Kemenkes yakin kasus obat anestesi tertukar terjadi di tempat lain
Gara-gara obat tertukar, nyawa dua pasien terenggut di RS Siloam Karawaci, Tangerang.
Kementerian Kesehatan menyatakan belum menerima pengaduan soal korban meninggal akibat kesalahan memberikan obat obat anestesi Buvanest Spinal produksi PT Kalbe Farma. Akibat kesalahan tersebut, nyawa dua pasien terenggut di RS Siloam Karawaci, Tangerang.
"Kami pasti tahu kalau ada laporan lainnya. Tapi sekarang ini tidak, karena hanya dua kasus ini saja yang dilaporkan," kata Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek dalam jumpa pers di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu (18/2)
Senada dengan Nila, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Akmal Taher mengaku hanya menerima laporan mengenai jatuhnya korban akibat obat anestesi yang tertukar. Namun, dia yakin kesalahan serupa juga terjadi di lokasi lain, namun belum dilaporkan.
"Kemungkinan memang ada korban lain dalam rentang waktu sejak batch yang bermasalah diproduksi. Tetapi faktanya sampai saat ini tidak ada laporan. Kalau ada pasien sehat tiba-tiba meninggal, dokter pasti akan lapor biar tidak disalahkan. 'Oh itu salah obatnya lho' begitu," kata Prof Akmal.
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan bahwa obat anestesi dengan label Buvanest Spinal produksi PT Kalbe Farma Tbk, yang diduga tertukar isinya itu berasal dari batch tanggal 3 November 2015. BPOM mengatakan bahwa dua batch obat pengental darah Asam Tranexamat Generik diketahui juga diproduksi pada tanggal tersebut.
Dari hasil investigasi BPOM, ditemukan kandungan asam Tranexamic di dalam kandungan bahan baku injeksi anestesi merek Buvanest Spinal. Tranexamic sendiri merupakan obat injeksi yang digunakan untuk penghenti pendarahan, yang membuat darah mengental.
Sejak dilaporkannya dua kasus pasien meninggal di RS Siloam Karawaci, BPOM memerintahkan penarikan kedua jenis obat. Sebelumnya, sejak 12 Februari 2015 Kalbe Farma telah melakukan penarikan secara sukarela.