Merokok Sebelum Usia 18 Berisiko Tinggi Sebabkan Masalah Pernapasan di Usia 20-an
Semakin muda usia seseorang mulai merokok, risiko masalah pernapasan di usia muda bisa semakin meningkat.
Merokok telah lama dikaitkan dengan berbagai gangguan pernapasan dan paru-paru. Namun, penelitian terbaru semakin memperjelas bahaya kebiasaan ini, terutama bagi mereka yang memulainya sebelum usia 18 tahun. Studi yang dipresentasikan dalam Kongres European Respiratory Society (ERS) di Wina, Austria, menunjukkan bahwa merokok sejak remaja meningkatkan risiko masalah pernapasan, seperti mengi dan produksi dahak, saat mencapai usia 20-an.
Dilansir dari Medical Daily, penelitian ini mengevaluasi 3.430 anak di Swedia utara yang diikuti sejak usia delapan tahun hingga mereka berusia 19 tahun. Kemudian, mereka kembali dievaluasi pada usia 28 tahun melalui kuesioner tahunan.
-
Apa efek buruk merokok bagi kesehatan? Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, mulai dari kanker paru-paru, penyakit jantung, hingga stroke.
-
Apa dampak buruk merokok? Zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok merusak kolagen pada kulit, yang mengakibatkan kulit menjadi kusam dan munculnya keriput.
-
Mengapa merokok membahayakan sistem pernapasan? Jika Anda memiliki kebiasaan merokok maka sistem pernapasan sangat rentan akan kerusakan. Rokok mengandung ribuan bahan kimia dan jika Anda merokok, efisiensi sistem pernapasan dapat berkurang.
-
Mengapa merokok meningkatkan risiko kanker paru-paru? Hal ini dikarenakan di dalam rokok itu sendiri terdapat zat beracun penyebab kanker (karsinogen) yang berisiko mempercepat kerusakan sel pelapis paru-paru.
-
Kenapa merokok menyebabkan penuaan dini? Akibatnya, para perokok rentan untuk mengalami keriput lebih awal di kulit wajahnya.
-
Apa dampak dari perokok? Kebiasaan merokok ini dapat menyebabkan masalah paru-paru dan berkontribusi pada risiko stunting jangka panjang pada anak.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 22% partisipan adalah perokok aktif harian pada beberapa titik selama masa studi, dan mereka yang memulai kebiasaan merokok sebelum usia 18 tahun menunjukkan gejala gangguan pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan non-perokok.
Risiko Meningkat pada Perokok Muda
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa 29% perokok mulai merokok pada atau sebelum usia 15 tahun, 35% memulai antara usia 16 dan 17 tahun, sementara 35% lainnya mulai merokok pada usia 18 tahun atau lebih. Data menunjukkan bahwa perokok yang memulai merokok di bawah usia 18 tahun memiliki risiko sekitar 80% lebih tinggi mengalami gejala gangguan pernapasan di usia 28 tahun dibandingkan dengan non-perokok. Sedangkan, mereka yang mulai merokok pada usia 18 tahun atau lebih memiliki risiko 50% lebih tinggi dibandingkan dengan non-perokok.
"Memulai kebiasaan merokok sebelum usia 18 tahun meningkatkan risiko gejala pernapasan pada usia 28 tahun sekitar 80% dibandingkan dengan non-perokok. Pada mereka yang mulai merokok pada usia 18 tahun atau lebih, risikonya sekitar 50% lebih tinggi dibandingkan non-perokok," demikian pernyataan yang disampaikan dalam rilis berita hasil penelitian.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa semakin banyak rokok yang dikonsumsi, semakin besar pula risiko mengalami masalah pernapasan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran "packyear", di mana satu packyear setara dengan merokok satu bungkus berisi 20 batang rokok setiap hari selama satu tahun. Setiap peningkatan jumlah packyear dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan pernapasan sekitar 10% dibandingkan dengan non-perokok.
Pengaruh Jangka Panjang dan Kerentanan Usia Muda
Salah satu peneliti utama studi ini, Dr. Linnea Hedman, seorang profesor epidemiologi dan kesehatan masyarakat di Universitas Umeå, Swedia, menjelaskan bahwa kebanyakan perokok dalam studi ini cenderung memulai kebiasaan mereka sebelum usia 18 tahun. Mereka yang memulai merokok pada usia dini lebih rentan mengalami masalah pernapasan, khususnya mengi dan produksi dahak. Menurut Dr. Hedman, gejala ini lebih sering terjadi pada individu yang merokok dalam jumlah yang lebih banyak.
"Pada studi kami, kami menemukan bahwa perokok sangat mungkin memulai kebiasaan ini sebelum mereka berusia 18 tahun, dan mereka yang mulai merokok lebih awal cenderung mengalami masalah pernapasan, terutama mengi dan dahak. Gejala-gejala ini juga lebih umum pada orang yang merokok lebih banyak," kata Dr. Hedman.
Dia juga menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama mengapa remaja yang merokok lebih dini lebih mungkin mengalami gejala gangguan pernapasan adalah karena mereka cenderung merokok lebih lama dibandingkan orang yang mulai merokok pada usia yang lebih tua. Selain itu, paru-paru remaja yang masih dalam masa perkembangan lebih rentan terhadap kerusakan akibat zat berbahaya dalam rokok.
Dampak Buruk yang Datang Lebih Cepat
Penemuan dari studi ini menggarisbawahi betapa cepatnya dampak buruk merokok terhadap kesehatan pernapasan, terutama bagi anak muda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seseorang tidak perlu menunggu bertahun-tahun untuk merasakan dampak negatif dari merokok. Gejala seperti mengi dan produksi dahak bisa muncul dalam usia yang relatif muda, yaitu pada awal 20-an.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak diperlukan waktu puluhan tahun untuk mengembangkan gejala gangguan pernapasan akibat merokok; kami sudah dapat melihat hubungan yang signifikan di usia dewasa muda," kata Dr. Hedman menegaskan dalam presentasinya.
Penemuan ini menekankan pentingnya upaya pencegahan merokok di kalangan remaja dan urgensi untuk mengurangi kebiasaan merokok sejak dini. Melalui edukasi dan program pencegahan, diharapkan jumlah remaja yang terpapar kebiasaan merokok bisa berkurang, sehingga risiko gangguan pernapasan di masa depan dapat ditekan.