Kisah KRI Dewaruci keliling dunia
Kapal itu melahirkan pelaut-pelaut tangguh TNI melalui kader Akademi Angkatan Laut.
KRI Dewaruci sudah kembali bersandar di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta Utara. Banyak cerita soal perjalanan kapal tersebut keliling dunia.
Kapal yang sudah dianggap sebagai kapal 'ibu' ini sudah berumur 59 tahun. Kapal itu melahirkan pelaut-pelaut tangguh TNI melalui kadet Akademi Angkatan Laut.
Kapal yang melambangkan tokoh kesastraan wayang Dewaruci tersebut mengemban misi sebagai duta pariwisata Indonesia di dunia internasional. KRI Dewaruci mengemban misi tersebut dengan berlayar selama 227 hari dalam misi terakhirnya, dengan jarak tempuh 27.006 nautical mile, di mana kapal jenis tiang tinggi melalui pelayaran dari Surabaya hingga Portugal.
Kapal latih TNI AL yang dibuat sejak tahun 1953 tersebut bertipe tall ship barquentine. Memiliki 16 layar beragam ukuran, lebar 9,50 meter, panjang 58,30 meter, bobot kapal 874 ton, dan mempunyai kecepatan mesin 10,5 knot dan kecepatan dengan layar 9 knot.
Dari penelusuran merdeka.com, saat menaiki kapal langsung tertuju pada ruang Nakhoda terdapat sebuah peta manual dengan dua monitor dan peralatan navigasi lengkap. Tepat di depan ruang nakhoda terdapat dua kemudi kapal. Masuk di dek bawah akan disuguhkan puluhan plakat atau piagam lengkap dari berbagai negara salah satunya Comandacia Militer de Marina Malaga, Spanyol.
Setelah itu terdapat ruang salon atau biasa disebut ruang VVIP yang berfungsi sebagai penerima tamu terhormat berisikan meja dan kursi mewah lengkap dengan pendingin ruangan. Di antara ruang salon dan ruangan makan terdapat sebuah mini bar lengkap dengan kulkas dan dispenser air.
Di ruang makan seluas 4x6 meter, terdapat sebuah dua meja makan berbentuk oval dan sebuah lukisan tiga dimensi berbahan dasar kayu, lukisan bergambar tokoh pewayangan Dewaruci sedang menatap bima yang mencengkram sebuah naga raksasa di lautan yang menggambarkan kapal tersebut.
"Jadi lukisan ini menggambarkan kisah pewayangan, Dewaruci kala mengembleng Bima, hingga akhirnya Bima menemukan sebuah kebenaran dan kejujuran saat bertarung naga raksasa di laut samudera," ujar salah satu Perwira TNI menceritakan kepada merdeka.com, Jakarta, Kamis (11/10).
Melangkah lebih jauh terdapat pula 10 ruang kamar yaitu anak buah kapal (ABK), Kadet, dan kamar Perwira. Di tengah ruangan menuju dek dasar derungan suara mesin terdengar kencang lalu di bagian akhir terdapat juga bagian dapur.
Di tempat ini, setiap harinya ketahanan fisik puluhan awak kapal bergantung pada sebuah tim dapur yang terdiri dari 8 anggota diketuai kepala koki, Sersan satu (Sertu) sertu Ainur Rofiq mau membagi kisah perjuangannya kala memasak di tengah terjangan ombak besar.
"Yang paling sulit ketika melewati lautan pasifik menuju Hawai masih Amerika masuknya, ombak lambung kami paling sulit memasak sampai kami harus pegangan, dan biasanya kami hanya masak nasi saja sisanya kami masak mi instan saja paling, awak udah ngerti kondisinya kok, jadi mereka terima aja," kata Sertu Rofiq di dapur KRI Dewaruci.
Apalagi saat KRI Dewaruci merapat di berbagai negara Eropa, masakannya yang paling diterima adalah nasi goreng dan bakso. "Kami punya acara cocktail party, dan orang Eropa paling suka makanan kita nasi goreng dan bakso, kebanyakan dari mereka pun menyebutnya nasi goreng, padahal kita masak biasa aja, tapi mereka suka sekali," kata koki yang sudah sejak tahun 1988 bertugas di kapal tersebut.
Selain itu, Rofiq pun menceritakan momentum yang paling dibanggakan dan seluruh awak kapal ketika masuk di wilayah negara Belanda notabenenya negara penjajah Indonesia.
"Pada tahun 2003 lalu saat kami meninggalkan Belanda, hampir seluruh awak kapal berkaca-kaca, dan saya sendiri menangis, ketika itu dentuman meriam pasukan AL Belanda sebanyak 17 kali, dan diiringi dengan lagu Indonesia Raya, sambil menaikkan bendera merah putih besar sekali," ceritanya dengan bangga.
Telepon adalah salah satu kegiatan yang paling menghibur ketika mengobati rasa kangen terhadap keluarga di rumah. Dan biasanya itu dilakukan pertama kali ketika kapal bersandar di berbagai negara."Maklum semenjak menikah pertama kali itu sudah jadi risiko yang harus dihadapi istri dan keluarga hingga sekarang," tutur Rofiq yang mengaku anak pertamanya mengikuti jejak langkahnya.