana DBD menjadi masalah utama? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Bagaimana cara DBD ditularkan? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Kapan gejala DBD muncul? Setelah terinfeksi, seseorang dapat mengalami gejala DBD dalam beberapa hari.
-
Apa saja gejala DBD pada anak? Gejala penyakit DBD atau demam berdarah dengue pada anak antara lain adalah sebagai berikut: Demam tinggi. Anak akan mengalami demam tinggi hingga mencapai 40°C selama 2-7 hari. Demam ini bisa memiliki pola pelana kuda, yaitu demam naik turun dengan fase kritis di saat suhu menurun.
Didik mengatakan, endemi demam dengue saat ini terjadi hampir merata di berbagai wilayah, khususnya yang berstatus pandemi Covid-19.
Berdasarkan data terakhir yang dirilis Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI pada 28 Juni 2021, dilaporkan lima daerah dengan lonjakan kasus tertinggi.
Kota Bekasi (Jawa Barat), menduduki peringkat pertama kasus dengue, yakni 796 kasus, Kabupaten Buleleng (Bali) menempati posisi kedua 770 kasus, di posisi ketiga Kota Kupang (Nusa Tenggara Timur) sebanyak 511 kasus, Karawang (Jawa Barat) di posisi empat sebanyak 494 kasus, dan Kota Jakarta Timur (DKI Jakarta) di posisi lima sebanyak 464 kasus.
Menurut Didik Budijanto, kasus demam dengue hingga pekan ke-25 tahun ini mencapai 19.156 kasus yang dilaporkan 405 dari total 477 kabupaten/kota di Indonesia. 160 pasien diantaranya dilaporkan meninggal dunia.
Didik mengingatkan seluruh pihak, meski konsentrasi masyarakat saat ini mengarah pada situasi Covid-19. Perlu diwaspadai potensi lonjakan demam dengue yang berisiko memuncak pada September hingga Desember 2021 dan Januari hingga Maret 2022.
Menurutnya, pemerintah telah mempersiapkan enam strategi nasional penanggulangan demam dengue di Indonesia, yakni pengendalian vektor, peningkatan kapasitas surveilans, tata kelola dan deteksi dini, peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi yang berkesinambungan, penguatan kebijakan manajemen program kemitraan, serta pengembangan kajian, penelitian dan inovasi.
Dari enam strategi itu, kata Didik, terjadi penurunan konsentrasi pada upaya peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi yang berkesinambungan, karena terkendala situasi COVID-19.
"Dalam sistem pemberdayaan masyarakat ini sudah cukup lama berjalan, tapi intensitasnya agak menurun seperti pemberantasan sarang nyamuk. Meskipun kita konsentrasi pada Covid-19, jangan lupa demam dengue juga cukup mengancam kalau tidak kita tanggulangi," katanya.
Didik mengatakan demam dengue dan Covid-19 sebenarnya bisa dibedakan dengan gejala yang dialami pasien. "Secara gejala memang pada awal mirip dengan Covid-19. Tapi, ada beberapa hal yang spesifik. Kalau COVID-19 menyerang di daerah pernapasan, dengue di pencernaan," katanya.
Perbedaan dua penyakit itu dapat dipastikan melalui tes cepat PCR atau antigen yang dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium.
"Kalau demam segera diperiksa. Segera tes PCR atau antigen untuk pastikan supaya tidak terjadi infeksi atau kesalahan diagnosa antara COVID-19 atau dengue. Jangan sampai salah, harus dicek laboratorium," katanya.
Baca juga:
Intip Bangsal Pasien Demam Berdarah di India
Ketahui Perbedaan Pola antara DBD dengan COVID-19
Miliki Gejala Mirip, Kenali Perbedaan DBD dengan COVID-19
Lima Daerah Ini Catatkan Angka Kasus DBD Tertinggi pada 2021
Wujudkan Lingkungan Bersih untuk Bebas Demam Berdarah, Lakukan 5 Pencegahan Ini
Dalam Kurun 5 Bulan, Kasus DBD di Tangerang Selatan Capai 211