Kisruh seleksi Akpol di Jabar, Kapolda tangkap calo dan anak buah
Kisruh seleksi Akpol di Jabar, Kapolda tangkap calo dan anak buah. Tiga orang yang ditangkap terkait perekrutan Bintara itu masing-masing inisial Aiptu E, dan Brigadir Y dan satu dari warga sipil yakni N. Para pelaku memetik sejumlah uang dengan kisaran Rp 200 sampai Rp 350 juta untuk bintara dan tamtama.
Kapolda Jabar Irjen Pol Anton Charliyan menyebut ada pihak-pihak nakal yang 'bermain' dalam seleksi penerimaan calon anggota Polri 2017 di kesatuan yang dipimpinnya. Akibatnya, terjadi kisruh yang berujung protes orang tua akibat isu adanya kebijakan prioritas putra daerah. Tim Saber Pungli Jabar pun akhirnya turun tangan. Mereka menangkap tiga orang, termasuk yang berasal dari anggota Polri.
"Ini ditemukan dari beberapa orang yang sudah ditangkap yaitu satu PNS, dan satu dari anggota polri dan satu dari calo. Dan masih ada yang lain yang masih dikembangkan," kata Anton saat ditemui di Mapolda Jabar, Kota Bandung, Senin (3/7).
-
Kapan Polri mengatur pangkat polisi? Hal itu sesuai dengan peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2016 tentang Administrasi Kepangkatan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
-
Apa yang dimaksud dengan pangkat polisi? Mengutip dari laman polisi.com, tanda kepangkatan Polri adalah daftar tanda pangkat yang dipakai oleh Kepolisian Negara Indonesia.
-
Kenapa pangkat polisi penting? Selain itu pangkat juga merupakan syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh anggota Polri jika hendak mendapatkan amanat untuk mengemban jabatan tertentu.
-
Bagaimana polisi tersebut disekap? Saat aksi percobaan pembunuhan itu dilakukan, korban memberontak sehingga pisau badik yang dipegang pelaku N mengenai jari korban dan mengeluarkan darah. "Selanjutnya tersangka N melakban kedua kaki agar korban tidak berontak.
-
Kenapa polisi itu disekap? Kejadian itu berawal dari rasa sakit hati pelaku AI terhadap istri korban. Karena telah memberitahukan tempat tinggal dan alamat bekerja tersangka terhadap orang yang mencarinya," ujar Kasat Reskrim Polrestro Tangerang, Rabu (8/11).
-
Siapa yang menjadi polisi cepek? Mereka menjalankan peran serupa dengan meminta imbalan finansial dari pengendara sebagai bentuk pengaturan lalu lintas alternatif.
Tiga orang yang ditangkap terkait perekrutan Bintara itu masing-masing inisial Aiptu E, dan Brigadir Y dan satu dari warga sipil yakni N. Dia menjelaskan, ada 1.151 peserta yang mendaftar melalui jalur Bintara. Dari perekrutan itu ada 219 yang diloloskan panitia untuk tahap selanjutnya. Padahal mereka tidak memenuhi syarat. Jumlah itu kemudian langsung dianulir setelah ramai isu penerimaan calon anggota Polri yang dinilai tidak transparan.
"Dan yang lulus itu khusus 219 yang tidak memenuhi syarat. Saya tidak ingin calon-calon (anggota Polri) di Jabar tidak berkualitas. Tapi justru di awal (perekrutan) sudah ditemukan," terangnya. Ratusan peserta yang lolos tahap selanjutnya itu sebenarnya sudah memiliki masalah di kesehatannya. "Ada yang anus corong, masalah keperawanan tidak boleh, ada yang ambeyen."
Dari penangkapan ini, dia mengganti seluruh panitia rekrutmen awal. Adanya penggantian ini sampai pengumuman hasil seleksi molor. Penangkapan ini sekaligus membantah isu adanya kebijakan memprioritaskan putra daerah dalam seleksi Akpol. Anton menyatakan, tidak ada keputusan Kapolda Jabar untuk syarat tertentu dalam penerimaan calon akpol ini.
"Itu kenapa masalah nilai berubah-berubah malah mereka yang istilahnya punya masalah kemudian dialihkan isunya putra daerah. Ini kalau masalah nasionalisme saya sudah katakan di sini apel kebangsaan saja dua kali, nanti tanggal 15 ada jambore indonesia nasional spirit untuk membangkitkan spirit nasionalisme," imbuhnya.
Anton ingin menegaskan semangat nasionalisme yang dipegangnya. Dia berharap tidak ada yang meragukannya.
"Saya sudah katakan jangan ragukan Polda Jabar tentang nasionalisme bahkan saya katakan untuk bangsa negara, jangankan pangkat dan jabatan, nyawa saya juga siap wakafkan untuk NKRI untuk nasionalisme. Jadi jangan mereka berlindung dibalik itu, karena tidak menutup kemungkinan nilai itu masih kita ragukan. Justru saya ingin bersih-bersih," paparnya menambahkan.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus menambahkan, dalam pengungkapan praktik percaloan seleksi akpol, para pelaku memetik sejumlah uang dengan kisaran Rp 200 sampai Rp 350 juta untuk bintara dan tamtama. Mereka menjanjikan kelulusan bagi para calon prajurit Polri.
"Bintara saja katanya bisa sampai Rp 350 juta. Nah itu sespim, Akpol kita masih dalami," imbuh Yusri di tempat sama.
Baca juga:
Propam Polri selidiki aturan calon Akpol putra daerah di Polda Jabar
Mabes Polri sebut hanya di Polda Jabar seleksi akpol yang bermasalah
Mabes Polri turun tangan atasi kisruh penerimaan taruna akpol Jabar
Kisruh seleksi Akpol, Kapolda Jabar bantah prioritaskan putra daerah
Kapolri sebut jatah putra daerah untuk Akpol hanya untuk Papua