Hasil Penelitan di 54 Negara Ungkap Gagal Tumbuh pada Anak Rentan Terjadi di Masa MPASI
Sebuah penelitian yang dilakukan di 54 negara berkembang menunjukkan bahwa banyak anak mengalami gagal tumbuh terutama selama periode pemberian MPASI.
Isu mengenai masalah pertumbuhan yang tidak berjalan dengan baik sangatlah penting karena dapat berdampak pada perkembangan anak di masa depan. Salah satu masalah pertumbuhan yang paling umum di Indonesia adalah stunting, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan yang berada di bawah -2 SD (Standar Deviasi) menurut grafik WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), dan ini sering disebabkan oleh malnutrisi kronis. Selain itu, terdapat juga masalah gizi lain seperti weight faltering (gagal tumbuh), gizi kurang, dan gizi buruk. Semua masalah gizi ini dapat menyebabkan dampak jangka pendek, seperti menurunnya sistem imun, serta dampak jangka panjang yang meliputi risiko sindrom metabolik dan gangguan perkembangan kognitif.
"Oleh karena itu, penting untuk mencegah stunting dengan cara mendeteksi weight faltering/berat badan kurang dan tata laksana segera," ungkap dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik, Klara Yuliarti, dalam keterangan pers Danone pada Rabu (4/12/2024). Berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/1928/2022 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tatalaksana Stunting, upaya pencegahan stunting sebaiknya dimulai dari tingkat Posyandu, dengan memberikan makanan yang kaya akan protein hewani yang cukup. Sebuah penelitian yang dilakukan di 54 negara berkembang pada tahun 2001 menunjukkan bahwa weight faltering dan length deceleration (kenaikan panjang yang tidak adekuat/gagal tumbuh) sering terjadi pada masa pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI).
-
Apa penyebab stunting pada anak dari keluarga menengah ke atas? Namun, pada keluarga menengah ke atas, penyebab stunting sering kali berbeda. Menurut Survei Status Gizi Nasional 2021 yang melibatkan 23.957 anak, salah satu penyebab utama stunting di kelompok ini adalah kurangnya waktu untuk menyusui, yang berdampak langsung pada pemenuhan gizi anak.
-
Mengapa stunting berbahaya untuk anak? Sebab, stunting mampu menyebabkan dampak kesehatan yang lebih buruk di kemudian hari. Misalnya seperti mempengaruhi imunitas tubuh dan perkembangan otak anak.
-
Apa dampak buruk dari stunting? Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak, prestasi pendidikan, serta produktivitas ekonomi di masa depan.
-
Apa ciri khas anak stunting? Dokter Hasto membeberkan ciri khas stunting adalah bertubuh pendek. Tetapi, kata dokter Hasto, pendek belum tentu stunting. Ciri yang lebih khas lagi, katanya, anak stunting tidak cerdas dan sering sakit-sakitan.
-
Siapa yang berisiko stunting? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi, serta faktor lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan optimal.
-
Siapa yang berisiko terkena stunting? Stunting merupakan manifestasi jangka panjang dari berbagai faktor, seperti kurangnya asupan gizi yang memadai, pola asuh yang kurang tepat, sanitasi yang buruk, serta kondisi sosial ekonomi yang rendah.
Anak-anak yang mengalami weight faltering, berat badan kurang, atau gizi kurang perlu mendapatkan penanganan di Puskesmas oleh dokter umum. Untuk anak-anak ini, pemberian makanan terapeutik seperti susu formula pertumbuhan sangat diperlukan untuk mendukung pemulihan gizi mereka.
Perlunya Intervensi saat Anak Menunjukkan Tanda-tanda Stunting
Penanganan stunting pada anak harus segera dilakukan sebelum mereka mencapai usia 2 tahun. "Anak yang telah mengalami stunting harus dirujuk ke rumah sakit untuk ditangani dokter anak segera, karena penatalaksanaan stunting memberikan hasil terbaik bila dilakukan sebelum usia 2 tahun," ujar Klara.
Pada anak yang mengalami stunting, terapi yang dilakukan mencakup pemberian makanan yang kaya akan kalori, protein hewani, serta mikronutrien yang cukup. Selain itu, pangan keperluan medis khusus (PKMK) juga diperlukan. Namun, penting untuk diingat bahwa pemberian PKMK harus berdasarkan resep dokter anak, karena dosisnya harus disesuaikan dengan kondisi klinis masing-masing pasien.
5 Tahapan Penanganan Stunting
Klara menjelaskan bahwa penanganan stunting dilakukan oleh dokter melalui asuhan nutrisi pediatrik yang mencakup lima tahapan. "Tatalaksana stunting dilakukan dokter spesialis anak berupa asuhan nutrisi pediatrik, yang terdiri dari 5 langkah, yaitu penilaian adakah penyakit medis dan status gizi, penentuan kebutuhan kalori dan protein, penentuan rute pemberian nutrisi, pemilihan jenis nutrisi (makanan padat dan PKMK), serta pemantauan dan evaluasi." Dalam terapi stunting, penting untuk memastikan asupan kalori yang memadai dengan rasio protein energy ratio (PER) antara 10 hingga 15 persen. Pemilihan jenis PKMK harus mempertimbangkan kebutuhan pasien, densitas energi, rasio protein-energy, syarat kandungan sukrosa, serta tingkat palatabilitas (atau tingkat kesukaan hewan terhadap pakan yang diberikan).
Peraturan mengenai komposisi PKMK diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No. 24 tahun 2020, yang merupakan revisi kedua dari Perka No. 1 tahun 2018 tentang PKMK. "Densitas energi pada PKMK untuk dukungan nutrisi (yang juga dikenal sebagai oral nutrition supplement, ONS) harus minimal 0,9 kkal/mL. Berdasarkan densitas energi, ONS dibagi menjadi dua kategori, yaitu ONS energi tinggi (1,5 kkal/mL atau lebih) dan ONS energi standar," ungkap Klara.
PKMK merupakan salah satu jenis terapi yang telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF sejak tahun 2009. Produk ini dirancang khusus untuk pasien dengan penyakit langka yang mengalami kelainan metabolisme bawaan, sehingga bayi tidak dapat mengonsumsi air susu ibu (ASI). Dengan pengaturan komposisi yang ketat, PKMK bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak yang tidak dapat terpenuhi melalui ASI.