Kenapa Remaja Sulit Diatur dan Penuh Drama? Simak Penjelasannya
Ada banyak faktor yang membuat masa remaja penuh drama
Sebagai orang tua, menghadapi anak yang sudah remaja menjadi tantangan tersendiri, bahkan kadang membuat kepala pening. Mereka yang sebelumnya manis dan patuh, tiba-tiba berubah menjadi pribadi yang penuh emosi, sulit diatur, dan sering kali menentang.
Tapi, mengapa remaja bisa begitu? Ada banyak faktor yang membuat masa remaja penuh drama, dari perubahan hormon, masalah kesehatan mental, hingga komunikasi yang tidak sinkron antara remaja dan orangtua.
-
Mengapa remaja yang merokok di usia muda lebih rentan terhadap masalah pernapasan? Salah satu penyebab utama mengapa remaja yang merokok lebih dini lebih mungkin mengalami gejala gangguan pernapasan adalah karena mereka cenderung merokok lebih lama dibandingkan orang yang mulai merokok pada usia yang lebih tua. Selain itu, paru-paru remaja yang masih dalam masa perkembangan lebih rentan terhadap kerusakan akibat zat berbahaya dalam rokok.
-
Apa yang terjadi pada remaja tersebut? Seorang remaja asal California menjadi fokus penelitian medis terbaru setelah koin logam terjebak secara tegak di antara pita suaranya seperti yang terjadi pada mesin slot.
-
Apa saja contoh perilaku kenakalan remaja yang sering terjadi? Kenakalan remaja bisa meliputi berbagai macam perilaku, di antaranya:-Merokok, minum alkohol, atau penyalahgunaan obat-obatan terlarang-Melakukan tindakan kekerasan fisik atau verbal-Perbuatannya yang melanggar hukum seperti mencuri, merusak properti, atau terlibat dalam tawuran -Melakukan perilaku seksual yang tidak sehat atau tidak bertanggung jawab-Skulking (menjauhkan diri dari kewajiban atau tugas sekolah)-Perilaku menyimpang seperti pergaulan bebas atau penggunaan kata-kata kasar
-
Mengapa kenakalan remaja bisa berdampak negatif? Kenakalan remaja bisa berdampak negatif bagi diri sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
-
Kenapa remaja bisa mengalami stres? Ia menjelaskan bahwa remaja sering mengalami stres, terutama saat mereka mengalami perubahan signifikan dalam tubuh, mental, serta hormon mereka. Periode ini sering kali bertepatan dengan saat mereka berhadapan dengan orang-orang dan lingkungan baru ketika mereka memasuki tahap kedewasaan.
-
Apa saja masalah kesehatan yang sering dialami remaja? Anak remaja seringkali menghadapi berbagai masalah kesehatan yang dapat memengaruhi kondisi mereka secara keseluruhan. Perubahan gaya hidup, tekanan akademis, dan budaya digital merupakan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan ini. Sistem kekebalan tubuh mereka yang masih berkembang mungkin tidak efektif dalam melawan infeksi.
Dilansir dari Liputan6.com apa saja yang membuat masa remaja begitu kompleks dan bagaimana cara orangtua bisa lebih memahami mereka. Berikut penjelasan selengkapnya:
1. Akibat Perubahan Fisik dan Hormonal
Remaja adalah masa transisi yang penuh tantangan, di mana perubahan fisik dan hormonal mulai terjadi. Hormon-hormon seperti estrogen dan testosteron mempengaruhi suasana hati dan perilaku remaja, yang sering kali menyebabkan ketidakseimbangan emosi.
Hal ini membuat mereka sulit dikendalikan dan seringkali menunjukkan perilaku yang tidak stabil. Menurut artikel dari My Wellness Hub, perubahan hormon ini memicu rasa bingung dan kecemasan pada remaja, yang akhirnya berdampak pada cara mereka berinteraksi dengan orangtua dan lingkungan sekitar.
