Anak yang Lahir dari Orangtua Perokok Miliki Risiko Stunting 5,5 Persen Lebih Tinggi
Anak-anak yang memiliki orangtua perokok berisiko lebih besar mengalami stunting.
Orangtua yang merokok tidak hanya membahayakan kesehatan diri mereka sendiri, tetapi juga dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan anak-anak mereka. Kebiasaan merokok ini dapat menyebabkan masalah paru-paru dan berkontribusi pada risiko stunting jangka panjang pada anak. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan bahwa anak-anak dari orangtua perokok memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami stunting.
"Setengah dari perokok memulai kebiasaan ini di usia 15 hingga 19 tahun. Selain itu, tingginya angka stunting juga dipengaruhi oleh perilaku merokok. Anak yang memiliki orang tua perokok memiliki risiko 5,5 persen lebih tinggi mengalami stunting dibandingkan anak dari orang tua yang tidak merokok," ungkap Nadia dalam acara Indonesian Youth Summit on Tobacco Control (IYSTC) di Jakarta pada Selasa, 3 Desember 2024.
-
Apa dampak asap rokok ke anak? Anak-anak yang terpapar asap rokok berisiko tinggi mengalami infeksi pernapasan, seperti bronkitis dan pneumonia.
-
Kenapa anak rentan terkena bahaya asap rokok? Bagi anak-anak dan individu dengan masalah pernapasan, paparan terhadap asap rokok yang menempel pada pakaian bisa menjadi risiko kesehatan yang serius.
-
Siapa yang berisiko stunting? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi, serta faktor lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan optimal.
-
Kenapa asap rokok bahaya untuk anak? Anak-anak yang terpapar asap rokok, entah aktif atau pasif, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami ISPA. Asap rokok mengandung zat-zat berbahaya yang dapat merusak saluran pernapasan dan melemahkan sistem kekebalan tubuh anak.
-
Kenapa asap rokok berbahaya untuk paru-paru anak? Asap rokok mengandung berbagai bahan kimia berbahaya yang dapat merusak sel-sel paru-paru dan menyebabkan perkembangan sel-sel kanker.
-
Siapa yang berisiko terkena stunting? Stunting merupakan manifestasi jangka panjang dari berbagai faktor, seperti kurangnya asupan gizi yang memadai, pola asuh yang kurang tepat, sanitasi yang buruk, serta kondisi sosial ekonomi yang rendah.
Ia menambahkan, "Oleh karena itu, untuk mengurangi angka kejadian stunting, kita perlu mengendalikan faktor penyebabnya terlebih dahulu, salah satunya adalah merokok." Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), Manik Marganamahendra, juga menyoroti tingginya prevalensi perokok di kalangan anak-anak. Menurutnya, prevalensi perokok di Indonesia untuk anak berusia 10 hingga 18 tahun masih sangat mengkhawatirkan, dengan angka mencapai 7,4 persen atau setara dengan 6 juta anak. "Fakta ini semakin memperburuk isu-isu pembangunan seperti stunting, pengeluaran rumah tangga yang tidak sehat, dan kemiskinan struktural," tambahnya.
IYCTC juga mengungkapkan hasil pemilu dan hasil sementara Pilkada 2024 melalui pemetaan sikap di situs www.pilihantanpabeban.id. "Kami menemukan bahwa jumlah politisi dan pemangku kebijakan yang terpilih saat ini hanya sedikit yang mendukung pengendalian rokok, termasuk mereka yang mendukung Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2024 tentang Kesehatan. Lebih dari 100 pemangku kebijakan secara terbuka memihak industri rokok, dan sebagian di antaranya memiliki konflik kepentingan dengan industri tersebut," jelas Manik.
Anak Muda Penting untuk Mengendalikan Prevalensi Perokok
Founder dan CEO Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), Diah Satyani Saminarsih, menekankan pentingnya peran generasi muda dalam mengendalikan konsumsi rokok. Ia menyatakan, "Ketika anak muda bergerak bersama, perubahan menjadi tidak terelakkan. Kehadiran anak-anak muda merupakan pendorong utama lahirnya kebijakan pengendalian konsumsi rokok." Menurut Diah, ada banyak aspek yang perlu diperbaiki, baik dari segi fiskal maupun non-fiskal, untuk meningkatkan upaya pengendalian konsumsi rokok. "Oleh karena itu, upaya menaikkan cukai rokok dan menyederhanakan golongan tarif cukai menjadi sangat dibutuhkan," imbuhnya. Dengan demikian, kolaborasi dan partisipasi aktif dari anak muda sangat diperlukan untuk menciptakan kebijakan yang lebih efektif dalam mengurangi konsumsi rokok di Indonesia.
Pentingnya Menghindari Kebiasaan Merokok
Hasil dari reses Dewan Perwakilan Remaja (DPRemaja) menunjukkan berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat di berbagai daerah. Banyak warung rokok yang masih ada di sekitar sekolah, sehingga memudahkan anak-anak untuk mengakses rokok dengan mudah. Selain itu, ruang publik seperti taman kota dan fasilitas olahraga, yang seharusnya menjadi area sehat bagi warga, justru sering digunakan sebagai tempat berkumpul untuk merokok. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena kebiasaan merokok di rumah juga membuat anak-anak berisiko menjadi perokok pasif, yang dapat mengancam kesehatan mereka, termasuk risiko stunting dan gangguan pernapasan kronis.
Lebih jauh lagi, budaya lokal sering kali disalahgunakan sebagai alasan untuk mempromosikan konsumsi rokok, bahkan dalam acara adat atau keagamaan. Kondisi ini menciptakan tantangan besar bagi upaya pencegahan merokok di kalangan anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang lebih tegas untuk mengatasi masalah ini, termasuk penegakan hukum yang lebih ketat terhadap penjualan rokok di dekat sekolah dan kampanye kesadaran yang lebih luas mengenai bahaya merokok. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih peka terhadap dampak negatif rokok dan melindungi generasi muda dari kebiasaan merokok yang berbahaya.
Banyaknya Puntung Rokok di Area Olahraga
Salah satu anggota DPRemaja dari Lampung mengungkapkan fakta yang mengejutkan, yaitu puntung rokok kini menjadi salah satu jenis sampah terbanyak di area olahraga. Hal ini menyebabkan pencemaran lingkungan dan merusak ruang publik yang seharusnya bersih dan nyaman untuk digunakan.
Di sisi lain, anggota DPRemaja lainnya dari Jawa Tengah berhasil menunjukkan program diversifikasi tanaman non-tembakau yang ditujukan untuk para petani lokal. Inisiatif ini bertujuan untuk membuka peluang baru dalam sektor pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan, serta mengurangi ketergantungan pada tembakau.
Temuan yang didapat oleh para anggota DPRemaja tersebut disampaikan kepada pemangku kebijakan di daerah mereka melalui berbagai cara, termasuk kampanye publik dan audiensi langsung. Mereka melakukan pendekatan kepada pejabat daerah setempat serta calon Gubernur atau Calon Wali Kota di wilayah reses masing-masing, dengan harapan agar ada perubahan kebijakan yang lebih tegas dalam pengendalian rokok hingga tingkat daerah.
Semua rekomendasi dan temuan tersebut dituangkan dalam sebuah buku rekomendasi kebijakan yang disampaikan dalam acara tersebut. "Harapannya, terdapat perubahan kebijakan pengendalian rokok yang lebih kuat hingga ke level daerah," ungkap salah satu anggota DPRemaja. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.