Khotbah salat gerhana di Makassar banyak berisi pujian ke wali kota
Khotbah yang dibawakan Ustaz Harley lebih banyak berisi politik ketimbang nasihat agama.
Ceramah ustaz Arifuddin Lewa di hadapan ribuan jemaah salat gerhana di pelataran anjungan Pantai Losari, Makassar, Rabu (9/3), lebih banyak berbicara soal politik dan cenderung berkampanye. Berkali-kali nama Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto keluar dari mulutnya diikuti puja-puji, karena menilai Wali Kota yang akrab disapa Danny ini layak dipilih kembali.
Awalnya ustaz Arifuddin Lewa ini masih bicara tentang fenomena alam gerhana matahari sebagai bentuk kebesaran Allah. Namun perlahan-lahan ustaz yang akrab disapa Ustaz Harley ini mengungkapkan sanjungan yang sepertinya agak berlebihan, ketika wali kota dan wakil wali kota Makassar tiba di anjungan Pantai Losari.
"Banyak orang yang menyempatkan hadir di anjungan ini, ada sekitar puluhan orang yang sengaja datang untuk melakukan salat gerhana matahari sambil menyaksikan proses gerhana melalui layar lebar yang disediakan Pemkot Makassar. Ini artinya Makassar diberkahi, dan semoga ini menjadi tanda Pak Danny akan "oppo" (memimpin dua kali)," ujarnya disambut riuh warga yang membanjiri anjungan Pantai Losari ini untuk salat gerhana.
Disebutkan lagi, intensitas gerhana di Makassar sesuai observasi BMKG wilayah IV Makassar sekitar 88 persen. Kata ustaz ini, angka delapan inilah yang mengantar Mohammad Ramdhan Pomanto menjadi wali kota, memimpin Kota Makassar. Mohammad Ramdhan Pomanto tahun 2013 terpilih sebagai wali kota didampingi Syamsul Rizal dengan nomor urut 8.
Tafa, salah seorang warga mengaku tidak begitu respek dengan keberadaan ustaz itu di atas podium. Dia ditunjuk untuk berikan bimbingan tata cara salat gerhana tetapi bicaranya lebih bernuasa politik.
"Padahal harusnya lebih banyak bicara agama untuk memberikan nuansa religi, karena warga hadir di anjungan ini untuk bersama-sama mengagungkan kebesaran sang pencipta bukan mau mendengarkan sentilan-sentilan politik," tutur Tafa dengan nada tidak respek.
Selain bicara politik, ustaz ini juga sedikit berulah. Dia mengarahkan ribuan warga ini untuk balik ke arah timur dan serentak menunjuk ke arah matahari sambil menyerukan takbir di saat puncak gerhana sekira pukul 08.30 Wita tadi.
Padahal tidak semua warga yang ada di anjungan itu mengenakan kacamata gerhana, dan ada layar lebar memuat gambar proses gerhana matahari di sisi panggung yang sebenarnya bisa dimanfaatkan tanpa harus mendongak ke arah matahari.