Jika Teori Evolusi Itu Benar, Mengapa Monyet Masih Hidup Sampai Sekarang?
Kunci untuk memahami volusi tidaklah berjalan linier.
Kunci untuk memahami volusi tidaklah berjalan linier.
Jika Teori Evolusi Itu Benar, Mengapa Monyet Masih Hidup Sampai Sekarang?
Ahli biologi evolusi kerap mendapat pertanyaan: "Jika manusia berevolusi dari monyet, mengapa monyet masih ada sampai sekarang?"
Atau ada pertanyan lain seperti, mengapa di dunia ini tidak ada makhluk separuh-manusia, separuh simpanse yang memperlihatkan proses perubahan wujud dari kera primitif sampai Homo sapien? Pertanyan-pertanyaan itu dipenuhi dengan asumsi dan pemahaman yang salah tentang bagaimana teori evolusi bekerja.
-
Bagaimana monyet berevolusi? Hal ini juga akan mempengaruhi bentuk gigi, perilaku sosial dan strategi mencari makan, sehingga memicu terjadinya radiasi adaptif, yang mengarah pada penyebaran dan diversifikasi monyet dan kera secara global. Evolusi cepat beragam spesies dari awal mula antropoid yang sederhana ini kemungkinan besar merupakan respons terhadap terbukanya peluang ekologi baru.
-
Kenapa hewan purba bertahan hidup? 'Mempelajari fosil-fosil ini akan membantu para ahli paleontologi untuk memahami lebih lanjut tentang bagaimana kerabat mamalia awal bertahan hidup setelah kepunahan massal di akhir Periode Trias dan berkembang melalui Periode Jurassic,' kata pernyataan tersebut.
-
Apa sebenarnya teori evolusi itu? Selama sekitar 150 tahun terakhir teori evolusi berhasil menjelaskan tentang alam sekitar tempat kita hidup.
-
Kenapa hewan yang dianggap punah bisa ditemukan hidup lagi? Kehadiran kembali hewan-hewan ini memberikan harapan baru dan menginspirasi kagum terhadap kemampuan alam dalam bertahan hidup dan beradaptasi.
-
Apa yang dilakukan monyet? Mereka menjatuhkan anjing-anjing itu satu per satu atau meninggalkannya di pepohonan yang tinggi.
-
Siapa yang percaya pada teori evolusi? Meski tidak ada jawaban pasti mengenai hal ini, setidaknya lima hal berikut paling banyak disalahpahami orang tentang teori evolusi.
Menyesatkan
Kunci untuk memahami evolusi tidaklah berjalan linier. Gambar terkenal yang memperlihatkan deretan perubahan wujud dari simpanse hingga kera yang berjalan tegak kemudian berubah menjadi manusia yang membawa tombak sangat menyesatkan untuk memahami evolusi.
Cara lebih baik untuk memahami evolusi--terutama evolusi manusia--adalah kita merupakan sepupu simpanse dan kera besar lainnya, bukan keturunannya.
Dalam Pohon Silsilah Kehidupan, ranting kita terpisah dari simpanse selama jutaan tahun. Kita tidak berevolusi langsung dari simpanse melalui garis linier atau kera besar atau monyet mana pun yang masih hidup sampai sekarang.
Manusia dan simpanse keduanya berevolusi dari nenek moyang yang sama yang hidup sekitar 6-7 juta tahun lalu. Nenek moyang yang sudah punah ini perlahan berevolusi seiring waktu dan akhirnya memunculkan dua spesies yang kita sebut Homo sapien dan simpanse.Tapi sayangnya, sisa-sisa bukti fisik yang konklusif dari nenek moyang kita bersama yang terakhir tidak pernah ditemukan karena catatan fosil tidak merata (begitu juga semua bentuk kehidupan di Bumi). Namun kita tahu nenek moyang itu ada karena manusia dan simpanse berbagi 98,8 persen DNA dari mereka.
Dua ranting--manusia dan simpanse--lebih mirip cabang ranting yang terhubung ke cabang lain dari mana tumbuh sub-cabang lain yang menunjukkan kera besar lainnya, yang disebut hominidae, seperti bonobo, gorila, dan orangutan. Di pangkal cabang ini, kita dapat menemukan nenek moyang bersama yang menghubungkan kita dengan keluarga kera lainnya.Jika kita lihat lebih jauh dari gambar pohon kehidupan itu, kita bisa menemukan cabang dari kera akhirnya akan bertemu dengan cabang lain yang menghubungnya nenek moyang bersama kita dengan monyet.
Berpisahnya cabang kera besar dengan monyet bahkan terjadi jauh lebih lama lagi, sekitar 25 juta-30 juta tahun lalu. Sekali lagi, selama jutaan tahun, nenek moyang bersama kita yang punah berevolusi memunculkan serangkaian spesies berbeda.