Kemenristek pangkas waktu tempuh capai gelar doktor jadi empat tahun
Data Kemenristek-Dikti pada 2013 tenaga Doktor masih jauh dari proporsional yakni 20 persen.
Pendidikan tinggi Indonesia saat ini kalah bersaing dari negara maju lainnya di dunia. Salah satu indikator adalah sedikitnya tenaga dosen dengan status doktor di tanah air.
Untuk mengejar itu, Kemenristek Dikti saat ini tengah menggenjot Program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Nantinya pemerintah memangkas waktu tempuh pendidikan doktoral menjadi empat tahun. Itu dilakukan dari sebelumnya selama enam tahun, dua tahun menempuh magister dan empat tahun untuk doktor.
-
Siapa yang kuliah di Bandung? Baik Kika maupun Jema tengah menjalani studi di Bandung, Jawa Barat.
-
Apa yang disiapkan oleh Pemkot Bandung untuk warga berpenghasilan menengah ke bawah? Namun ada kabar baik bagi warga Kota Bandung, karena pihak pemkot bersama kementerian PUPR menyiapkan 1.879 unit rumah murah untuk warganya.
-
Apa yang dimaksud dengan pantun edukasi? Pantun edukasi dapat menjadi sebuah nasihat berharga baik anak yang masih menempuh pendidikan sekolah.
-
Apa yang dulu dipelajari di SMPN 5 Bandung? Mengutip laman resmi SMPN5 Bandung, pasca pendiriaannya di tahun 1920, sekolah tersebut dulunya merupakan sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). MULO memiliki status setingkat sekolah jenjang dasar dengan ilmu luas.Sesuai namanya, kurikulum yang diajarkan adalah seputar ilmu pendidikan dasar dengan tambahan sedikit materi untuk tingkat selanjutnya.
-
Di mana Sekolah Gendhis? Sekolah Gendhis berada di Magelang, Jawa Tengah.
-
Siapa saja yang diizinkan sekolah di SMPN 5 Bandung? Walau untuk tingkat dasar, sayangnya sekolah ini tak bisa menerima siswa sembarangan. Hanya dari kalangan pribumi tertentu, serta kalangan Belanda dan elite Tionghoa yang menjadi prioritas siswa.
"PMDSU adalah program percepatan pendidikan bagi sarjana unggul yang meringkat waktu pendidikan doktoral dari enam tahun (magister 2 tahun, doktor 4 tahun) menjadi empat tahun untuk keseluruhannya," kata Menristek Dikti Muhamad Nasir di kampus ITB Jalan Ganeca, Bandung, Kamis (8/10).
Data Kemenristek-Dikti pada 2013 tenaga Doktor masih jauh dari proporsional yakni 20 persen. Tercatat dari 154.968 dosen dengan komposisi kualifikasi akademis ; sebanyak 54 persen berasal dari magister (S2), sarjana 36 persen dan doktor 11 persen.
Menurut Natsir, jika mengandalkan program reguler, Indonesia membutuhkan 14 tahun untuk mencapai angka proporsional yakni 20 persen. Sejauh ini per tahunnya Indonesia hanya menghasilkan 1.000 doktor.
"Sehingga dalam konteks ini PMDSU dikembangkan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia dengan kualifikasi doktor juga menjadi salah satu program untuk menghasilkan berbagai temuan," jelasnya. Langkah itu juga untuk memperkuat inovasi nasional dan daya saing bangsa.
Dia menegaskan, Meski durasi yang relatif pendek namun karakteristik pendidikan tidak boleh ditawar. Paling tidak dua karakteristik harus bisa dikuasai yakni advance dan scholarly.
Sehingga nantinya menyandang gelar doktor harus bisa menemukan teori. "Jadi doktor harus bisa sebagai penemu dan kontributor bagi pengembangan ilmu pengetahuan," tandasnya.
Baca juga:
Menteri Anies siapkan 3 skenario urus pendidikan daerah kabut asap
Kabut asap melanda, Menteri Anies sebut pendidikan jadi nomor dua
Kesulitan rekrut SDM, 4 PTS di Jateng dinonaktifkan
2017, Indonesia jadi tuan rumah event pendidikan SEAMEO
Mencintai sungai dengan membuka sekolah berbasis lingkungan
Aher sebut pembekuan 27 PTS buat perbaikan mutu