2. Tantangan Kesehatan Mental
Salah satu alasan utama mengapa remaja sulit diatur adalah Kesehatan mental. Tekanan dari akademik, sosial, dan harapan lingkungan sekitar sering kali menyebabkan kecemasan berlebihan pada remaja.
- Bukan Mandi Malam, Ternyata ini Faktor yang Menyebabkan Rematik
- Ibu Kaget Lihat Perut Anaknya yang Masih Remaja Membesar, Ternyata Diperkosa Suaminya Sendiri Sejak 4 Tahun
- Fakta Kenakalan Remaja dan Penyebabnya, Perlu Diketahui
- Remaja Putri di Jambi Tewas Ditikam Mantan Ayah Tiri, Ibunya Terluka Parah
Berdasarkan artikel dari GT Scholars, jumlah remaja yang mengalami gangguan kecemasan dan depresi meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya harapan dan persaingan dalam dunia pendidikan.
Remaja sering kali tidak tahu bagaimana cara mengatasi perasaan negatif mereka. Hal ini membuat mereka melampiaskan emosi melalui perilaku impulsif atau menarik diri dari kehidupan sosial. Akibatnya, banyak orang tua merasa bingung dan frustasi ketika anak mereka mulai menunjukkan gejala-gejala tersebut. Kurangnya dukungan emosional yang memadai juga memperburuk situasi ini, karena banyak remaja merasa enggan untuk berbicara tentang perasaan mereka atau mencari bantuan.
Walaupun akses terhadap informasi kesehatan mental semakin terbuka, seperti yang diungkapkan oleh My Wellness Hub, masih banyak remaja yang merasa takut dihakimi sehingga menahan diri dari berbicara tentang masalah mental mereka. Orang tua dan guru perlu memahami pentingnya mengenali tanda-tanda awal gangguan kesehatan mental.
3. Jarang Berkomunikasi dengan Orang tua
Tantangan besar lainnya adalah kesenjangan komunikasi antara remaja dan orang tua. Sering kali, remaja merasa bahwa orangtua mereka tidak mengerti dunia mereka yang penuh dengan dinamika digital dan tekanan sosial. Artikel yang diterbitkan oleh Portland Family Counseling menjelaskan bahwa banyak remaja merasa diabaikan atau tidak dipahami karena perbedaan generasi ini, terutama terkait media sosial dan cara bersosialisasi.
Kesenjangan ini dapat menciptakan ketegangan di rumah, di mana setiap upaya komunikasi berakhir dengan pertengkaran atau sikap saling mengabaikan. Padahal, untuk membangun hubungan yang sehat, komunikasi yang terbuka dan penuh pengertian sangatlah penting. Orangtua yang tidak mencoba mendekati dunia remaja mereka dengan sikap terbuka sering kali mendapati diri mereka semakin jauh dari anak-anaknya.
Solusi dari masalah ini bukanlah dengan memaksa remaja untuk mengikuti aturan yang kaku, melainkan dengan memberikan ruang bagi mereka untuk berekspresi, sambil tetap memberikan bimbingan yang diperlukan. Dengan pendekatan yang lebih terbuka, seperti yang dijelaskan dalam My Wellness Hub, remaja akan merasa didengar dan lebih mungkin bekerja sama dengan orangtua mereka.
4. Kebutuhan akan Otonomi
Remaja mulai mengembangkan kebutuhan yang kuat untuk otonomi dan kebebasan sebagai bagian dari proses transisi menuju kedewasaan. Mereka ingin merasa bahwa mereka memiliki kontrol atas keputusan mereka dan ingin merasakan tanggung jawab pribadi.
Kebutuhan ini sering kali menyebabkan mereka menantang batasan dan aturan yang diberikan oleh orang tua atau otoritas sebagai upaya untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas kemampuan mereka untuk membuat keputusan sendiri.