Kisah Korban Tsunami Aceh, 16 Tahun Masih Bertahan di Shelter
Di rumah shelter berukuran sekitar empat meter itu Rian tinggal bersama istri dan dua bocah laki-lakinya. Anak pertamanya bernama Fiqih berumur sembilan tahun sedang mengenyam pendidikan tingkat dasar, sementara adiknya Ali baru berumur tujuh tahun.
16 tahun lamanya tsunami Aceh sudah berlalu. Namun, dua windu itu belum mengubah sepenuhnya nasib sejumlah korban bencana besar itu. Salah satunya adalah Rian Aldiansyah (32).
Rian merupakan Warga Lampaseh Kota Banda Aceh yang menjadi korban tsunami pada 26 Desember 2004. Dan hingga kini, dia bersama keluarga kecilnya masih tinggal di rumah shelter.
-
Kapan Museum Tsunami di Banda Aceh didirikan? Museum Tsunami menjadi monumen untuk memperingati bencana tsunami yang melanda Aceh pada penghujung 2004.
-
Kapan gempa dan tsunami Aceh yang menghancurkan Rumah Sakit Umum Meuraxa? Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 masih terus dikenang sampai saat ini.
-
Mengapa Masjid Baiturrahim Ulee Lheue disebut sebagai saksi bisu tsunami Aceh? Bangunan berwarna putih dengan balutan pilar-pilar menghiasi bagian depan ini dulunya sempat menjadi pengungsian di masa pemerintahan Hindia Belanda. Mengunjungi Masjid Baiturrahim Ulee Lheue, Saksi Bisu Dahsyatnya Tsunami Aceh 2004 Sebuah bangunan religius terletak tidak jauh dari pelabuhan ini memiliki nilai historis yang tidak bisa dibeli menggunakan apapun. Lebih dari itu, bangunan ini menjadi saksi bisu kedahsyatan bencana alam Tsunami Aceh pada tahun 2004 silam.
-
Mengapa Museum Tsunami Aceh dirancang dengan konsep seperti Rumoh Aceh? Museum ini berkonsep seperti Rumoh Aceh dan on escape hill dan secara gaya arsitektur mengedepankan nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan abstraksi tsunami.
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Di mana tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
"Dari dulu saya memang sudah tinggal di shelter ini bersama ayah dan sampai saat ini, setelah menikah sekarang," kata Rian Aldiansyah saat ditemui di rumahnya di Banda Aceh.
Di rumah shelter berukuran sekitar empat meter itu Rian tinggal bersama istri dan dua bocah laki-lakinya. Anak pertamanya bernama Fiqih berumur sembilan tahun sedang mengenyam pendidikan tingkat dasar, sementara adiknya Ali baru berumur tujuh tahun.
Rian merupakan seorang office boy di kantor Desa Lampaseh Aceh dengan pendapatan lebih kurang Rp1,2 juta per bulan. Sedangkan istrinya, Kiki Wahyuni penjual gorengan dengan untung yang tak seberapa.
©2020 Antara
Rumah shelter mereka itu selalu kebanjiran saat hujan turun karena terlalu rendah, apalagi tidak ada saluran pembuangan air. Bahkan, kamar mandi yang digunakan itu juga dari bekas rumah tsunami.
"Kalau hujan masuk air karena tidak ada saluran pembuangan dan setelah banjir pasti malamnya banyak nyamuk karena papan sudah basah," ujarnya seperti dilansir dari Antara.
Rian mengaku sudah pernah berusaha mendapatkan rumah bantuan mulai dari kecamatan hingga ke Pemerintah Kota Banda Aceh. Namun, usahanya belum juga membuahkan hasil.
"Sejak 2009 selalu diurus, hanya diberikan nomor antrean saja di Pemko, tapi belum berhasil mendapatkan bantuan," terangnya.
Alasan pemerintah, lanjut Rian, karena dirinya belum memenuhi kriteria salah satunya usia masih di bawah 32 tahun. Dari penjelasan yang dia dapatkan dari pemerintah bahwa penerima bantuan rumah harus sudah berumur 40 tahun ke atas.
"Kalau seperti itu peraturan kita ikut, mungkin memang tidak layak diberikan, sama Baitul Mal juga seperti itu. Tapi kan kita sangat butuh rumah," katanya.
Rian menuturkan keluarganya memang sudah pernah mendapatkan rumah bantuan tsunami dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) atas nama ayahnya. Namun, rumah tersebut dihuni oleh abang kandungnya yang sudah berkeluarga.
"Satu rumah pemberian BRR diberikan ke abang, dia sudah berkeluarga, begitu juga dengan saya, kan tidak mungkin tinggal satu rumah, makanya saya tetap bertahan di shelter ini," jelasnya.
Rian tidak berharap banyak kepada pemerintah, ia cukup menginginkan adanya perbaikan atap shelter, saluran air dan sedikit adanya penimbunan supaya tidak banjir.
"Saya tidak berharap dibangun rumah siap jadi, paling kalau ada perbaikan atap yang bocor, saluran air, dan sedikit ditimbun juga di bawah shelter kami ini," tutupnya.
Baca juga:
Peristiwa 26 Desember: Mengenang Gempa dan Tsunami Aceh Tahun 2004 Silam
Susi Pudjiastuti Borong 30 Pesawat Kayak Beli Kacang, Sandiaga Sampai Kaget Banget
15 Tahun Tsunami Aceh, Melawan Lupa Membangun Siaga
Cara BNPB Kenang 15 Tahun Tsunami Aceh
Mengenang 15 Tahun Tsunami Aceh di Kuburan Massal