Kisah pisau komando Sarwo Edhie di Rumah Raja Bawomataluo
Pisau ini diletakkan sejajar dengan beberapa pedang kerajaan yang diyakini sakti.
Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Kolonel Sarwo Edhie Wibowo pernah mengejar sisa kekuatan PKI sampai ke Nias. Ada kisah menarik soal Sarwo Edhie di Bawomataluo, sebuah desa di Nias Selatan.
Desa ini terkenal bukan hanya arsitekturnya yang menjadikan desa itu kini jadi salah satu kandidat warisan dunia di Unesco, PBB. Tapi juga aksi-aksi kebudayaannya yang mendunia, terutama lompat batu.
Ceritanya saat itu pasukan Sarwo Edhie tiba di Desa Bawomataluo. Di desa itu tidak ditemukan adanya anggota PKI ataupun organisasi sayapnya.
Sarwo Edhie takjub melihat desa itu. Baik arsitektur desanya maupun kebudayaannya. Lalu, Sarwo bertanya sejarah desa itu termasuk orang-orang yang berada di balik pendirian desa itu. Seperti biasa, Sarwo Edhie selalu tampil ramah dan simpatik.
Dia kemudian mendatangi makam raja Saonigeho sebagai raja kedua Desa Bawomataluo. Saonigeho merupakan salah satu pemimpin perlawanan paling hebat terhadap kolonial Belanda wilayah Nias Selatan. Di sana Sarwo Edhi berdoa dan kemudian memberi hormat.
"Saat itu saya berusia sekitar 10 tahun, masih di Sekolah Dasar. Saat itu, keterkenalan nama Sarwo Edhie di sana setenar nama Jokowi saat ini. Sampai sebegitu familiarnya nama itu karena kehadirannya di desa saat itu sangat mengesankan," kata Waspada Wau, tokoh masyarakat setempat kepada merdeka.com, Selasa (1/10).
Sebagaimana tata krama dalam kebudayaan di sana, Sarwo Edhie disambut dan diberikan cinderamata. Melihat penghormatan besar tidak terduga yang diterimanya, Sarwo Edhie pun memberikan balasan yang setimpal. Komandan pasukan baret merah ini memberikan pisau komandonya.
Sekarang, pisau itu disimpan di Omo Sebua (Rumah Besar) yang juga disebut Omo Nifolasara, rumah raja. Sebuah rumah panggung kayu terbesar di dunia yang masih utuh berdiri saat ini.
Pisau itu dipajang di dinding ruang keluarga di area belakang, diletakkan sejajar dengan beberapa pedang kerajaan yang diyakini sakti.
"Kakek Ama Fima Fau sendiri yang menerima pisau komando itu dari Sarwo Edhie saat itu. Saya pernah pakai pisau itu untuk aksesoris pada sebuah drama Paskah di gereja. Karena saat itu saya berperan sebagai tentara Romawi," kata Marselino Fau, tokoh masyarakat yang lain.
Namun kini pisau itu tak lagi digunakan. Posisinya kini diletakkan di tempat yang sulit dijangkau dan dilihat pengunjung agar pisau bersejarah itu aman.
Baca juga:
Kiprah 'Kawan Aidit yang Bijaksana' membangun kekuatan PKI
DN Aidit: Negara salah urus karena pemimpin punya istri lima
Nasib DN Aidit dan Ahmad Yani, sama-sama berakhir di sumur tua
Loreng darah mengalir dan celana hijau RPKAD saat tumpas G30S
Kisah konvoi RPKAD dihadang pantat Gerwani
-
Kapan pasukan G30S dikalahkan? Gerakan 30 September langsung ditumpas habis sehari usai mereka menculik dan menghabisi para Jenderal Angkatan Darat.
-
Apa penyebab utama kegagalan pasukan G30S? Semua kemacetan G30S disebabkan di antaranya oleh ketiadaan makanan. Mereka tidak makan pagi, siang dan malam," tulis Soepardjo.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas operasi G30S? Dalam gerakan G30S, militer berada di bawah kendali orang-orang politik seperti DN Aidit dan Sjam Kamaruzaman.
-
Kapan peristiwa G30S/PKI terjadi? Tanggal 30 September sampai awal 1 Oktober 1965, menjadi salah satu hari paling kelam bagi bangsa Indonesia.
-
Bagaimana cara Mayjen Soeharto mengalahkan pasukan G30S? Dalam waktu singkat semuanya berantakan. Mayjen Soeharto dengan mudah mengalahkan mereka.
-
Kapan peristiwa G30S PKI terjadi? Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.