Kesaksian Mayor TNI bawa meriam ke istana minta DPR dibubarkan
TNI kesal gonjang-ganjing politik terus terjadi. Apalagi saat para anggota DPR dinilai ikut campur urusan tentara.
17 Oktober 1952, tepat 62 tahun lalu, TNI mengarahkan meriam ke istana. Mereka mendesak Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara.
TNI kesal gonjang-ganjing politik terus terjadi. Kabinet hanya berumur enam bulan dan terus berganti. Puncak kekesalan mereka saat para politikus ikut campur urusan tentara.
Adalah Komandan Resimen Tujuh Mayor Kemal Idris yang mengarahkan meriam dan tank ke istana, atas perintah Kolonel Nasution. Pengamanan Jakarta memang saat itu berada di bawah kendali Kemal Idris.
Kisah ini dikisahkan Kemal dalam biografinya yang berjudul Kemal Idris Bertarung Dalam Revolusi terbitan Pustaka Sinar Harapan 1997.
Kemal mengaku diajak bicara oleh Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel Nasution soal kondisi bangsa saat itu. Pada awal 1950an, ekonomi Indonesia masih morat-marit. Selain itu perpolitikan juga kacau sehingga pembangunan mandek.
"Saya ikut dalam gerakan itu karena yakin tujuannya benar. Saya menganggap perlu ada perubahan, perlu ada peremajaan dalam pimpinan. Baik di kabinet maupun di DPR serta perlu dilaksanakan pemilu secepat mungkin," kata Kemal Idris.
Dia menambahkan saat itu masih berusia muda dan avonturir sehingga cepat terbawa suasana.
"Saya bertanya kepada Nasution, di mana harus menempatkan senjata?"
"Ya sudah, saudara taruh saja di depan istana," jawab Nasution.
Kemal mengerahkan meriam, panser dan tank ke depan istana. Dia beralasan hal itu untuk menjaga keamanan istana dari para demonstran yang sebenarnya juga didukung oleh Angkatan Darat.
"Sebenarnya kalau meriam yang moncongnya menghadap istana itu ditembakkan, pasti jatuh melewati istana. Kenapa saya setuju dengan ucapan Nasution, jawabannya mudah. Kalau Bung Karno bertanya saya akan menjawab: Untuk melindungi Bung Karno dari serbuan demonstrasi." katanya.
Sebenarnya walau jatuh melewati istana pasti akan jatuh korban karena Kemal menggunakan peluru meriam sungguhan alias peluru tajam, bukan peluru kosong.
Kemal Idris hanya berjaga di luar, dia tak ikut saat Nasution dan para perwira lain menemui Soekarno. Para perwira Angkatan Darat itu menyampaikan permintaan agar Soekarno membubarkan parlemen, tapi ditolak. Soekarno hanya berjanji menggelar Pemilu secepatnya.
Kemal menilai para perwira ini tak berkutik karena kemampuan bicara Soekarno. Dia menyebut aksi ini sebuah kegagalan. Apalagi saat para demonstran yang didukung Angkatan Darat pun berbalik mendukung Soekarno. Termasuk para prajurit Kemal yang berada di balik meriam dan tank.
Walau begitu, Kemal mengaku tak pernah ada niatan untuk kudeta. Para perwira itu hanya ingin membuka mata Soekarno soal kondisi masyarakat dan politik yang kacau balau.
"Saya berpendirian, massa bisa berubah mendukung Bung Karno karena dia adalah orator ulung, yang mampu menggerakkan massa. Bagi saya adalah suatu kesalahan, membiarkan Bung Karno tampil berpidato di depan massa, sehingga target yang diinginkan semula idak tercapai," beber Kemal.
Gerakan 17 Oktober 1952 gagal. Nasution berhenti sebagai Kepala Staf Angkatan Darat sebelum akhirnya nanti diangkat kembali oleh Soekarno. Karir Kemal Idris pun berantakan. Kemal juga sempat memusuhi Nasution karena dianggap tak pernah membelanya.
Dia kelak menjadi salah satu jenderal pendiri Orde Baru. Namun Kemal Idris akhirnya berseberangan dengan Soeharto dan turut menjadi pendukung Petisi 50 bersama Nasution, Ali Sadikin, Hoegeng dan lain-lain.
Baca juga:
Jenderal Simatupang: Politikus di parlemen seperti orang gila!
Kolonel Nasution: Politikus bikin perang, prajurit TNI yang mati
Blokhuis, benteng Belanda yang kini jadi markas Polisi di Kediri
4 Nama yang mulai terlupakan dari proklamasi 17 Agustus 1945
Ramalan Jayabaya & Samurai Jepang pembela kemerdekaan Indonesia
-
Apa yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 5 Agustus 1962? Hotel Indonesia diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1962 oleh Presiden RI Pertama, Soekarno, guna menyambut pagelaran Asian Games IV tahun 1962.
-
Apa yang diikrarkan oleh para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Hasilnya yakni berupa ikrar yang diberi nama Sumpah Pemuda.
-
Siapa yang wafat pada 4 November 1954? Tepat hari ini, 4 November pada tahun 1954 silam, Haji Agus Salim meninggal dunia.
-
Apa saja peran pemenang Pemilu 1955 dalam sejarah Indonesia? PNI, Masyumi, NU, dan PKI menjadi kekuatan politik utama dalam menjalankan pemerintahan dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan memengaruhi arah politik, ekonomi, dan sosial Indonesia selama beberapa dekade ke depan. Partai-partai ini juga memainkan peran penting dalam pembentukan Indonesia sebagai negara demokratis dan merdeka.
-
Kenapa Pemilu 1955 penting dalam sejarah politik Indonesia? Pemilu 1955 sangat berpengaruh dalam sejarah politik Indonesia karena merupakan pemilu pertama setelah 6 tahun perang kemerdekaan.
-
Mengapa Pemilu 1955 dianggap penting dalam sejarah Indonesia? Pemilu 1955 memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia karena hasil pemilu tersebut menjadi dasar pembentukan negara Kesatuan Republik Indonesia.