Kemenkominfo temukan 1.000 konten hoaks selama masa kampanye
Kemenkominfo temukan 1.000 konten hoaks selama masa kampanye. Konten tersebut berisi tentang kampanye hitam hingga menyerang ke individu pasangan capres dan cawapres.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 1.000 konten hoaks sejak penetapan masa kampanye. 1.000 konten itu ditemukan dari akun-akun di media sosial, seperti facebook, twitter, hingga instagram.
"1.000 konten hoaks itu terkait dengan politik dan instrumen-instrumen pendukungnya," kata Plt Kabiro Humas Kemenkominfo Ferdinandus Setu di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (19/10).
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa yang dikatakan Menteri AS tentang Kominfo dalam berita hoaks yang beredar? Judul berita itu mencatut situs berita Liputan6.com, berjudul; "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina."
-
Siapa yang diharuskan bertanggung jawab atas konten hoax di media digital? Dalam peraturan itu dijelaskan bahwa apabila ada konten hoaks, yang pertama kali bertanggung jawab adalah platformnya, bukan si pembuat konten tersebut.
-
Bagaimana cara mengetahui bahwa berita tersebut tidak benar? Melansir dari reuters, The Economist tidak menerbitkan sampul yang menggambarkan Presiden AS Joe Biden bermain catur dengan Vladimir Putin, dengan judul yang memperingatkan tentang perang nuklir yang “tak terelakkan” antara keduanya.
-
Bagaimana Cek Fakta Merdeka.com melakukan penelusuran terhadap berita hoaks tersebut? Penelusuran Cek Fakta Merdeka.com melakukan penelusuran melalui fitur Google Image. Menemukan bahwa thumbnail video Youtube merupakan foto dari berita Antaranews.com berjudul “Polisi bebaskan perawat DN tersangka gunting jari bayi di Palembang” yang diunggah pada 13 Februari 2023.
-
Bagaimana BRI memastikan bahwa video tentang hilangnya uang nasabah akibat serangan bansos adalah hoax? BRI memastikan video yang tengah viral di social media terkait "Uang Hilang di BRI adalah efek dari Pemilu Untuk Serangan Bansos" adalah tidak benar dan tidak berdasar.
Menurut Ferdinandus, konten tersebut berisi tentang kampanye hitam hingga menyerang ke individu pasangan capres dan cawapres. "Jadi bukan hanya ke satu kubu saja. Tapi ke dua kubu," ucap Ferinandus.
Dia menambahkan, untuk saat ini pihaknya telah bekerjasama dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk menindaklanjuti banyaknya konten hoaks tersebut. "Mana yang negative campaign atau black campaign, mana yang diperbolehkan atau tidak. Jika Bawaslu mengatakan black campaign, kami akan lakukan pemblokiran," kata Ferdinandus.
Reporter: Hanz Jimenes Salim
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Aksi massa GEMA HOAX demo di Mabes Polri
Mafindo sebut selama September 52 berita hoaks serang Jokowi-Ma'ruf & Prabowo-Sandi
Kasus hoaks Ratna Sarumpaet, giliran Dahnil Anzar diperiksa Polda Metro
Polri soal hoaks Habib Umar ditangkap: Yang sebar akun Valeria Donna Donovan
Polisi tangkap 12 dari 14 penyebar hoaks terkait bencana
Jelaskan hoaks penangkapan Habib Umar, polisi sowan ke majelis pengajian
Polisi ingatkan kampanye negatif tanpa data seperti hoaks, bisa dijerat hukum