Kecerdasan Luar Biasa Simpanse yang Mampu Sembuhkan Diri Menggunakan Tanaman Obat
Simpanse memiliki kecerdasan tinggi untuk sembuhkan diri dengan menggunakan banyak tanaman obat.
Sebuah studi baru yang dipimpin oleh Universitas Oxford dan diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE mengungkapkan bahwa simpanse liar secara aktif mencari tanaman obat untuk mengobati penyakit dan cedera yang mereka alami. Temuan ini memperlihatkan kecerdasan luar biasa dari simpanse dalam menggunakan alam sebagai apotek pribadi mereka.
Dr. Elodie Freymann, penulis utama studi ini, bersama timnya mengumpulkan data melalui observasi perilaku simpanse liar (Pan troglodytes) di Hutan Cadangan Sentral Budongo, Uganda. Mereka memantau perilaku dan kesehatan 51 simpanse dari dua komunitas yang sudah terbiasa dengan kehadiran manusia. Selama penelitian, mereka mengumpulkan ekstrak dari 13 spesies pohon dan tumbuhan yang dicurigai digunakan oleh simpanse untuk mengobati diri.
-
Mengapa simpanse mampu menggunakan alat? Simpanse, yang memiliki 98% kesamaan DNA dengan manusia, berasal dari Afrika sub-Sahara. Mereka ahli dalam menggunakan dan mengimprovisasi alat dari bahan yang ada.
-
Bagaimana orang Sunda memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan? Mereka kemudian meracik ramuan jamu dengan macam-macam tumbuhan, sesuai kebutuhan tubuhnya.
-
Bagaimana rimpang mengobati penyakit? Selain itu jahe dipercaya bisa membantu melancarkan sistem pencernaan, sehingga terhindar dari penyakit kembung, sembelit dan asam lambung.
-
Siapa yang diajarkan bahasa isyarat oleh simpanse? Para ilmuwan telah menemukan bahwa simpanse dewasa mengajarkan bahasa isyarat kepada anak-anak mereka, yang merupakan fenomena menarik.
-
Apa hubungan evolusi manusia dengan simpanse? Cara lebih baik untuk memahami evolusi--terutama evolusi manusia--adalah kita merupakan sepupu simpanse dan kera besar lainnya, bukan keturunannya. Dalam Pohon Silsilah Kehidupan, ranting kita terpisah dari simpanse selama jutaan tahun.
-
Kenapa simpanse memiliki fleksibilitas bahu dan siku? Hasil penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal Royal Society Open Science pada tanggal 6 September, menyiratkan bahwa fleksibilitas ini mungkin telah berevolusi sebagai respons terhadap tekanan gravitasi pada tubuh bagian bawah saat primata ini turun dari pohon-pohon tinggi.
Banyak tumbuhan menghasilkan senyawa yang memiliki efek medis pada manusia dan hewan lainnya. Simpanse liar diketahui memakan berbagai tanaman, termasuk yang miskin gizi namun mungkin dapat mengurangi gejala penyakit. Hingga kini, sulit untuk menentukan apakah simpanse sengaja mencari tanaman dengan sifat obat untuk mengobati penyakit tertentu, atau hanya mengonsumsi tanaman yang secara kebetulan memiliki khasiat medis.
Tim peneliti kemudian menguji sifat anti-inflamasi dan antibiotik dari ekstrak tanaman yang dikumpulkan di Universitas Ilmu Terapan Neubrandenburg, dipimpin oleh Dr. Fabien Schultz. Hasilnya mengejutkan: 88% dari ekstrak tanaman menghambat pertumbuhan bakteri, sementara 33% memiliki sifat anti-inflamasi. Kayu mati dari pohon keluarga Dogbane (Alstonia boonei) menunjukkan aktivitas antibakteri yang paling kuat serta sifat anti-inflamasi, mengindikasikan bahwa simpanse mungkin mengonsumsinya untuk mengobati luka.
Menariknya, Alstonia boonei juga digunakan sebagai tanaman obat dalam komunitas-komunitas di Afrika Timur untuk mengobati berbagai kondisi, termasuk infeksi bakteri, masalah gastro-intestinal, gigitan ular, dan asma.
Dr. Freymann mencatat, "Untuk mempelajari pengobatan diri simpanse liar, Anda harus bertindak seperti detektif—mengumpulkan bukti multidisiplin untuk merangkai sebuah kasus. Setelah menghabiskan berbulan-bulan di lapangan mengumpulkan petunjuk perilaku yang membawa kami ke spesies tanaman tertentu, sangat menggembirakan untuk menganalisis hasil farmakologi dan menemukan bahwa banyak dari tanaman ini menunjukkan tingkat bioaktivitas yang tinggi."
Selain Alstonia boonei, kulit kayu dan resin dari pohon mahoni Afrika Timur (Khaya anthotheca) serta daun dari pakis (Christella parasitica) menunjukkan efek anti-inflamasi yang kuat. Peneliti mengamati seekor simpanse jantan dengan tangan yang terluka mencari dan memakan daun dari pakis tersebut, yang mungkin membantu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Mereka juga mencatat seekor simpanse dengan infeksi parasit mengonsumsi kulit kayu dari pohon duri kucing (Scutia myrtina), yang belum pernah diamati dimakan oleh kelompok simpanse ini sebelumnya. Pengujian mengungkapkan bahwa kulit kayu ini memiliki sifat anti-inflamasi dan antimikroba.
Temuan ini memberikan bukti kuat bahwa simpanse sengaja mencari tanaman tertentu untuk efek medisnya. Studi ini merupakan analisis paling mendalam hingga saat ini yang menggabungkan bukti perilaku dan farmakologis tentang manfaat medis dari konsumsi kulit kayu dan kayu mati oleh simpanse liar.
Dengan meningkatnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan penyakit inflamasi kronis yang menjadi tantangan kesehatan global yang mendesak, para peneliti mencatat bahwa tanaman obat yang tumbuh di Hutan Cadangan Sentral Budongo dapat membantu pengembangan obat baru yang berharga.
Dr. Freymann menambahkan, "Studi kami menyoroti pengetahuan medis yang dapat diperoleh dari mengamati spesies lain di alam liar dan menekankan kebutuhan mendesak untuk melestarikan apotek hutan ini untuk generasi mendatang."