Kepala BNPT Bicara Bahaya Penyebaran Paham Radikalisme di Depan Paskhas TNI AU
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius memberi gambaran bahaya penyebaran paham radikalisme terorisme kepada prajurit Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU. Para prajurit perlu juga mengantisipasi ancaman teror yang sangat luas dimensinya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius memberi gambaran bahaya penyebaran paham radikalisme terorisme kepada prajurit Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU. Para prajurit perlu juga mengantisipasi ancaman teror yang sangat luas dimensinya.
"Prajurit Korpaskhas harus memahami secara utuh mengenai ancaman maupun bahaya penyebaran paham radikalisme-terorisme," kata Suhardi dalam keterangannya, Selasa (9/4).
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
-
Mengapa Museum BNPT dibangun? Museum ini bertujuan untuk menceritakan perjalanan dan sejarah terorisme di Indonesia.
-
Siapa yang mengatakan bahwa BNPT berperan dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045? Atas pencapaian BNPT itu, pendiri ESQ Leadership Center Ary Ginanjar Agustian menyebut BNPT berperan dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
-
Apa tujuan dibangunnya Museum BNPT? Nantinya, museum yang terletak di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat ini bertujuan untuk menceritakan perjalanan dan sejarah terorisme di Indonesia.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Apa yang diusulkan BNPT terkait tempat ibadah? Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengusulkan dilakukan pengawasan atau kontrol terhadap tempat-tempat ibadah yang ada di Indonesia.
Suhardi memberikan pembekalan mengenai Bahaya Penyebaran Paham Radikal Terorisme dan Upaya Pencegahannya kepada prajurit Korpaskhas TNI AU yang ada di wilayah Jakarta, Bandung dan Bogor. Pembekalan ini dilaksanakan di Aula Mako Batalyon Komando 467/Hardha Dedali, Wing I/Harda Marutha Paskhas, komplek Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemarin.
Suhardi mengaku diundang oleh Dankorpaskhas untuk memberikan pencerahan sebagaimana telah dilakukan di Kopassus dan Marinir. Langkah ini agar memiliki kesamaan visi dan misi dalam rangka menjaga keutuhan bangsa dan negara.
"Bagaimana mengidentifikasi orang terpapar radikalisme, bagaimana mengatasinya, lalu apa yang mesti diperbuat, lalu bagaimana pimpinan mengambil keputusan dan sebagainya," ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Dalam pembekalan selama kurang lebih tiga jam tersebut alumni Akpol tahun 1985 ini meminta agar semua mengenal kembali nasionalisme kebangsaan kita. Hal ini dikarenakan TNI dan Polri sesuai tugas pokok dan fungsinya didesain untuk bela negara. Namun tidak menutup kemungkinan bibit-bibit radikalisme negatif bisa saja sewaktu-waktu tumbuh di instansi tersebut.
"Seperti apa yang disampaikan tadi bahwa garda terdepan dalam menjaga Republik ini adalah TNI dan Polri. Kita harapkan dengan pemahaman yang utuh bisa menjaga bukan hanya terhadap kesatuannya tapi juga keluarganya. Dan yang lebih besar lagi menjaga negeri ini," ucap mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Menurut Suhardi, tidak dapat dipungkiri pesatnya kemajuan informasi dan teknologi informasi tidak terbendung. Apalagi informasi dari dunia maya dapat diakses siapa saja.
"Oleh karena itu saya mengingatkan kepada para peserta tadi untuk mengamati betul lingkungan sekitar termasuk di lingkungan keluarga peserta itu sendiri. Jika TNI/Polri tercemar, tidak ada lagi yang dapat diharapkan untuk menjaga kedaulatan negara," ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.
Dia mengapresiasi kinerja para personel Paskhas yang selama ini telah membantu BNPT. Apalagi saat ini, menurutnya, BNPT juga bertumpu kepada Paskhas.
"Luar biasa, sekarang kita bertumpu (pada Paskhas). Kita lihat teman-teman Paskhas yang sekarang ada di BNPT sudah berperan sangat luar biasa. Bahkan usur pimpinan Pusat Media Damai (PMD) BNPT (Kolonel Pas. Sujadmiko) diawaki dari Paskhas," tuturnya.
Untuk itu ke depannya, Suhardi berharap sinergi antara BNPT dengan Paskhas bisa terjalin lebih baik lagi dan juga sadar dalam kiprahnya dalam menjaga bangsa ini.
"Jadi ini adalah suatu hal yang sangat luar biasa, baik dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Kepolisian dan seluruh instansi yang ada di BNPT kurang lebih ada 17 institusi bergabung dan berintegrasi dalam rangka menjaga republik ini," jelasnya.
Komandan Korpaskhas Marsda TNI Eris Widodo Yuliastono mengatakan, melihat tugas yang diemban Korpaskhas TNI-AU yang begitu kompleks tentunya menuntut para prajurit untuk selalu mengikuti dinamika perkembangan situasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
"Maksud dari Korpaskas mengundang Kepala BNPT tentunya untuk memberikan pencerahan dan pembekalan bahwa prajurit Paskhas merupakan bagian dari TNI. Dan tentunya TNI bersama Polri berada di garda terdepan melaksanakan tugas membasmi teroris dan radikalisme," katanya.
Lebih lanjut mantan Wadan Korpaskhas ini memberikan gambaran bagaimana melaksanakan tugas dengan baik kalau kita tidak atau belum mampu memahami dan mengendalikan situasi yang ada di lingkungan sendiri.
"Maka dari itu sangat perlu untuk setiap prajurit Paskhas mampu di dalam dirinya dan keluarganya mengantisipasi dari gerakan radikal dan teroris tersebut. Sehingga diharapkan prajurit-prajurit ini akan mampu melaksanakan tugasnya secara profesional," ujar alumni AAU tahun 1988 ini.
Dengan adanya pembekalan dari Kepala BNPT secara gamblang dan menyeluruh tersebut, perwira tinggi bintang dua ini berharap kepada seluruh prajuritnya dan seluruh keluarga besar Paskhas untuk bisa melindungi diri dari bahaya penyebaran paham radikalisme.
"Jadi baik dari prajurit itu sendiri dan keluarganya harus bebas dari radikalisme dan terorisme," tandasnya.
(mdk/did)