Ilmuwan Ungkap Sejak Kapan Nenek Moyang Kera dan Monyet Suka Makan Buah-Buahan Lembut dan Manis
Peneliti menganalisis fosil gigi antropoid (nenek moyang kera dan monyet) yang ditemukan di gurun Fayum, Mesir.
Peneliti menganalisis fosil gigi antropoid (nenek moyang kera dan monyet) yang ditemukan di gurun Fayum, Mesir.
Ilmuwan Ungkap Sejak Kapan Nenek Moyang Kera dan Monyet Suka Makan Buah-Buahan Lembut dan Manis
Makanan antropoid awal, nenek moyang kera dan monyet, sejak lama menjadi perdebatan. Penelitian terhadap antropoid awal menyatakan makanan mereka terdiri dari buah-buahan lunak. Sedangkan beberapa spesies lainnya memiliki jenis makanan yang lebih beragam dan lebih keras seperti biji-bijian dan kacang-kacangan.
-
Apa makanan nenek moyang makhluk hidup? Mikroba ini memiliki genom yang cukup besar yang mengkode sekitar 2.600 protein, makanannya berupa gas hidrogen dan karbon dioksida, dan memiliki sistem kekebalan yang belum sempurna untuk melawan penyerang virus.
-
Mengapa pisang disebut buah tertua? Pisang dikenal sebagai salah satu buah tertua di dunia yang telah dibudidayakan selama ribuan tahun.
-
Dari mana asal pisang? Asal-usul pisang diperkirakan berasal dari wilayah Asia Tenggara, khususnya di daerah yang sekarang menjadi Indonesia, Malaysia, dan Filipina, sekitar 7.000 hingga 10.000 tahun yang lalu.
-
Apa jenis makanan yang dikonsumsi manusia purba? 'Kerak makanan tersebut mengandung sisa jaringan biji-bijian emmer dan bulir barley, juga biji-bijian dari goosefoot putih, tanaman liar seperti gulma dan ruderal (sejenis gulma) serta menghasilkan banyak biji bertepung,' jelas ketua penelitian, Profesor Wiebke Kirleis.
-
Kapan kanibalisme terjadi pada nenek moyang manusia? Bekas luka sembilan sayatan pada fosil tulang kering manusia ungkap kemungkinan nenek moyang kita 1,45 juta tahun lalu saling bantai untuk praktik kanibalisme.
-
Kapan pisang mulai dibudidayakan? Pisang dikenal sebagai salah satu buah tertua di dunia yang telah dibudidayakan selama ribuan tahun.
Sumber: The Conversation
Penelitian terbaru mengungkap peran dominan buah lunak. Hal ini kemungkinan besar mencakup berbagai jenis makanan yang matang dan tinggi gula, sebagaimana dibuktikan dengan adanya kerusakan gigi pada beberapa individu.
Hal ini memiliki implikasi penting untuk memahami bagaimana nenek moyang kita beradaptasi dan berevolusi.
Dalam studi baru ini, ilmuwan meneliti kerusakan gigi dan penyakit pada fosil gigi dari lima primata antropoid yang ditemukan di gurun Fayum, Mesir: Aegyptopithecus, Parapithecus, Propliopithecus, Apidium, dan Catopithecus.
Peneliti fokus pada pola gigi terkelupas dan karies gigi (gigi berlubang), yang merupakan indikator utama dari kebiasaan pola makan.
Peneliti menemukan, pola makan buah-buahan lunak pada antropoid awal, berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan pola makan lebih bervariasi, termasuk makanan keras.
Hanya 5 persen gigi yang terkelupas (patah email ringan). Hal ini jauh lebih rendah daripada frekuensi yang diamati pada sebagian besar antropoid modern, di mana frekuensi gigi terkelupas berkisar antara 4 persen hingga 40 persen.
Selain itu, adanya karies gigi, terutama pada Propliopithecidae (keluarga primata yang telah punah termasuk Aegyptopithecus dan Propliopithecus), konsisten dengan konsumsi rutin buah-buahan yang lembut dan manis.
Penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan gaya hidup arboreal (hidup di pohon) pada antropoid awal. Primata darat sering kali menunjukkan prevalensi gigi terkelupas yang lebih tinggi karena pola makan yang lebih bervariasi dan konsumsi pasir yang tidak disengaja saat mencari makan di tanah, namun hal ini tidak terlihat dalam temuan terbaru.
Preferensi terhadap buah-buahan lunak kemungkinan besar berdampak signifikan pada eksplorasi relung ekologi, dan bahkan pada perkembangan penglihatan primata antropoid. Hal ini termasuk penglihatan warna yang kemungkinan berkembang sebagai kebutuhan untuk menemukan buah matang di antara dedaunan.
Hal ini juga akan mempengaruhi bentuk gigi, perilaku sosial dan strategi mencari makan, sehingga memicu terjadinya radiasi adaptif, yang mengarah pada penyebaran dan diversifikasi monyet dan kera secara global.
Evolusi cepat beragam spesies dari awal mula antropoid yang sederhana ini kemungkinan besar merupakan respons terhadap terbukanya peluang ekologi baru.
Foto: Matt Borths via The Conversation
Primata lain yang berkerabat lebih jauh dengan manusia, dalam subordo primata Strepsirrhini, yang mencakup lemur dan kukang, terpisah dari nenek moyang antropoid jutaan tahun sebelumnya.
Berbeda dengan antropoid, Strepsirrhini menunjukkan variasi pola makan yang besar dalam interval waktu yang sama. Makanan fosil lemur dan kukang kemungkinan besar terdiri dari makanan keras dan keras, serangga, permen karet, dedaunan, dan buah-buahan.
Sebaliknya, nenek moyang kita sendiri membutuhkan waktu lama untuk beralih dari pola makan yang berbasis buah-buahan lunak. Perjalanan kita ke masa lalu untuk mengungkap kehidupan nenek moyang kita terus berlanjut, dengan setiap fosil menambah potongan baru pada teka-teki evolusi primata awal.