Kerap bikin resah warga,ratusan kera liar di Bali dibuat impoten
Masuknya kera liar diduga dari meledaknya populasi tanpa diimbangi pakan bagi kera liar.
Kera liar yang berada di kawasan puncak Lempuyang mulai meresahkan warga dan umat yang melakukan persembahyangan di Pura Luhur yang menjadi cikal bakal umat hindu di Bali.
Mengganasnya bojog (kera) liar di kawasan suci Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur, Desa Pakraman Purwayu, Kecamatan Abang, Karangasem mendapat perhatian serius Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, Sabtu (30/8). Menurutnya, perlu ada upaya serius dan dapat diterima semua pihak dalam mengatasi persoalan yang belakangan mengemuka.
Selain pembuatan lorong berkawat yang direncanakan Pemkab Karangasem, Gubernur minta agar dipikirkan lagi langkah jangka panjang dalam penanganannya.
"Menurut saya harus ada kajian, apa ini bisa selesai masalahnya hanya dengan pemasangan lorong kawat itu. Itu yang perlu kita kaji lebih dalam," ujarnya.
Tak menutup kemungkinan, tambah Pastika, keganasan dipicu meledaknya populasi kera liar di kawasan itu yang tak diimbangi dengan ketersediaan pakan.
"Itu yang perlu kita pikirkan lebih komprehensif, bisa saja dengan kontrasepsi misalnya. Itu baru kemungkinan dan pemikiran saya. Perlu dikaji lagi oleh mereka yang berkompeten," tambah Pastika.
Sementara itu Bupati Karangasem I Wayan Geredeg menambahkan, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah antisipasi dengan melibatkan Desa Pakraman Purwayu. Salah satunya dengan melarang para pedagang untuk berjualan mulai dari areal Telaga Mas yang sudah masuk Karang Suci.
"Karena, selama ini kan kita tidak tahu apakah yang berjualan itu dalam keadaan cuntaka atau tidak," imbuhnya.
Geredeg meyakini, munculnya persoalan ini tak terlepas dari faktor niskala dan alam yang cuaca tidak menentu. Solusinya, Pemkab Karangasem berencana memusatkan pedagang di areal bawah.
Selain itu, melalui koordinasi dengan Wagub Ketut Sudikerta, pihaknya juga akan membuat terowongan kawat untuk melindungi umat dari serangan kera liar.