Ketum PBNU Sebut Pemilu Momentum Pilih Pemimpin, Bukan Perang Badar
Dia mengimbau agar seluruh rakyat Indonesia tidak bertikai karena berbeda pilihan politik.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan, Pemilu 2024 merupakan agenda politik untuk memilih pemimpin. Bukan momentum perang melawan musuh.
“Jadi, (Pemilu) ini cuma prosedur, bukan jihad fi sabililah, bukan perang badar, bukan soal hidup (atau) mati. Ini cuma soal prosedur untuk menentukan pejabat pemerintah, dalam hal ini adalah presiden dan juga legislatif," kata Gus Yahya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (9/6).
-
Bagaimana mesin politik NU berpotensi mempengaruhi hasil Pilpres 2024? Lagi-lagi semua akan ditentukan kerja mesin politik NU yang sebagian besar kaum mudanya sangat kuat literasi digital dalam 15 tahun ke belakang.
-
Apa sikap politik Muhammadiyah dalam menghadapi Pilpres 2024? Tidak Mudah Percaya Busyro Muqoddas sebagai Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengatakan organisasi itu tidak mudah percaya pada capres tertentu, terutama dengan janji-janjinya. "Kita sudah kenyang dengan janji-janji. Jangan permainkan rakyat dengan janji-janji," ujar Busyro.
-
Apa yang dilakukan Partai Golkar dalam Pilpres 2024? Presiden terpilih periode 2024-2029 sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mengucapkan terima kasih kepada Partai Golkar atas kerja keras memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Dia menyebut, Partai Golkar telah bekerja keras.
-
Apa keputusan yang diambil Partai Golkar terkait Pilpres 2024? Partai Golkar resmi mengusung Gibran Rakabuming sebagai Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
-
Apa yang tengah ramai di media sosial tentang Pilpres 2024? Di media sosial kini tengah diramaikan dengan foto-foto artificial intelligence (AI) bertema Disney Pixar. Mulai dari suasana beberapa kecamatan di Bogor Barat hingga tokoh-tokoh yang akan bertarung di Pilpres 2024. Semuanya berkelindan di banyak media sosial.
-
Kapan PPS Pilkada 2024 dibentuk? PPS dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota paling lambat 6 (enam) bulan sebelum penyelenggaraan Pemilu atau Pemilihan dan dibubarkan paling lambat 2 (dua) bulan setelah pemungutan suara Pemilu atau Pemilihan.
Dia mengimbau agar seluruh rakyat Indonesia tidak bertikai karena berbeda pilihan politik. Beda jagoan dalam pesta demokrasi merupakan hal biasa.
"Kita tidak perlu meneruskan antagonisme di antara pendukung yang berbeda-beda,” ujarnya.
Gus Yahya menegaskan, NU bukanlah partai politik. Sehingga posisinya sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam tidak memberikan dukungan terhadap calon presiden mana pun.
Dia memastikan, NU tetap menjaga netralitas dan ketentraman masyarakat agar tetap harmonis dan tidak terjadi permusuhan antarkelompok karena agenda politik lima tahunan tersebut.
"Saya ingin sampaikan kepada masyarakat bahwa Pemilu ini cuma prosedur yang harus dilewati secara rutin untuk menentukan pemerintahan. Kalau sudah selesai prosedur ini, ya siapa pun yang terpilih, siapa pun yang menjadi pemerintah, ya, itu adalah pemerintah dari seluruh rakyat Indonesia," tegasnya.
Sebelumnya, Gus Yahya menegaskan, tidak menoleransi segala bentuk politik identitas saat pesta demokrasi nanti. Dia melarang adanya politik berdasarkan identitas NU.
“Kita tidak mau ada politik berdasarkan identitas NU. Jadi kami tidak mau ada kompetitor pilih orang NU,” tegas Gus Yahya usai bersilaturahmi dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Kantor Pusat PBNU Jakarta, Kamis (25/4).
Gus Yahya menjelaskan, dalam pandangan PBNU, politik identitas merupakan politik yang hanya berdasarkan identitas primordial tanpa ada kompetisi yang lebih rasional menyangkut hal visioner dan juga tawaran agenda sehingga bisa dipersandingkan antar kompetitor.
“Kami memandang politik identitas ini berbahaya bagi masyarakat secara keseluruhan karena itu akan mendorong perpecahan di masyarakat,” tegas Gus Yahya.
Gus Yahya tidak ingin, nama umat dan agama diseret dalam pesta demokrasi. Dia pun berharap, kompetisi antar kandidat nantinya berjalan lebih adil tanpa membawa hal-hil yang bersifat primordial.
“Kita tidak mau itu, kalau mau bertarung harus dengan tawaran rasional, ini yang kami harapkan. Saya sering katakan, bahwa kita tidak mau ada politik berdasarkan identitas Islam,” Gus Yahya menandasi.
(mdk/tin)